Monday, 2 June 2014

Presiden Harapanku - Sang Garuda Mencari Kepala

Memang benar adanya jika Indonesia diibaratkan sebagai burung garuda yang gagah. Rakyat ibarat sayapnya, dan pemimpin negara ibarat kepalanya. Memang sayaplah yang mampu membuat Sang Garuda terbang tinggi, tapi kepala yang menentukan kemana arah Sang Garuda terbang. Tanpa kepala yang cocok, yang mampu menentukan arah, yang melihat jauh ke depan, yang berpikir dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, tentu sayap Sang Garuda takkan mengepak dengan kencang.

Dengan hamparan laut yang luas, gugusan pulau yang tersebar, potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang melimpah, seharusnya Sang Garuda bisa terbang tinggi. Namun Sang Garuda seolah sedang mencari kepalanya yang cocok, yang telah lama hilang semenjak era proklamasi. Tentunya kita masih ingat dengan pemimpin pertama negara ini. Ya, Soekarno sang pahlawan proklamasi. Dengan keberaniannya bahkan rela diasingkan, tak gentar dengan ancaman apapun, ia tetap berjuang demi negara ini. Hingga akhirnya Indonesia bisa bebas dari penjajahan yang telah terjadi selama ratusan tahun. Mungkin Sang Garuda mencari kepala yang seperti itu, mungkin juga seluruh rakyat Indonesia merindukan pemimpin yang seperti itu.

Atau barangkali Sang Garuda sedang mencari kepala seperti pemimpin Iran yang hidupnya sederhana, yang tak pernah mengambil gajinya sebagai presiden, yang hanya tidur beralaskan karpet, namun tak gentar dengan negara manapun. Atau barangkali Sang Garuda juga mendambakan pemimpin seperti Umar bin Khatab yang meletakkan kepentingan rakyat di atas segala-galanya, yang ketika suatu malam ia menemukan ada rakyatnya yang kelaparan, lantas ia memanggul sendiri beras untuk rakyatnya itu.

Setiap kali menjelang pemilu, selalu saja banyak rakyat yang pesimis. Mereka seolah jenuh  setiap kali pemimpin berganti namun belum memberikan perubahan yang terasa bagi masyarakat Indonesia. Indonesia masih dinilai tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Bahkan sebagian sumber daya alam kita dikuasai negara lain.

Memang tak mudah untuk menemukan pemimpin yang benar-benar ideal untuk memimpin lebih dari dua ratus juta rakyat Indonesia dan negara yang terbentang luas dengan hamparan lautan dan gugusan pulau-pulaunya. Padahal Indonesia memiliki sejuta potensi untuk menjadi negara makmur. Tapi kita seharusnya tak perlu pesimis. Karena saya yakin suatu saat kelak Sang Garuda mampu menemukan kepalanya yang cocok, yang mampu membuat Sang Garuda terbang tinggi. Suatu saat kelak negara kita akan menemukan pemimpin yang mampu membuat Indonesia menjadi negara yang maju dan makmur.

Menuju hal itu, kini sudah terlihat di beberapa daerah, beberapa daerah memiliki pemimpin yang dicintai warganya, yang mampu mengubah sebuah kota atau provinsi yang ia pimpin menjadi jauh lebih baik. Mereka tak sekedar duduk di balik meja, tapi turun langsung menemui warganya, mendengarkan keluhan dan melihat kondisi yang harus diperbaiki. Mereka tak memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Bahkan terkadang kepentingan pribadi dan keluarga dinomor duakan demi warga atau masyarakat yang ia pimpin, demi wilayah yang ia pimpin. Dan saya yakin, suatu saat nanti pun ada pemimpin negara ini yang benar-benar dicintai rakyatnya.

Harapan saya, dan mungkin harapan seluruh rakyat Indonesia, negara ini dipimpin oleh orang yang benar-benar mementingkan rakyat, bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Bukan hanya terucap di bibir semata, tapi tertanam di dalam hati sanubari yang tergambar dalam setiap tindakan dan keputusannya.

Pemimpin negeri ini haruslah seorang yang memiliki mata setajam mata elang dalam melihat visi untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih makmur. Tapi buta, buta dalam melihat kesempatan untuk berbuat korupsi, buta dalam melihat kesempatan untuk memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadi dan golongan.

Pemimpin bangsa ini juga haruslah seorang yang memiliki telinga yang peka. Peka untuk mendengarkan setiap keluhan rakyat, peka dalam mendengarkan setiap gagasan yang positif. Namun tuli, tuli terhadap rayuan orang-orang disekitarnya yang ingin memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Pemimpin rakyat Indonesia juga haruslah seorang yang memiliki hati, hati untuk merasakan penderitaan rakyat, hati yang jernih untuk bekerja dalam kebenaran, hati untuk merasakan berbagai permasalahan yang dialami bangsa ini. Tapi di satu sisi ia tak boleh punya hati, tak boleh punya hati pada para koruptor, tak boleh punya hati pada para penghianat negeri ini yang mementingkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan golongan, tak boleh punya hati pada siapapun yang berusaha menghancurkan negeri ini.
Pemimpin negeri ini juga haruslah seorang yang punya mulut, mulut untuk mengeluarkan kata-kata pembangkit semangat pada seluruh rakyat, mulut untuk berkomunikasi dengan rakyat, mulut untuk berkoordinasi dengan pemerintahannya untuk memajukan negeri. Tapi pemimpin negeri ini juga haruslah seorang yang bisu, bisu dari kata-kata yang cuma sekedar bualan belaka.

Saya yakin, dan saya harap rakyat Indonesia juga yakin kalau suatu saat nanti kita akan punya pemimpin yang benar-benar merakyat dan bisa mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang makmur, bangsa yang maju, bangsa yang sejahtera. Saya yakin Sang Garuda akan menemukan kepalanya, kepala yang sebenarnya, hingga ia bisa terbang tinggi mengepakkan sayapnya. Hingga Sang Garuda bisa menentukan arah yang tepat untuk terus melesat, melaju dan berjaya di atas langit.

No comments:

Post a Comment