Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas makna berkah
secara bahasa maupun istilah, tentunya sebelum kita membahas panjang
lebar mengenai ngalap berkah (mencari berkah) yang disyariatkan dan yang
tidak, serta hal-hal yang berkaitan dengan mencari berkah dalam
perspektif islam.
Makna dasar berkah dalam bahasa Arab
Dalam bahasa arab kata berkah (البركة) memiliki beberapa makna, di antaranya ialah :
a. Ats-Tsubut (tetap) dan Al-Luzuum (terus melekat)
Dalam kitab Mu’jam Maqaayisil Lughah disebutkan:
Lafazh برك memiliki satu makna asal, yaitu tetapnya sesuatu. Kemudian,
lafalzh ini berkembang menjadi beberapa turunan yang maknanya
berdekatan. Dalam bahasa arab dikatakan: برك البعير يبرك بروكا, artinya
unta tersebut menderum (berlutut pada keempat kakinya). Al-Khalil
berkata, “Lafazh البرك digunakan untuk sekawanan unta yang menderum
(berlutut) di atas air, atau di padang pasir karena panasnya matahari,
atau karena kenyang. Bentuk tunggal maskulinnya adalah بارك dan bentuk
feminimnya adalah باركة …” Abul Khaththab berkata, “Lafazh البركة
artinya sekawanan unta yang sedang minum, kemudian menderum di al-’athan
(tempat menderum).” (Mu’jam Maqaayisil Lughah, Ibnu Faris, 4/352)
Dalam kitab al-Mufradat, karya ar-Raghib al-Ashfahani
disebutkan, lafazh برك البعير berarti, unta menjatuhkan lutut-lututnya.
Lafazh ini juga digunakan untuk mengungkapkan makna menetap di suatu
tempat. Dalam bahasa arab dikatakan, ابتركوا في الحرب yang artinya,
mereka teguh dan tetap berada di medan perang. (Al-Mufradaat Fi Gharibil Qur’an, 44)
Dalam kitab ash-Shihah disebutkan, “Segala sesuatu yang
tetap dan menetap disebut برك … dan lafazh البرك juga bisa berarti dada.
Jika anda memasukan huruf ha (ة) padanya, maka anda meng-kasrah (huruf ba’-nya)
dan anda katakan بركة ….dan lafazh البركة juga berarti telaga, bentuk
jamaknya adalah البرك. Ada yang mengatakan, telaga dinamakan birkah
karena menetapnya air di dalamnya….sedangkan lafazh البراكاء berarti
teguh (kokoh) di dalam peperangan. Asal lafazhnya adalah البروك.” (Ash-Shihaah, Al-Jauhari, 4/1574-1575)
b. An-Nama’a (berkembang) dan Az-Ziyadah (bertambah)
Dalam kitab jamharatul lughah disebutkan, لا بارك الله فيه, artinya semoga Allah tidak mengembangkannya. (Jamharatul Lughah, Ibnu Duraid, 1/272) Dan dalam kitab Mu’jam Maqaasyisil Lughah (1/230) disebutkan, Al-Khalil berkata, “Berkah artinya bertambah dan berkembang.”
c. Ia juga bermakna kebahagiaan
Al-Farra’ berkomentar mengenai firman Allah:
رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ
“…(itu adalah) rahmat Allah dan keberkahan-keberkahan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait….” (QS. Hud: 73)
Ia berkata, “Keberkahan (dalam ayat ini) artinya kebahagiaan.” (Ma’anil Qur’an. Al-Faraa’, 2/23)
Setelah menerangkan pendapat ini, Abu Manshur al-Azhari berkata, “Demikian pula dengan ucapan beliau dalam tahiyyat, Assalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh, karena
siapa saja yang diberi kebahagiaan oleh Allah dengan sesuatu yang Allah
membahagiakan Nabi dengannya, maka dia telah memperoleh kebahagiaan
yang diberkahi dan langgeng.” (Tahzibul Lughah, Al-Azhari, 10/232)
Sedangkan makna sa’adah (kebahagiaan) adalah
mendapatkan taufik untuk melakukan kebaikan. Dalam kitab lisanul ‘arab
disebutkan, “Jika ada yang mengatakan أسعد الله العبد وسعده (Allah
telah membahagiakan seorang hamba), maka maksudnya adalah Allah telah
memberinya taufik untuk melakukan sesuatu yang diridhai-Nya, sehingga
karenanya dia memperoleh kebahagiaan.” (Lisanul Arab, 3/214)
Antara Tabaarak (تبارك) dan Tabarruk (التبرك)
Ibnu Duraid berkata, “lafazh تبارك tidak boleh disandangkan
kecuali kepada Allah. Tidak boleh mengatakan, تبارك فلان, yang artinya,
fulan maha mulia, karena ia adalah sifat yang hanya patut disandang
kecuali oleh Allah.” (Jamharatul Lughah, 1/273)
Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam menjelaskan maknanya, di antaranya ialah:
- Az-Zajjaj berkata, “Lafazh تبا رك berarti maha tinggi dan maha agung.” Menurut Al-Laits lafazh berarti maha tinggi dan maha agung.” Menurut Al-Laits lafazh تبارك الله artinya memuliakan dan mengagungkan Allah. Abul Abbas pernah ditanya mengenai makna lafazh تبارك الله, lalu ia menjawab, “Artinya Maha tinggi Allah, dan lafazh al-mutabaarik berarti Yang Maha tinggi.” Al-Azhari berkata, “Makna بركة الله adalah Maha tinggi dalam keadaan apa pun.” (Tahdzibul Lughah, 10/230-231)
- Abu bakar berkata, “Makna lafazh tabaaraka adalah taqaddasa yang berarti Mahasuci, dan al-Muqaddas yaitu al-Muthahhar, yang berarti Yang Disucikan.” (Tahdzibul Lughah, 10/231)
- Al-Jauhari berkata, “Kalimat تبارك الله artinya بارك, seperti lafazh قاتل dan تقاتل, hanya saja bentuk فاعل itu membutuhkan objek, sedangkan bentuk تفاعل tidak membutuhkan objek.” (Ash-Ashihah, 4/1575)
- Ibnul Anbari berkata, “تبارك الله artinya nama-Nya dijadikan untuk mencari berkah pada setiap urusan.” (Tahdzibul Lughah, 10/228) Adapun makna تبارك بالشيء adalah mengharapkan kebaikan pada sesuatu. Demikian yang disebutkan dalam kitab Lisanul Arab (1/396).
Adapun lafazh التبرك adalah bentuk dasar dari lafazh تبارك
يتبرك تبركا yang berarti mencari berkah. Bertabarruk dengan sesuatu
artinya mencari berkah dengan perantaraan sesuatu tersebut.
Pada sebagian kamus bahasa arab disebutkan, “Tabarraktu bihi” (Aku mencari berkah dengannya), maksudnya “Tayammantu bihi” (Aku mengharapkan keberuntungan dengannya).” (As-Shihah, 4/1575)
Lafazh al-Yumnu artinya al-barakah (keberkahan). Orang yang mendatangkan keberkahan bagi kaumnya disebut maimuun, yaitu jika dia diberkahi atas mereka…dan jika dikatakan tayammantu bihi, artinya aku mencari berkah dengannya.” (Ash-Shihah, 6/322)
Berdasarkan keterangan di atas, tampaklah bahwa lafazh al-barakah dan al-yumnu adalah sinonim.
Makna berkah secara istilah
Adapun makna berkah secara istilah terangkum sebagai berikut ini:
a. Tetap dan langgengnya kebaikan
Makna ini sesuai dengan definisi pertama secara bahasa, yaitu tetap dan selalu melekat.
Ar-Raghib Al-Ashfahani mengatakan dalam kitabnya
Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, “Al-Barakah adalah tetapnya kebaikan
Ilahi pada sesuatu. Allah berfirman:
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“..Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96)
Dinamakan demikian, karena melekatnya kebaikan di dalamnya
layaknya air yang selalu ada di dalam sumur. Adapun sesuatu yang
diberkahi adalah sesuatu yang di dalamnya terdapat kebaikan.” (Al-Mufradat: 44)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata ketika menafsirkan firman Allah:
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu,
negeri-negeri bagian timur bumi dan sebagian baratnya yang telah Kami
beri berkah padanya…” (QS. Al-A’raf: 137)
“Maksudnya, negeri-negeri yang kami jadikan di dalamnya kebaikan yang tetap dan langgeng bagi penduduknya.” (Tafsir Ath-Thabari, 9/43)
b. Banyak dan bertambahnya kebaikan
Makna ini sesuai dengan definisi kedua secara bahasa, yaitu berkembang dan bertambah.
Imam al-Qurthubi berkata ketika menafsirkan firman Allah:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang terletak di Bakkah
(Makkah) yang diberkahi..” (QS. Ali Imran: 96)
“Allah menjadikan Makkah sebagai kota yang diberkahi,
karena berlipatgandanya pahala amal perbuatan yang dilakukan di
dalamnya. Jadi , barakah pada ayat ini berarti banyaknya kebaikan.” (Tafsir Al-Qurthubi, 4/139)
Di antara alasan yang dikemukakan oleh Imam Ibnul Qayyim
mengenai sebab disebutkannya lafazh berkah berbentuk jamak (plural),
sedang lafazh salam (keselamatan) dan rahmat berbentuk mufrad (tunggal)
dalam ucapan salam (السلام عليكم ورحمة الله وبركاته) yaitu, “Karena arti
yang ditunjukkan oleh lafazh barakah adalah banyaknya kebaikan dan
sifatnya yang berkesinambungan, dalam artian, suatu kebaikan akan
dibarengi oleh kebaikan lainnya –sehingga kebaikan tersebut bersifat
terus menerus dan berkesinambungan- maka penggunaan bentuk jamak bagi
lafazh barakah itu lebih tepat, dan memang demikian makna yang dimaksud.
Atas dasar ini, lafazh itu disebutkan di dalam al-Qur’an dengan
redaksi:
رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ
“..(itu adalah) rahmat Allah dan keberkahan-keberkahan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait…” (QS. Huud: 73)
Allah menyebutkan lafazh rahmah (rahmat) dalam bentuk tunggal dan lafazh barakah dalam bentuk jamak. Juga dengan ucapan salam ketika membaca tahiyyat, assalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh.” (Badaa’iul Fawaid, Ibnul Qayyim, 2/182-183)
Asy- Syinqithi menyebutkan dalam kitab Adhwaul Bayan bahwa makna berkah pada firman Allah:
وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ
“Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan…” (QS. Al-Anbiya: 50)
Yakni, banyaknya keberkahan dan kebaikan, karena di dalamnya Al-Qur’an terdapat kebaikan di dunia dan di akhirat.” (Adhwaul Bayan, 4/587)
Wallohu a’lam bishowab
Diringkas dari buku: Tabaruk Memburu Berkah Sepanjang Masa Di Seluruh Dunia Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
(edisi terjemahan Indonesia), hal 28-39, DR. Nashir bin Abdurrahman bin
Muhammad Al-Judai’, penerjemah Ahmad Yunus, Msi, cetakan petama April
2009 M, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Jakarta.
No comments:
Post a Comment