Sunday, 22 June 2014

Yang Berkesan bagi Seorang Gadis Kecil

Ketika itu Rasulullah mengumumkan akan berperang ke Khaibar. Kaum Muslimin seluruhnya menjadi sibuk. Baik pria maupun wanita mempersiapkan berbagai keperluan untuk perang tersebut. Ada yang mempersiapkan kuda, unta, persenjataan, perbekalan dan ada pula yang mempersiapkan obat-obatan.

Di tengah kesibukan itu, sekumpulan wanita yang berasal dari kampung al Ghifariyah mendatangi Rasulullah. Mereka telah berjalan cukup jauh dari luar kota Madinah. Tujuannya hanya satu, meminta izin Rasulullah agar dapat ikut berperang.

Saat mereka berhadapan dengan Rasulullah saw, salah seorang di antara mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kami ingin bersamamu ke Khaibar untuk mengobati yang luka dan membantu kaum Muslim semampu kami.” Rasulullah tersenyum, apalagi dilihatnya ada seorang gadis kecil di tengah kumpulan wanita tersebut. Lalu beliau menjawab, “Semoga Allah merahmati kalian semua.” Mendengar jawaban Rasulullah, para wanita itu merasa gembira. Itu artinya, Rasulullah mengizinkan mereka untuk pergi ke Khaibar. Kegembiraan itupun meliputi hati gadis kecil di antara para perempuan itu. Meski masih kecil, ia sangat ingin ikut membela Islam. Baginya, Perang Khaibar merupakan salah satu kesempatan.  
Gadis itu memang masih kecil. Ketika itu ia belum lagi haidh. Namanya Umayyah binti Qays. Dia dibonceng Rasululah di belakang pelana untanya. Bahkan untuk naik ke atas unta pun Umayyah harus diangkat oleh Rasulullah.

Umayyah terus berboncengan dengan Rasulullah selama perjalanan menuju Khaibar. Khaibar adalah perkampungan kaum Yahudi yang terletak di luar kota Madinah. Memerlukan waktu yang lebih dari semalam untuk sampai ke sana. Perang Khaibar merupakan salah satu perang besar antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi dalam masa Rasulullah.
Saat Subuh tiba, rombongan kaum Muslimin berhenti sejenak untuk shalat. Ketika Umayyah turun dari unta, ia melihat sebercak darah di bekas tempat duduknya tadi. Umayyah terkejut, dan ia merasa malu karena mengerti inilah pertama kali ia mengalami haid. Karena malunya, Umayyah tetap duduk di atas unta, tak ingin bercak darah itu terlihat oleh orang lain.

Namun perbuatannya itu malah mengundang perhatian Rasulullah. Akhirnya beliau pun tahu, bahwa gadis kecil ini baru saja mengalami haid. Dengan lembut beliau berkata, “Engkau sedang haid?” Malu-malu Umayyah menjawab, ya. “Kalau begitu, bersihkanlah dirimu. Ambil sebejana air dan masukkan sedikit garam ke dalamnya. Kemudian cucilah darah di pelana kuda  itu,” jelas Rasulullah. Umayyah lalu mengerjakan apa yang diperintahkan Rasululah.

Perang Khaibar berkecamuk hebat. Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran itu. Usai perang, Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan perang kepada seluruh pasukan. Beliau saw pun menghampiri Umayyah dan memberikan seuntai kalung indah untuknya.
Bagi Umayyah, ada dua hal yang tak pernah ia lupakan dari peristiwa Perang Khaibar itu. Yang pertama, pengajaran Rasulullah tentang cara membersihkan haid. Ia menjadikannya sebagai wasiat yang tak pernah ia tinggalkan. Setiap kali haid, ia akan membersihkan darahnya dengan air garam. Bahkan untuk mandi pun ia memakai air yang diberi garam. Yang kedua, seuntai kalung yang diberikan Rasulullah langsung kepadanya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, hingga Umayyah wafat.

( Wirda Yanti )

No comments:

Post a Comment