Ketika itu Rasulullah
mengumumkan akan berperang ke Khaibar. Kaum Muslimin seluruhnya menjadi
sibuk. Baik pria maupun wanita mempersiapkan berbagai keperluan untuk
perang tersebut. Ada yang mempersiapkan kuda, unta, persenjataan,
perbekalan dan ada pula yang mempersiapkan obat-obatan.
Di tengah kesibukan itu, sekumpulan
wanita yang berasal dari kampung al Ghifariyah mendatangi Rasulullah.
Mereka telah berjalan cukup jauh dari luar kota Madinah. Tujuannya hanya
satu, meminta izin Rasulullah agar dapat ikut berperang.
Saat mereka berhadapan dengan Rasulullah
saw, salah seorang di antara mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kami
ingin bersamamu ke Khaibar untuk mengobati yang luka dan membantu kaum
Muslim semampu kami.” Rasulullah tersenyum, apalagi dilihatnya ada
seorang gadis kecil di tengah kumpulan wanita tersebut. Lalu beliau
menjawab, “Semoga Allah merahmati kalian semua.” Mendengar jawaban
Rasulullah, para wanita itu merasa gembira. Itu artinya, Rasulullah
mengizinkan mereka untuk pergi ke Khaibar. Kegembiraan itupun meliputi
hati gadis kecil di antara para perempuan itu. Meski masih kecil, ia
sangat ingin ikut membela Islam. Baginya, Perang Khaibar merupakan salah
satu kesempatan.
Gadis itu memang masih kecil. Ketika itu
ia belum lagi haidh. Namanya Umayyah binti Qays. Dia dibonceng
Rasululah di belakang pelana untanya. Bahkan untuk naik ke atas unta pun
Umayyah harus diangkat oleh Rasulullah.
Umayyah terus berboncengan dengan
Rasulullah selama perjalanan menuju Khaibar. Khaibar adalah perkampungan
kaum Yahudi yang terletak di luar kota Madinah. Memerlukan waktu yang
lebih dari semalam untuk sampai ke sana. Perang Khaibar merupakan salah
satu perang besar antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi dalam masa
Rasulullah.
Saat Subuh tiba, rombongan kaum Muslimin
berhenti sejenak untuk shalat. Ketika Umayyah turun dari unta, ia
melihat sebercak darah di bekas tempat duduknya tadi. Umayyah terkejut,
dan ia merasa malu karena mengerti inilah pertama kali ia mengalami
haid. Karena malunya, Umayyah tetap duduk di atas unta, tak ingin bercak
darah itu terlihat oleh orang lain.
Namun perbuatannya itu malah mengundang
perhatian Rasulullah. Akhirnya beliau pun tahu, bahwa gadis kecil ini
baru saja mengalami haid. Dengan lembut beliau berkata, “Engkau sedang
haid?” Malu-malu Umayyah menjawab, ya. “Kalau begitu, bersihkanlah
dirimu. Ambil sebejana air dan masukkan sedikit garam ke dalamnya.
Kemudian cucilah darah di pelana kuda itu,” jelas Rasulullah. Umayyah
lalu mengerjakan apa yang diperintahkan Rasululah.
Perang Khaibar berkecamuk hebat. Kaum
Muslimin berhasil memenangkan pertempuran itu. Usai perang, Rasulullah
membagi-bagikan harta rampasan perang kepada seluruh pasukan. Beliau saw
pun menghampiri Umayyah dan memberikan seuntai kalung indah untuknya.
Bagi Umayyah, ada dua hal yang tak
pernah ia lupakan dari peristiwa Perang Khaibar itu. Yang pertama,
pengajaran Rasulullah tentang cara membersihkan haid. Ia menjadikannya
sebagai wasiat yang tak pernah ia tinggalkan. Setiap kali haid, ia akan
membersihkan darahnya dengan air garam. Bahkan untuk mandi pun ia
memakai air yang diberi garam. Yang kedua, seuntai kalung yang diberikan
Rasulullah langsung kepadanya. Kalung itu tak pernah lepas dari
lehernya, hingga Umayyah wafat.
( Wirda Yanti )
No comments:
Post a Comment