Sunday, 1 June 2014

Presiden Harapanku - Memilih presiden Sejak Dini (Proses Menulis Rekam Jejak Calon Presiden)

Setiap lima tahun bangsa ini diberi kesempatan untuk memilih pemimpin baru yang akan menahkodai perjalanan bangsa dalam lima tahun kedepan. Semestinya kesempatan tersebut disambut dengan suka cita oleh bangsa ini. Bagaimana tidak, memilih pemimpin baru berarti menyemai harapan baru, motivasi baru, hari yang baru dan impian-impian baru. Harapannya pemimpin yang terpilih nantinya mampu menjaga beragam impian dan harapan tersebut sehingga bisa memetik hasil positif. Apa yang kurang dimasa lalu bisa diperbaiki sekarang. Segala ketertinggalan bisa dikejar dan diperbaiki kondisinya.

Namun dalam prakteknya, kesempatan memilih pemimpin baru tersebut tidak selalu menunjukkan suka cita. Terkadang pemilu justru memunculkan pesismisme. Apakah pemimpin baru akan lebih baik, atau justru lebih buruk dari sebelumnya. Demikian halnya dengan calon-calon yang muncul di permukaan. Hampir tidak ada perbedaan dari lima tahun sebelumnya. Publik kemudian menjadi pesimis karena tahu latar belakang dari pemimpin-pemimpin tersebut. Kalaupun muncul tokoh baru, ternyata tidak memenuhi harapan dan keinginan masyarakat.

Pertanyaannya apakah negeri ini benar-benar krisis calon pemimpin?atau justru sistem politik di negeri ini yang menghambat munculnya pemimpin baru? Mungkinkah rakyat tidak tahu calon pemimpin yang baik karena tidak memiliki dasar untuk membuat pilihan?

Beragam pertanyaan tersebut merujuk pada sebuah proses memilih calon presiden yang memperhatikan system politik, rekam jejak individu calon presdien dan system penulisan rekam jejak yang dimulai sejak dini. Karena itu, pada tulisan ini saya ingin memfokuskan sebuah ide tentang “MEMILIH PRESIDEN SEJAK DINI”. Memilih presiden sejak dini dimaknai sebagai sebuah proses jangka panjang dalam menyaring calon pemimpin. Presiden adalah pimpinan eksekutif tertinggi Negara ini, sehingga semestinya lahir dari proses yang panjang, kredibel, berintegritas tinggi, akuntabel dan memiliki rekam jejak kepemimpinan yang panjang. Tentunya kita tidak mengharapkan seorang presiden karbitan, yang baru muncul menjelang Pemilu. Kita juga tidak mengharap lahirnya presiden yang penuh dengan pencitraan tanpa rekam jejak pengabdian dan kapabilitas memadai. Kita juga tidak mengharapkan lahirnya presiden yang tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bangsa ini karena tidak menguasai permasalahan bangsa secarra komkprehensif. Kita juga tidak mengharapkan lahirnyanya presiden yang mendahulukan kepentingan kelompoknya daripada bangsanya.  

Artinya setiap calon presiden harus diketahui dengan baik rekam jejaknya sejak dini terkait dengan integritas,kapabilitas, akuntabilitas, kapasitas individu dan rekam jejak moralitasnya. Untuk itu diperlukan sebuah cara yang terukur, terstruktur dan tersistem dalam menuliskan rekam jejak individu.

Memulai Sejak Usia Dini
Di setiap level pendidikan formal perlu ada penulisan rekam jejak setiap peserta didik. Ini akan membantu upaya untuk menuliskan kapabilitas, integritas, dan kapasitas dari setiap individu. Sejak usia dini di sekolah ada semacam raport yang isinya bukan sekedar aspek akademis. Misalnya ada penilaian tentang kemampuan di bidang kepemimpinan, integritas, kejujuran dan dibuat secara berjenjang. Ketika mereka melanjutkan pendidikan lebih tinggi aspek penilaian ini terus berlanjut. Untuk menjaga otentisitas, kejujuran dan objektifitas dalam penulisan rekam jejak tersebut tentunya perlu melibatkan berbagai stakeholder dalam pendidikan. Misalnya, guru menuliskan di sekolah, masyarakat di lingkungan (bisa menggandeng komite sekolah).

Dalam aspek penilaian kepemimpinan misalnya: guru bisa menuliskan kemampuan dan peran seorang anak dalam memimpin kelompok atau membuat inisiatif dalam program. Aspek kejujuran bisa dilihat dari sikap anak ketika membuat kesalahan, apakah dia mengakui dengan jujur atau justru berusaha menutupi. Ketika mereka melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan selanjutnya, maka proses pembentukan rekam jejak tersebut harus terus berlanjut. Ketika mereka terjun ke dunia kerja, persoalan integritas, kapabilitas, kejujuran harus terus dikembangkan. Pimpinan tempat kerja, maupaun rekan kerja bisa menambahkan aspek penilaian dalam rekam jejak tersebut.

Di era yang serba terbuka, transparan dan terkoneksi melalui teknologi, setiap elemen masyarakat bisa memberikan penilaian, bantahan, masukan terhadap rekam jejak yang telah melekat pada individu. Tentunya, semua bantahan, penilaian, kritik harus berbasis data valid dan niatan baik untuk memberikan feddback yang jujur. Bukan sekedar diniatkan untuk menjelekan orang lain, menjatuhkan orang lain atau menghancurkan sisi personal seseorang.

Ini adalah proses jangka panjang yang terus dibentuk, masyarakat bisa memberikan masukan ketika menemukan beragam keganjilan, cacat moral, cacat integritas, cacat kapabilitas dan sebagainya. Ini menjadi tanggungjawab bersama antara institusi pendidikan, orang tua, masyarakat.

Mungkin ada yang bilang, proses ini lama, rumit atau utopis. Tapi bukankah untuk mendapatkan pemimpin yang baik bangsa ini harus mau menempuh proses yang baik pula?. Bukankah pemimpin yang baik tidak muncul secara tiba-tiba dan membutuhan proses jangka panjang? Kalau system ini dilakukan dengan terencana dan konsisten sebenarnya tidak rumit, karena selayaknya seorang siswa mendapatkan rapot dari sekolahnya. Ingat bahwa presiden adalah figur penting yang akan menahkodai bangsa ini, jadi sewajarnya kalau dia adalah sosok terbaik yang dilahirkan dari bangsa ini. Kita tentu tidak ingin kalau harus impor presiden selayaknya sewa pelatih sepakbola asing?, tidak perlu kan kita setiap lima tahun menyesal karena telah memilih seorang pemimpin yang salah?.

Rekam jejak sejak dini akan membantu masyarakat dalam menganalisa setiap calon presiden mereka. Sehingga mereka tidak salah memiliih pemimpin. System penulisan rekam jejak sejak dini yang melibatkan berbagai pihak akan memotivasi individu untuk membangun personalitas yang baik sejak usia dini. Bayangkan kalau setiap anak bangsa membangun personalitas yang baik dari sisi akademis, mental dan personal tentunya akan lahir pemimpin-pemimpin yang baik bagi bangsa ini. Tidak perlu lagi setiap lima tahun bangsa ini bingung menentukan calon presiden karena tidak memiliki calon-calon yang memadai.
Menuliskan rekam jejak calon pemimpin sejak usia dini, bukanlah proses instan yang bisa dilihat hasilnya. Membutuhkan kemauan dan konsistensi dari bangsa ini untuk menjalani proses tersebut. Sekali lagi lahirnya seorang pemimpin yang berkualitas, bermutu, berintegritas bukan proses karbitan. Ada proses yang harus dilewati bangsa ini.

No comments:

Post a Comment