Setiap lima tahun bangsa ini diberi kesempatan untuk
memilih pemimpin baru yang akan menahkodai perjalanan bangsa dalam lima
tahun kedepan. Semestinya kesempatan tersebut disambut dengan suka cita
oleh bangsa ini. Bagaimana tidak, memilih pemimpin baru berarti menyemai
harapan baru, motivasi baru, hari yang baru dan impian-impian baru.
Harapannya pemimpin yang terpilih nantinya mampu menjaga beragam impian
dan harapan tersebut sehingga bisa memetik hasil positif. Apa yang
kurang dimasa lalu bisa diperbaiki sekarang. Segala ketertinggalan bisa
dikejar dan diperbaiki kondisinya.
Namun dalam
prakteknya, kesempatan memilih pemimpin baru tersebut tidak selalu
menunjukkan suka cita. Terkadang pemilu justru memunculkan pesismisme.
Apakah pemimpin baru akan lebih baik, atau justru lebih buruk dari
sebelumnya. Demikian halnya dengan calon-calon yang muncul di permukaan.
Hampir tidak ada perbedaan dari lima tahun sebelumnya. Publik kemudian
menjadi pesimis karena tahu latar belakang dari pemimpin-pemimpin
tersebut. Kalaupun muncul tokoh baru, ternyata tidak memenuhi harapan
dan keinginan masyarakat.
Pertanyaannya apakah negeri
ini benar-benar krisis calon pemimpin?atau justru sistem politik di
negeri ini yang menghambat munculnya pemimpin baru? Mungkinkah rakyat
tidak tahu calon pemimpin yang baik karena tidak memiliki dasar untuk
membuat pilihan?
Beragam pertanyaan tersebut merujuk
pada sebuah proses memilih calon presiden yang memperhatikan system
politik, rekam jejak individu calon presdien dan system penulisan rekam
jejak yang dimulai sejak dini. Karena itu, pada tulisan ini saya ingin
memfokuskan sebuah ide tentang “MEMILIH PRESIDEN SEJAK DINI”. Memilih
presiden sejak dini dimaknai sebagai sebuah proses jangka panjang dalam
menyaring calon pemimpin. Presiden adalah pimpinan eksekutif tertinggi
Negara ini, sehingga semestinya lahir dari proses yang panjang,
kredibel, berintegritas tinggi, akuntabel dan memiliki rekam jejak
kepemimpinan yang panjang. Tentunya kita tidak mengharapkan seorang
presiden karbitan, yang baru muncul menjelang Pemilu. Kita juga tidak
mengharap lahirnya presiden yang penuh dengan pencitraan tanpa rekam
jejak pengabdian dan kapabilitas memadai. Kita juga tidak mengharapkan
lahirnya presiden yang tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bangsa
ini karena tidak menguasai permasalahan bangsa secarra komkprehensif.
Kita juga tidak mengharapkan lahirnyanya presiden yang mendahulukan
kepentingan kelompoknya daripada bangsanya.
Artinya
setiap calon presiden harus diketahui dengan baik rekam jejaknya sejak
dini terkait dengan integritas,kapabilitas, akuntabilitas, kapasitas
individu dan rekam jejak moralitasnya. Untuk itu diperlukan sebuah cara
yang terukur, terstruktur dan tersistem dalam menuliskan rekam jejak
individu.
Memulai Sejak Usia Dini
Di
setiap level pendidikan formal perlu ada penulisan rekam jejak setiap
peserta didik. Ini akan membantu upaya untuk menuliskan kapabilitas,
integritas, dan kapasitas dari setiap individu. Sejak usia dini di
sekolah ada semacam raport yang isinya bukan sekedar aspek akademis.
Misalnya ada penilaian tentang kemampuan di bidang kepemimpinan,
integritas, kejujuran dan dibuat secara berjenjang. Ketika mereka
melanjutkan pendidikan lebih tinggi aspek penilaian ini terus berlanjut.
Untuk menjaga otentisitas, kejujuran dan objektifitas dalam penulisan
rekam jejak tersebut tentunya perlu melibatkan berbagai stakeholder dalam pendidikan. Misalnya, guru menuliskan di sekolah, masyarakat di lingkungan (bisa menggandeng komite sekolah).
Dalam
aspek penilaian kepemimpinan misalnya: guru bisa menuliskan kemampuan
dan peran seorang anak dalam memimpin kelompok atau membuat inisiatif
dalam program. Aspek kejujuran bisa dilihat dari sikap anak ketika
membuat kesalahan, apakah dia mengakui dengan jujur atau justru berusaha
menutupi. Ketika mereka melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan
selanjutnya, maka proses pembentukan rekam jejak tersebut harus terus
berlanjut. Ketika mereka terjun ke dunia kerja, persoalan integritas,
kapabilitas, kejujuran harus terus dikembangkan. Pimpinan tempat kerja,
maupaun rekan kerja bisa menambahkan aspek penilaian dalam rekam jejak
tersebut.
Di era yang serba terbuka, transparan dan
terkoneksi melalui teknologi, setiap elemen masyarakat bisa memberikan
penilaian, bantahan, masukan terhadap rekam jejak yang telah melekat
pada individu. Tentunya, semua bantahan, penilaian, kritik harus
berbasis data valid dan niatan baik untuk memberikan feddback yang
jujur. Bukan sekedar diniatkan untuk menjelekan orang lain, menjatuhkan
orang lain atau menghancurkan sisi personal seseorang.
Ini
adalah proses jangka panjang yang terus dibentuk, masyarakat bisa
memberikan masukan ketika menemukan beragam keganjilan, cacat moral,
cacat integritas, cacat kapabilitas dan sebagainya. Ini menjadi
tanggungjawab bersama antara institusi pendidikan, orang tua,
masyarakat.
Mungkin ada yang bilang, proses ini lama,
rumit atau utopis. Tapi bukankah untuk mendapatkan pemimpin yang baik
bangsa ini harus mau menempuh proses yang baik pula?. Bukankah pemimpin
yang baik tidak muncul secara tiba-tiba dan membutuhan proses jangka
panjang? Kalau system ini dilakukan dengan terencana dan konsisten
sebenarnya tidak rumit, karena selayaknya seorang siswa mendapatkan
rapot dari sekolahnya. Ingat bahwa presiden adalah figur penting yang
akan menahkodai bangsa ini, jadi sewajarnya kalau dia adalah sosok
terbaik yang dilahirkan dari bangsa ini. Kita tentu tidak ingin kalau
harus impor presiden selayaknya sewa pelatih sepakbola asing?, tidak
perlu kan kita setiap lima tahun menyesal karena telah memilih seorang
pemimpin yang salah?.
Rekam jejak sejak dini akan
membantu masyarakat dalam menganalisa setiap calon presiden mereka.
Sehingga mereka tidak salah memiliih pemimpin. System penulisan rekam
jejak sejak dini yang melibatkan berbagai pihak akan memotivasi individu
untuk membangun personalitas yang baik sejak usia dini. Bayangkan kalau
setiap anak bangsa membangun personalitas yang baik dari sisi akademis,
mental dan personal tentunya akan lahir pemimpin-pemimpin yang baik
bagi bangsa ini. Tidak perlu lagi setiap lima tahun bangsa ini bingung
menentukan calon presiden karena tidak memiliki calon-calon yang
memadai.
Menuliskan rekam jejak calon pemimpin sejak
usia dini, bukanlah proses instan yang bisa dilihat hasilnya.
Membutuhkan kemauan dan konsistensi dari bangsa ini untuk menjalani
proses tersebut. Sekali lagi lahirnya seorang pemimpin yang berkualitas,
bermutu, berintegritas bukan proses karbitan. Ada proses yang harus
dilewati bangsa ini.
No comments:
Post a Comment