Katakan padaku untuk apa aku memilihmu.
Ceritakan padaku bagaimana kau memandang negriku.
Paparkan padaku apa yang akan kau buat untuk negriku.
Maafkan aku, aku harus memilih dengan cermat.
Jika aku kau anggap bawel, itu karena aku tidak ingin rewel 5 tahun setelah kau terpilih.
Jika aku kau anggap sok idealis, itu karena aku tidak ingin menangis 5 tahun setelah kau terpilih.
Tidak perlu takut aku tidak memilihmu kalau kau memenuhi harapanku.
Harapanku sederhana. Sesederhana kau membuka matamu.
Harapanku sederhana. Sesederhana kau dengarkan kata hatimu.
Ketika aku memilihmu itu berarti kau adalah pemimpinku, bukan hanya pemimpin golonganmu.
Ketika aku memilihmu itu berarti kau adalah pelaksanamandatku, bukan hanya mandat golonganmu.
Ketika aku memilihmu itu berarti kau adalah bagian dariku, maka berkumpulah dengan ku, bukan hanya dengan golonganmu.
Tahukah engkau, memilih adalah pekerjaan yang amat berat buatku.
Aku memilihmu lebih karena kecintaanku pada negaraku.
Aku memilihmu lebih karena kecintaanku pada bangsaku.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku makmur diatas kemakmuranmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku cerdas diatas kecerdasanmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku bijaksana diatas kebijaksanaanmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku sederhana, sesederhana pribadimu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku jujur, memlebihi kejujuranmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku percaya diri melebihi kepercayaan dirimu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku optimis menatap masa depanya melebihi keoptimisanmu.
Apakah aku sudah berlebihan ?
Aku tidak menuntutmu untuk pandai menebar kata.
Aku hanya memintamu untuk melakukan yang kau katakan.
Aku tidak menuntutmu untuk pandai berbahasa asing.
Aku hanya memintamu untuk mengerti bahasa sederhana dari rakyat yang kau pimpin.
Aku tidak menuntutmu untuk jadi ahli strategi.
Aku hanya memintamu agar engkau pimpin para jenderal dengan visi besarmu.
Aku tidak menuntutmu untuk jadi ahli ekonomi.
Aku hanya memintamu agar kau arahkan para ahli ekonomi untuk mensejahterakan negri.
Apakah aku terlalu banyak permintaan ?
Aku hanya ingin kau tahu, saudaraku tersebar diseluruh negri, dari Sabang sampai Merauke.
Aku hanya ingin kau tahu, saudaraku tidak hanya tinggal di kota, bahkan banyak dari mereka yang tinggal di desa dan perbatasan negri.
Aku hanya ingin kau tahu, ketika aku memilihmu aku selalu memikirkan kepentingan saudaraku.
Janganlah memandangku seperti itu.
Wajar kalau aku mengharapkan yang lebih darimu, karena kau yang kumau jadi pemimpinku.
Aku tidak hanya perlu keahlian manajerialmu, aku juga perlu karakter kepemimpinanmu.
Aku tidak hanya perlu keahlian pendekatanmu, aku juga perlu kemampuan sistematismu.
Aku tidak hanya perlu perlu kerajinanmu, aku juga perlu kreativitasmu.
Aku tidak hanya perlu keramah-tamahanmu, aku juga perlu ketegasanmu.
Iya, aku tahu kau hanya manusia biasa.
Tapi menjadi pemimpin, adalah manusia setengah dewa.
Kalau kau tidak siap untuk itu, untuk apa aku memilihmu.
Ratusan juta harapan rakyat negri ini dititipkan kepadamu, kau setengah dewa.
Ratusan juta keluhan rakyat negri ini akan dialamatkan kepadamu, kau setengah dewa.
Ratusan juta rasa keadilan rakyat negri ini akan digantungkan kepadamu, kau setengah dewa.
Ratusan juta kesejahteraan rakyat negri ini akan dibebankan dipundakmu, kau setengah dewa.
Ratusan juta perasaan aman rakyat negri ini akan diletakkan digenggamanmu, kau setengah dewa.
Janganlah mengeluh seperti itu.
Aku perlu pemimpin yang kuat dan tegar untuk menyemangatiku.
Aku perlu pemimpin yang santun dan lembut untuk menentramkanku.
Aku perlu pemimpin yang berani dan garang untuk melindungiku.
Aku perlu pemimpin yang berpandangan jauh ke depan untuk mengarahkanku.
Tapi sudahlah, kalau kau tidak sanggup, aku juga tidak akan memaksakan kehendakku. Buatku memilih pemimpin yang komplit kemampuannya adalah sebuah keharusan. Lebih baik menulis banyak kriteria, dengan begitu aku sudah bisa membayangkan sosok seperti apa yang akan kupilih jika waktunya tiba.
Kalau aku tidak punya kriteria. Pasti aku akan kau ombang-ambingkan dengan janji-janji manis kampanyemu.
Tidak. Cukup sudah pengalaman memilih presiden beberapa tahun lalu menjadi pelajaran buatku. Pencitraan tidak akan merubah pilihanku kalau kau tidak punya visi yang jelas untuk negri ini.
Aku tahu menjadi presiden tidaklah mudah. Bahkan bisa jadi kau akan tawar-menawar untuk menjalankan visi misimu baik dengan kalangan dalam negri maupun dengan kalangan luar negri.
Namun dengarkanlah.
Aku ini rakyatmu, aku lebih berhak kau bela dan kau perjuangkan dari pada kepentingan sesaatmu dan golonganmu.
Aku ini rakyatmu, aku lebih berhak kau bela dan kau perjuangkan daripada sekedar menyerah pada hegemoni dan kepentingan asing di negri ini.
Aku ini rakyatmu, aku tidak pernah merasa lebih hebat dari bangsa lain. Tapi jelas aku kecewa dan marah kalau kau hanya diam saatbangsa kita direndahkan dan dilecehkan oleh bangsa lain.
Dengarlah wahai calon pemimpinku :
Suaramu adalah suaraku.
Keberanianmu adalah keberanianku.
Ketegasanmu adalah ketegasanku.
Kemarahanmu adalah juga kemarahanku.
Keramah-tamahanmu adalah keramah-tamahanku.
Kejujuranmu adalah kejujuranku.
Kebijaksanaanmu adalah juga kebijaksanaanku.
Dan itu semua hanya akan bisa kaudapatkan jika kau menjadikan “Aku dan seluruh saudaraku, Rakyatmu” sebagai inpirasi tunggalmu dalam memimpin negri ini.
Kalau itu sudah ada dalam jiwamu, kau tidak perlu ragu untuk maju.
Majulah, tunjukkan dirimu, beberkan rekam jejakmu, paparkan visi-misimu.
Dan biarkan aku dan saudaraku memilihmu jadi Pemimpin Negri Nomor Satu.
Ceritakan padaku bagaimana kau memandang negriku.
Paparkan padaku apa yang akan kau buat untuk negriku.
Maafkan aku, aku harus memilih dengan cermat.
Jika aku kau anggap bawel, itu karena aku tidak ingin rewel 5 tahun setelah kau terpilih.
Jika aku kau anggap sok idealis, itu karena aku tidak ingin menangis 5 tahun setelah kau terpilih.
Tidak perlu takut aku tidak memilihmu kalau kau memenuhi harapanku.
Harapanku sederhana. Sesederhana kau membuka matamu.
Harapanku sederhana. Sesederhana kau dengarkan kata hatimu.
Ketika aku memilihmu itu berarti kau adalah pemimpinku, bukan hanya pemimpin golonganmu.
Ketika aku memilihmu itu berarti kau adalah pelaksanamandatku, bukan hanya mandat golonganmu.
Ketika aku memilihmu itu berarti kau adalah bagian dariku, maka berkumpulah dengan ku, bukan hanya dengan golonganmu.
Tahukah engkau, memilih adalah pekerjaan yang amat berat buatku.
Aku memilihmu lebih karena kecintaanku pada negaraku.
Aku memilihmu lebih karena kecintaanku pada bangsaku.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku makmur diatas kemakmuranmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku cerdas diatas kecerdasanmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku bijaksana diatas kebijaksanaanmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku sederhana, sesederhana pribadimu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku jujur, memlebihi kejujuranmu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku percaya diri melebihi kepercayaan dirimu.
Aku memilihmu karena berharap seluruh rakyat negaraku optimis menatap masa depanya melebihi keoptimisanmu.
Apakah aku sudah berlebihan ?
Aku tidak menuntutmu untuk pandai menebar kata.
Aku hanya memintamu untuk melakukan yang kau katakan.
Aku tidak menuntutmu untuk pandai berbahasa asing.
Aku hanya memintamu untuk mengerti bahasa sederhana dari rakyat yang kau pimpin.
Aku tidak menuntutmu untuk jadi ahli strategi.
Aku hanya memintamu agar engkau pimpin para jenderal dengan visi besarmu.
Aku tidak menuntutmu untuk jadi ahli ekonomi.
Aku hanya memintamu agar kau arahkan para ahli ekonomi untuk mensejahterakan negri.
Apakah aku terlalu banyak permintaan ?
Aku hanya ingin kau tahu, saudaraku tersebar diseluruh negri, dari Sabang sampai Merauke.
Aku hanya ingin kau tahu, saudaraku tidak hanya tinggal di kota, bahkan banyak dari mereka yang tinggal di desa dan perbatasan negri.
Aku hanya ingin kau tahu, ketika aku memilihmu aku selalu memikirkan kepentingan saudaraku.
Janganlah memandangku seperti itu.
Wajar kalau aku mengharapkan yang lebih darimu, karena kau yang kumau jadi pemimpinku.
Aku tidak hanya perlu keahlian manajerialmu, aku juga perlu karakter kepemimpinanmu.
Aku tidak hanya perlu keahlian pendekatanmu, aku juga perlu kemampuan sistematismu.
Aku tidak hanya perlu perlu kerajinanmu, aku juga perlu kreativitasmu.
Aku tidak hanya perlu keramah-tamahanmu, aku juga perlu ketegasanmu.
Iya, aku tahu kau hanya manusia biasa.
Tapi menjadi pemimpin, adalah manusia setengah dewa.
Kalau kau tidak siap untuk itu, untuk apa aku memilihmu.
Ratusan juta harapan rakyat negri ini dititipkan kepadamu, kau setengah dewa.
Ratusan juta keluhan rakyat negri ini akan dialamatkan kepadamu, kau setengah dewa.
Ratusan juta rasa keadilan rakyat negri ini akan digantungkan kepadamu, kau setengah dewa.
Ratusan juta kesejahteraan rakyat negri ini akan dibebankan dipundakmu, kau setengah dewa.
Ratusan juta perasaan aman rakyat negri ini akan diletakkan digenggamanmu, kau setengah dewa.
Janganlah mengeluh seperti itu.
Aku perlu pemimpin yang kuat dan tegar untuk menyemangatiku.
Aku perlu pemimpin yang santun dan lembut untuk menentramkanku.
Aku perlu pemimpin yang berani dan garang untuk melindungiku.
Aku perlu pemimpin yang berpandangan jauh ke depan untuk mengarahkanku.
Tapi sudahlah, kalau kau tidak sanggup, aku juga tidak akan memaksakan kehendakku. Buatku memilih pemimpin yang komplit kemampuannya adalah sebuah keharusan. Lebih baik menulis banyak kriteria, dengan begitu aku sudah bisa membayangkan sosok seperti apa yang akan kupilih jika waktunya tiba.
Kalau aku tidak punya kriteria. Pasti aku akan kau ombang-ambingkan dengan janji-janji manis kampanyemu.
Tidak. Cukup sudah pengalaman memilih presiden beberapa tahun lalu menjadi pelajaran buatku. Pencitraan tidak akan merubah pilihanku kalau kau tidak punya visi yang jelas untuk negri ini.
Aku tahu menjadi presiden tidaklah mudah. Bahkan bisa jadi kau akan tawar-menawar untuk menjalankan visi misimu baik dengan kalangan dalam negri maupun dengan kalangan luar negri.
Namun dengarkanlah.
Aku ini rakyatmu, aku lebih berhak kau bela dan kau perjuangkan dari pada kepentingan sesaatmu dan golonganmu.
Aku ini rakyatmu, aku lebih berhak kau bela dan kau perjuangkan daripada sekedar menyerah pada hegemoni dan kepentingan asing di negri ini.
Aku ini rakyatmu, aku tidak pernah merasa lebih hebat dari bangsa lain. Tapi jelas aku kecewa dan marah kalau kau hanya diam saatbangsa kita direndahkan dan dilecehkan oleh bangsa lain.
Dengarlah wahai calon pemimpinku :
Suaramu adalah suaraku.
Keberanianmu adalah keberanianku.
Ketegasanmu adalah ketegasanku.
Kemarahanmu adalah juga kemarahanku.
Keramah-tamahanmu adalah keramah-tamahanku.
Kejujuranmu adalah kejujuranku.
Kebijaksanaanmu adalah juga kebijaksanaanku.
Dan itu semua hanya akan bisa kaudapatkan jika kau menjadikan “Aku dan seluruh saudaraku, Rakyatmu” sebagai inpirasi tunggalmu dalam memimpin negri ini.
Kalau itu sudah ada dalam jiwamu, kau tidak perlu ragu untuk maju.
Majulah, tunjukkan dirimu, beberkan rekam jejakmu, paparkan visi-misimu.
Dan biarkan aku dan saudaraku memilihmu jadi Pemimpin Negri Nomor Satu.
No comments:
Post a Comment