Tahun 2014 merupakan momentum bagi perubahan struktur kepemimpinan di
Indonesia. Pesta rakyat setiap lima tahun sekali ini menjadi ajang bagi
para petinggi-petinggi yang merasa memiliki kemampuan untuk memimpin
bangsa ini selama lima tahun ke depan. Menjadi seorang RI 1 tentunya
adalah amanah yang sangat berat. Memikul harapan dari jutaan rakyat
Indonesia. Mengatur Indonesia agar kembali menjadi macan Asia ataupun
zamrud khatulistiwa yang disegani oleh Negara lain. Menjadi seorang RI
1, tentunya bukan hanya sebagai tanda bahwa dialah yang berkuasa. Bukan
sebagai tanda bahwa partai politik yang mengusungnya adalah yang
terkuat. Dengan dipilihnya seseorang menjadi RI 1, adalah tanda bahwa ia
telah siap untuk menjadi pembantu rakyat. Menjadi seorang pembantu,
karena Indonesia menganut system demokrasi. Pemerintah dipih oleh
rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Jadi, pemimpin sebenarnya adalah
rakyat.
Pemilu tahun 2014 merupakan yang ke-3 kalinya Indonesia melakukan demokrasi secara langsung. Bukan melalui para wakil rakyat yang duduk di singgasana atas. Bukan mereka yang menentukan Indonesia ke depan. Tetapi kita, rakyat yang memegang kendali saat ini. Tentunya sebagai rakyat kita harus menjadi seorang pemilih yang cerdas. Kejadian yang sesaat lalu terjadi, petinggi yang melakukan korupsi, melupakan janji kampanye, atau pemimpin yang lebih memilih berlibur dengan alasan study banding.Tidak akan terjadi kembali, apabila kita mampu menelaah secara baik dan hati yang bersih para calon pemimpin kita.
Terlihat saat ini, banyak sekali kalangan yang menentang kebijakan yang dilakukan pemerintah. Mengkritik, demo, menuntut haknya, dan segala macam hal yang lain. Tentu saja, masalah yang ada saat ini tidak akan selesai dengan mengkritik. Kecuali, jika kita turut serta dalam memberi solusi. Atau lebih bagus lagi jika kita terjun ke lapangan dan berkontribusi secara langsung.
Saat ini, kita sebagai generasi muda telah merasakan bagaimana Indonesia yang sebenarnya. Negara yang sangat kaya, subur, dan indah. Kaya, karena kita memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beragam jenis. Subur, segala jenis tumbuhan dapat dikembangkan di negeri ini. Indah dengan segala karya alam ciptaan Tuhan. Perairan Indonesia memiliki keindahan luar biasa, dengna terumbu karang yang banyak, dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Penduduk negeri kita pun masih bersahabat dengan alam. Seperti Papua, Mutiara Hitam yang berasal dari Timur. Rakyat di sana kurang mengerti bahwa sebenarnya mereka tidur beralaskan emas. Sadarkah kita? Berapa persen sumber daya alam milik kita yang kita nikmati sendiri hasilnya? Kurang dari 10%. Salah siapa? Pemerintah? Presiden? Sudah, Indonesia sudah jatuh, sudah dicaci, sudah dianggap gagal.Tetapi kita, sebagai generasi muda tidak berhak untuk membuatnya semakin jatuh.
Sebenarnya, kita membutuhkan penjahat untuk memunculkan sifat kepahlawanan. Kita membutuhkan koruptor untuk mencari pahlawan kejujuran. Kita butuh kapitalis untuk mencari generasi yang masih memegang prinsip kemanusiaan[1]. Tetapi dimanakah sang pemimpin yang menjadi pahlawan itu? Dimanakah sang pemimpin yang tidak akan melupakan rakyatnya saat dihadapkan dengan uang? Dimanakah sang pemimpin yang tidak akan menjual negaranya? Dimanakah sang pemimpin yang memiliki hati baik bukan untuk pencitraan partai politik? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Seorang presiden harapanku adalah seseorang yang memiliki karakter seperti Nabi Muhammad. Bukan bermaksud untuk mengangkat unsur SARA, tetapi beliau merupakan panutan yang baik bagi seluruh manusia. Bahkan seorang Mahatma Gandhi menangis setelah menamatkan biografi Nabi. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa tidak teladan akhlak luhur selain Muhammad. Pada zaman ini, tentunya tidak ada orang yang dapat menyamai akhlak Nabi. Tetapi banyak sekali orang-orang di luar sana yang meneladani sifat Nabi.
Presiden harapanku adalah seorang pribadi yang penuh cinta. Seorang pemimpin yang bersedia untuk “melayani” rakyatnya. Mendoakan rakyat dan negerinya sambil menangis. Jujur dalam berkata dan melakukan tindakan. Amanah dalam menjalankan tugas yang diberikan padanya. Cerdas dalam berpikir dan mengambil keputusan. Dan bukan seseorang yang munafik. Tidak banyak berjanji saat masa kampanye. Karena sudah terlalu banyak yang melupakan janji-janji itu setelah resmi menjadi pemimpin. Bukan seseorang yang memberi harapan palsu pada jutaan rakyatnya. Seseorang yang dapat menjadi pelita cahaya di tengah gelapnya negeriku saat ini.
Presiden harapanku tidak akan menjual negaranya. Dengan keputusan bijak yang ia ambil, maka kedaulatan energy seharusnya bisa secara penuh dimiliki oleh Negara ini. Sumber daya manusia milik Negara ini, para pemuda yang bersusah payah belajar demi kemajuan bangsa dapat diberdayakan. Tidak akan ada lagi hutang bagi Negara ini.
Kebijakan tentang pendidikan akan diubah. Contoh dalam pembiayaan uang kuliah misalnya, yang saat ini menganut system UKT. System yang dirasakan banyak mahasiswa sangat memberatkan. Pemberian program beasiswa yang merata kepada orang-orang yang berhak. Selain itu, pendidikan moral juga ditingkatkan. Bukan hanya sekedar pelajaran berhitung, membaca, atau ilmu sains, tetapi moral dan akhlak. Kunci bagi generasi emas Indonesia. Di masa depan, para anak-anak muda tersebut yang akan membawa perubahan dengan harapan perubahan ke arah yang lebih baik. Presiden harapanku, tentunya akan memberdayak setiap pemuda-pemudi terbaik yang dimilikinya untuk membantu membangun Indonesia. Bukan membiarkan mereka luntang-lantung tanpa arah dan melepaskan mereka untuk bekerja membangun Negara lain.
Dalam sector ekonomi, presiden harapanku tentunya akan lebih mengutamakan produk dalam negeri. Membantu usaha-usaha kecil dan menengah. Meningkatkan daya ekspor, agar Indonesia bukan lagi dikenal sebagai Negara Pengimpor. Untuk apa kita mengimpor beras? Padahal sawah dan lumbung padi kita melimpah ruah? Ironi bukan? Saat ini, di kota-kota besar. Sawah-sawah dan kebun telah disulap menjadi perumahan real estate. Salah siapa? Presiden harapanku tentunya kan berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali sebelum memberikan keputusan untuk impor-ekspor, atau meminjam ke world bank. Dia akan tahu dan memanfaatkan kekayaan alam negeri untuk kepentingan rakyat.
Dalam sector budaya. Sudah berapa kali kebudayaan kita terancam diakui Negara lain? Ada berapa banyak pemuda dan pemudi yang bersedia meneruskan budaya di daerahnya? Indonesia, dengan berbagai macam kebudayaan, adat istiadat, bahasa, tetapi saat ini pemuda-pemudinya justru lebih menyukai budaya Barat ataupun Korea. Ironi bukan? Apakah ita harus menunggu satu persatu budaya kita harus hilang? Presiden harapanku tentunya tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Pengenalan, pelatihan, dan penanaman rasa cinta terhadap budaya tanah air akan menjadi tindakannya. Pembatasan dan penyaringan budaya luar yang masuk melalui media massa akan menjadi kuncinya. Bukan bermaksud untuk menjadikan Indonesia Negara yang tidak up to date, tetapi agar budaya Timur Indonesia tidak tergerus oleh globalisasi.
Presiden harapanku, tidak akan hanya duduk diam dalam singgasana mewahnya. Tetapi pergi, melihat secara langsung masyarakat yang dipimpinnya. Bukan mengenakan pakaian kebesarannya, bukan dikawal oleh prajuritnya, bukan untuk sekedar pencitraan. Dia akan pergi, secara diam, berbaur kepada masyarakat. Untuk mendengar dan melihat secara langsung jeritan hati dan permintaan tolong rakyatnya. Mengetahui apakah kebijakan yang dia buat sudah benar dan baik? Atau hanya kebijakan kosong demi kepentingan golongan?
Presiden harapanku tidak akan hidup bermewah-mewah dalam istananya. Dia adalah seorang yang sederhana. Yang memberikan gajinya untuk kelangsungan hidup orang-orang yang kurang beruntung di luar sana. Presiden yang berfokus akan kebahagiaan rakyatnya di atas kebahagiaan dirinya. Tidak takut dan gentar akan tantangan yang ada di luar.
Pertanyaannya saat ini. Apakah presiden harapanku sudah ada? Apakah saat ini dia sedang sibuk mencari suara rakyat melalui kampanye? Mengobral janji di khalayak umum yang kemudian dia lupakan? Apakah dia mewakili rakyat Indonesia atau “rakyat” dalam partai? Jika jawabannya iya, dia bukan presiden harapanku. Tidakkah kalian tahu, wahai para petinggi di atas sana. Rakyatmu sudah lelah, mendengar janji dan harapan palsu yang kalian berikan. Telinga kami sudah panas dengan gaya bicara kalian yang seolah mewakili rakyat tetapi hanya dipermukaan. Mata kami sudah mulai rabun untuk mengetahui kejujuran dari hati kalian. Apakah seperti ini Indonesia yang kalian inginkan?
Presiden harapanku. Pahlawan yang sangat ditunggu bangsa ini. Cahaya dalam kegelapan. Dia ada dalam barisan anak-anak muda yang saat ini berpeluh keringat dalam mencari ilmu. Dia seseorang yang meneladani sifat Nabi, serta mengetahui bahwa pemimpin adalah amanah dan tidak akan bermain-main dengannya. Pemimpin adalah ujung tombak dari kemajuan suatu negeri. Harapanku, calon-calon pemimpin yang saat ini hadir dan sedang berjuang memperebutkan kursi di singgasana adalah orang-orang yang amanah. Harapanku, dan jutaan rakyat Indonesia saat ini bergantung pada keputusan yang kalian ambil.
Presiden harapanku ada di antara kalian.
Pemilu tahun 2014 merupakan yang ke-3 kalinya Indonesia melakukan demokrasi secara langsung. Bukan melalui para wakil rakyat yang duduk di singgasana atas. Bukan mereka yang menentukan Indonesia ke depan. Tetapi kita, rakyat yang memegang kendali saat ini. Tentunya sebagai rakyat kita harus menjadi seorang pemilih yang cerdas. Kejadian yang sesaat lalu terjadi, petinggi yang melakukan korupsi, melupakan janji kampanye, atau pemimpin yang lebih memilih berlibur dengan alasan study banding.Tidak akan terjadi kembali, apabila kita mampu menelaah secara baik dan hati yang bersih para calon pemimpin kita.
Terlihat saat ini, banyak sekali kalangan yang menentang kebijakan yang dilakukan pemerintah. Mengkritik, demo, menuntut haknya, dan segala macam hal yang lain. Tentu saja, masalah yang ada saat ini tidak akan selesai dengan mengkritik. Kecuali, jika kita turut serta dalam memberi solusi. Atau lebih bagus lagi jika kita terjun ke lapangan dan berkontribusi secara langsung.
Saat ini, kita sebagai generasi muda telah merasakan bagaimana Indonesia yang sebenarnya. Negara yang sangat kaya, subur, dan indah. Kaya, karena kita memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beragam jenis. Subur, segala jenis tumbuhan dapat dikembangkan di negeri ini. Indah dengan segala karya alam ciptaan Tuhan. Perairan Indonesia memiliki keindahan luar biasa, dengna terumbu karang yang banyak, dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Penduduk negeri kita pun masih bersahabat dengan alam. Seperti Papua, Mutiara Hitam yang berasal dari Timur. Rakyat di sana kurang mengerti bahwa sebenarnya mereka tidur beralaskan emas. Sadarkah kita? Berapa persen sumber daya alam milik kita yang kita nikmati sendiri hasilnya? Kurang dari 10%. Salah siapa? Pemerintah? Presiden? Sudah, Indonesia sudah jatuh, sudah dicaci, sudah dianggap gagal.Tetapi kita, sebagai generasi muda tidak berhak untuk membuatnya semakin jatuh.
Sebenarnya, kita membutuhkan penjahat untuk memunculkan sifat kepahlawanan. Kita membutuhkan koruptor untuk mencari pahlawan kejujuran. Kita butuh kapitalis untuk mencari generasi yang masih memegang prinsip kemanusiaan[1]. Tetapi dimanakah sang pemimpin yang menjadi pahlawan itu? Dimanakah sang pemimpin yang tidak akan melupakan rakyatnya saat dihadapkan dengan uang? Dimanakah sang pemimpin yang tidak akan menjual negaranya? Dimanakah sang pemimpin yang memiliki hati baik bukan untuk pencitraan partai politik? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Seorang presiden harapanku adalah seseorang yang memiliki karakter seperti Nabi Muhammad. Bukan bermaksud untuk mengangkat unsur SARA, tetapi beliau merupakan panutan yang baik bagi seluruh manusia. Bahkan seorang Mahatma Gandhi menangis setelah menamatkan biografi Nabi. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa tidak teladan akhlak luhur selain Muhammad. Pada zaman ini, tentunya tidak ada orang yang dapat menyamai akhlak Nabi. Tetapi banyak sekali orang-orang di luar sana yang meneladani sifat Nabi.
Presiden harapanku adalah seorang pribadi yang penuh cinta. Seorang pemimpin yang bersedia untuk “melayani” rakyatnya. Mendoakan rakyat dan negerinya sambil menangis. Jujur dalam berkata dan melakukan tindakan. Amanah dalam menjalankan tugas yang diberikan padanya. Cerdas dalam berpikir dan mengambil keputusan. Dan bukan seseorang yang munafik. Tidak banyak berjanji saat masa kampanye. Karena sudah terlalu banyak yang melupakan janji-janji itu setelah resmi menjadi pemimpin. Bukan seseorang yang memberi harapan palsu pada jutaan rakyatnya. Seseorang yang dapat menjadi pelita cahaya di tengah gelapnya negeriku saat ini.
Presiden harapanku tidak akan menjual negaranya. Dengan keputusan bijak yang ia ambil, maka kedaulatan energy seharusnya bisa secara penuh dimiliki oleh Negara ini. Sumber daya manusia milik Negara ini, para pemuda yang bersusah payah belajar demi kemajuan bangsa dapat diberdayakan. Tidak akan ada lagi hutang bagi Negara ini.
Kebijakan tentang pendidikan akan diubah. Contoh dalam pembiayaan uang kuliah misalnya, yang saat ini menganut system UKT. System yang dirasakan banyak mahasiswa sangat memberatkan. Pemberian program beasiswa yang merata kepada orang-orang yang berhak. Selain itu, pendidikan moral juga ditingkatkan. Bukan hanya sekedar pelajaran berhitung, membaca, atau ilmu sains, tetapi moral dan akhlak. Kunci bagi generasi emas Indonesia. Di masa depan, para anak-anak muda tersebut yang akan membawa perubahan dengan harapan perubahan ke arah yang lebih baik. Presiden harapanku, tentunya akan memberdayak setiap pemuda-pemudi terbaik yang dimilikinya untuk membantu membangun Indonesia. Bukan membiarkan mereka luntang-lantung tanpa arah dan melepaskan mereka untuk bekerja membangun Negara lain.
Dalam sector ekonomi, presiden harapanku tentunya akan lebih mengutamakan produk dalam negeri. Membantu usaha-usaha kecil dan menengah. Meningkatkan daya ekspor, agar Indonesia bukan lagi dikenal sebagai Negara Pengimpor. Untuk apa kita mengimpor beras? Padahal sawah dan lumbung padi kita melimpah ruah? Ironi bukan? Saat ini, di kota-kota besar. Sawah-sawah dan kebun telah disulap menjadi perumahan real estate. Salah siapa? Presiden harapanku tentunya kan berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali sebelum memberikan keputusan untuk impor-ekspor, atau meminjam ke world bank. Dia akan tahu dan memanfaatkan kekayaan alam negeri untuk kepentingan rakyat.
Dalam sector budaya. Sudah berapa kali kebudayaan kita terancam diakui Negara lain? Ada berapa banyak pemuda dan pemudi yang bersedia meneruskan budaya di daerahnya? Indonesia, dengan berbagai macam kebudayaan, adat istiadat, bahasa, tetapi saat ini pemuda-pemudinya justru lebih menyukai budaya Barat ataupun Korea. Ironi bukan? Apakah ita harus menunggu satu persatu budaya kita harus hilang? Presiden harapanku tentunya tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Pengenalan, pelatihan, dan penanaman rasa cinta terhadap budaya tanah air akan menjadi tindakannya. Pembatasan dan penyaringan budaya luar yang masuk melalui media massa akan menjadi kuncinya. Bukan bermaksud untuk menjadikan Indonesia Negara yang tidak up to date, tetapi agar budaya Timur Indonesia tidak tergerus oleh globalisasi.
Presiden harapanku, tidak akan hanya duduk diam dalam singgasana mewahnya. Tetapi pergi, melihat secara langsung masyarakat yang dipimpinnya. Bukan mengenakan pakaian kebesarannya, bukan dikawal oleh prajuritnya, bukan untuk sekedar pencitraan. Dia akan pergi, secara diam, berbaur kepada masyarakat. Untuk mendengar dan melihat secara langsung jeritan hati dan permintaan tolong rakyatnya. Mengetahui apakah kebijakan yang dia buat sudah benar dan baik? Atau hanya kebijakan kosong demi kepentingan golongan?
Presiden harapanku tidak akan hidup bermewah-mewah dalam istananya. Dia adalah seorang yang sederhana. Yang memberikan gajinya untuk kelangsungan hidup orang-orang yang kurang beruntung di luar sana. Presiden yang berfokus akan kebahagiaan rakyatnya di atas kebahagiaan dirinya. Tidak takut dan gentar akan tantangan yang ada di luar.
Pertanyaannya saat ini. Apakah presiden harapanku sudah ada? Apakah saat ini dia sedang sibuk mencari suara rakyat melalui kampanye? Mengobral janji di khalayak umum yang kemudian dia lupakan? Apakah dia mewakili rakyat Indonesia atau “rakyat” dalam partai? Jika jawabannya iya, dia bukan presiden harapanku. Tidakkah kalian tahu, wahai para petinggi di atas sana. Rakyatmu sudah lelah, mendengar janji dan harapan palsu yang kalian berikan. Telinga kami sudah panas dengan gaya bicara kalian yang seolah mewakili rakyat tetapi hanya dipermukaan. Mata kami sudah mulai rabun untuk mengetahui kejujuran dari hati kalian. Apakah seperti ini Indonesia yang kalian inginkan?
Presiden harapanku. Pahlawan yang sangat ditunggu bangsa ini. Cahaya dalam kegelapan. Dia ada dalam barisan anak-anak muda yang saat ini berpeluh keringat dalam mencari ilmu. Dia seseorang yang meneladani sifat Nabi, serta mengetahui bahwa pemimpin adalah amanah dan tidak akan bermain-main dengannya. Pemimpin adalah ujung tombak dari kemajuan suatu negeri. Harapanku, calon-calon pemimpin yang saat ini hadir dan sedang berjuang memperebutkan kursi di singgasana adalah orang-orang yang amanah. Harapanku, dan jutaan rakyat Indonesia saat ini bergantung pada keputusan yang kalian ambil.
Presiden harapanku ada di antara kalian.
No comments:
Post a Comment