Sunday, 1 June 2014

Membangun Pendidikan - Pendidikan Layak

Pendidikan..
 
Adalah kata yang sangat penting tertanam dalam jiwa setiap manusia. Dan sebagai negara yang ingin maju, sudah hal wajib setiap warga negara bisa mengecap bangku pendidikan! Baik kalangan atas, menengah, hingga bawah, tidak ada pengecualian bagi mereka untuk bisa duduk dibaku sekolahan.
Namun yang menjadi pertanyaannya, sudahkah pendidikan dinegeri ini berhasil mencerdaskan warga negaranya? Sudahkah pedidikan dinegri ini mengangkat moral, harkat dan martabat warga negaranya?
Mungkin kita semua sudah tau apa jawabannya. Dan ya.. BELUM! Semua satu pendapat, apa penyebabnya?

Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah ketidak merataannya tenaga pendidik dan infrastruktur - infrastruktur penunjang berdirinya pendidikan yang layak. Bagaimana tidak, coba kita tengok pendidikan didaerah perkotaan dengan daerah pedesaan, apa lagi kalau kita bandingkan dengan darah - daerah pelosok. Miris.... Mengapa ini semua terjadi, seharusnya apa yang menjadi milik negara sudah seyogyanya semua BERHAK untuk menikmatinya, tapi mengapa ini tidak terjadi dinegeri ini?
Sudah menjadi bahan renungan kita semua, bagaimana kita sudah saatnya memikirkan masyarakat umum bukan hanya memprioritaskan daerah tertentu, kita semua sama, kita semua warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

Apa lagi diera moderen seperti saat ini, pendidikan yang tadinya menjadi hal pokok kini menjadi hal kesekian bagi masyarakat pedesaan atau pelosok. Bagaimana tidak, fasilitas yang sangat terbatas menjadi faktor lain timbulnya kesenjangan diantara warga negara, timbul rasa iri, mengapa anak-anak bangsa yang hidup dipedalaman sangat ingin merasakan pendidikan yang layak tidak disupport penuh oleh pemerintah, sementara anak-anak yang tinggal diperkotaan yang sudah semua serba canggih malah berleha-leha, malas-malasan dan terkesan acuh. Wajar jika pada kenyataannya akhlak, pribadi, tatakrama, dan tingkah laku anak-anak yang lahir diera 2000an sangat rendah dan terkesan tidak terdidik.

Pengaruhnya sudah jelas, kemajuan tekhnologi yang sangat pesan tidak mampu dibarengi dengan pendidikan yang layak dan tenaga pendidik yang profesional dan mendidik dengan hati kini sudah minim. Tak jarang kita temukan hal-hal yang seharusnya tidak harus dilakukan oleh seorang pendidik namun malah dilakukan dengan mudahnya mereka lakukan. Dimana tugas mendidik yang sudah seharusnya dilakukan?
Tenaga-tenaga pendidik generasi sekarang begitu membebaskan siswanya membawa motor kesekolah, handphone, gadget dan penunjang-penunjang yang belum semestinya anak sekolah dapatkan. Tanpa disadari, itulah yang menjadi akar dari merosotnya pendidikan dinegeri ini. Oleh karenanya sudah sepantasnya kita selaku warga negara, membantu, membimbing generasi-genesrasi penerus bangsa untuk mendorong kepada pendidikan yang layak dan sebagaimana mestinya. Untuk memajukan pendidikan bangsa perlu semua kalangan merangkul dan menjalankannya.Jangan sampai generasi-generasi muda kita layu sebelum mekar dan gugur sebelum bersemi.

Tidak ada layaknya seorang anak sekolah dengan bebasnya membawa kendaraan sendiri kesekolah baik itu motor atau mobil. Jika banyak anak sekolah beralasan karena untuk mengejar waktu jam masuk. Kenapa kita selaku orang tua atau guru tidak mengantisipasi itu sejak awal, jika kebiasaan yang sudah membudaya yakni bangun kesiangan, kenapa kita tidak coba geser sedikit waktu jam masuk dan memundurkan waktu jam pulang? Sementara peran orang tua dan keluarga, mengapa kita tidak coba antar anak-anak kita menuju gerbang sekolah? Selain akan lebih mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua, kitapun bisa menekan angaka kecelakaan lalu lintas yang belakangan ini justru tidak sedikit pelakunya adalah seorang pelajar.

Dalam hal inipun peran pemerintah sangat diharapkan, sudah saatnya anggota-anggota dewan turun gunung, memberi arahan dan wejangan aturan dan sanksi-sanksi bagi setiap sekolah yang masih membebaskan para siswanya membawa kendaraan. Dan sebagai langkah antisipasinya mengapa pemerintah tidak coba sisihkan sedikit uang belanja negara untuk menyediakan bus-bus sekolah yang layak hingga. Sementara untuk ditingkan SD - SMP kepala sekolah dan guru-guru harus tegas terhadap siswa - siswai yang masih asik dengan mainan handphonenya, sangat tidak wajar anak yang masih berada dijenjang pendidikan dasar dan menengah sudah mengenal gadget lebih luas, tidak jarang pengaruh itu sangat besar, anak menjadi malas belajar dan malah tidak jarang ada yang sudah mengenal pacaran bahkan tontonan yang tidak wajar akibat dari sebuah handphone atau gadget.

Pendidikan adalah hal utama untuk meningkatkan moral bangsa, dan dari generasi-generasi peneruslah nasib sebuah negara dipertaruhkan.

Sementara ditingkat perguruan tinggi, pemerintah seharusnya bisa meminimalisir segi pembiayaannya, tidak sedikit kalangan bawah dan menengah yang ingin menimba ilmu lebih jauh namun terhalang oleh biaya yang selangit. Sebenarnya program bea siswa pun tidak begitu menolong, karena tidak semua yang pintar dapat dan tidak semua yang miskin bisa merasakan, langkah terbaik adalah memangkas biaya yang harus dikeluarkan dan lagi-lagi pemerintah seharusnya bisa mensubsidi pendidikan dengan anggaran pendapatan negara, bukan mensubsidi pejabat-pejabat yang tidak punya andil dalam usaha memajukan negara.
Karena sejatinya pendidikan adalah hal wajib yang harus diperoleh semua warga negara dan nasib negara ada pada generasi muda bangsa dengan bekal pendidikan yang mumpuni.

No comments:

Post a Comment