Sunday, 1 June 2014

Membangun Pendidikan - Mewujudkan Pendidikan Berkarakter Bagi Kebangkitan Bangsa

Pendidikan hanya milik mereka yang memiliki uang merupakan doktrin yang negatif bagi wajah pendidikan Indonesia. Namun apa sebenarnya makna pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia? Dalam undang-undang dasar negara indonesia tahun 1945 yang telah di amandemen yaitu pasal 28C menyebutkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.  Dari bunyi undang-undang dasar tersebut kita dapat melihat bahwa negara membebaskan rakyatnya untuk mengenyam pendidikan dan betapa hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup seseorang di masa yang akan datang.

Banyaknya anak putus sekolah menjadi sebuah pukulan keras bangsa ini dalam bidang pendidikan. Ekonomi merupakan alasan yang sering digunakan untuk melegalkan tindakan tersebut. Ketika kita berhenti di perempatan lampu lalu lintas atau kita sedang menikmati makanan di warung kaki lima, maka dengan hitungan menit kita dapat menjumpai anak-anak yang mengamen atau menyemir sepatu.  Fakta ini sungguh menyakitkan karena anak-anak yang seharusnya menimba ilmu di sekolah harus meninggalkan sekolahnya demi membantu perekonomian keluarga. Sekarang ini, ada jutaan anak Indonesia yang putus sekolah. Melihat fenomena ini, akankah kita sebagai generasi penerus bangsa hanya diam dan membiarkan jumlah mereka terus meningkat tanpa memikirkan solusi apa yang kiranya dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut?

Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami putus sekolah. Faktor ekonomi keluarga adalah salah satu faktor kecil dari semua masalah yang ada. Kadang kala ada juga anak yang berasal dari keluarga yang dapat dikatakan mampu secara ekonomi pada akhirnya juga putus sekolah. Selain itu faktor psikologis juga mendapat peran penting bagi seorang anak dalam proses belajar dan bertumbuh misalnya saja ada seorang anak ketika ia sedang dalam proses belajar membaca maka kita hendaknya selalu mendukung anak tersebut melewati proses itu, bukan malah menertawakan kesalahan anak tersebut dalam proses mempelajarinya. Hal ini dapat memicu rasa minder atau kurang percaya diri bagi anak tersebut. Dan hasilnya bukannya anak tersebut mampu membaca tapi malah sebaliknya ditambah dengan rasa anti pada belajar membaca.

Dari kasus ini, sebenarnya untuk membangun pendidikan yang baik kita harus menanamkan rasa kepekaan dalam anak didik kita. Rasa peka terhadap lingkungan ini akan membawa kita untuk lebih tanggap dan menciptakan solusi pertama pada suatu kasus tertentu misalnya, dalam suatu kelas guru melihat ada salah satu anak didik yang tadinya ceria berubah menjadi pendiam, maka guru tersebut akan dengan lebih mudah mengambil tindakan awal untuk membantu menyelesaikan masalah anak tersebut misalnya mengajak si anak berbicara secara personal sehingga anak tersebut merasa nyaman dan merasa ternyata ada orang yang mau peduli dengannya. Dari hal ini, secara tidak sadar maka akan timbul kembali rasa percaya diri anak  tersebut karena ia merasa ada yang mendukungnya secara moril.

Selain itu, mengapa pendidikan seolah jalan di tempat? Itu karena kita melupakan hal-hal kecil yang seharusnya kita lakukan yaitu perhatian terhadap buah hati kita. Keluarga merupakan tempat awal seorang anak bertumbuh dan berkembang. Dari sisni mereka mulai belajar  berbicara, mengerti apa yang baik dan buruk, serta tempat dimana seorang anak merasa aman sehingga mereka dapat melewati proses untuk mengerti kehidupan dengan lebih optimis. Namun sering kali kita terlupa akan hal itu karena terlalu sibuk dengan pekerjaan kita masing-masing. Hal inilah yang kini kita harus rubah. Anggapan bahwa ketika seorang anak sudah terpenuhi kebutuhannya secara materi oleh orang tuanya maka itu saja sudah cukup adalah sesuatu yang kurang bijak. Anak masih sangat butuh dukungan moril dari orang tua sebagai keluarganya. Jika hal ini tidak dipenuhi maka bisa saja seorang anak kehilangan kemauannya untuk belajar.

Kemauan merupakan syarat penting dalam mempelajari apapun dalam kehidupan ini. Jika seseorang sudah kehilangan kemauannya, saat itu juga proses pembelajaran berhenti. Kemudian bagaimana cara kita untuk memupuk rasa mau dalam diri kita? Kita dapat memulainya dari keluarga. Ketika keluarga mengajarkan untuk bekerja secara tim, belajar untuk berani mengungkapkan pendapat, dan menanamkan kejujuran pada seorang anak hal ini dapat menunjang permorma si anak dalam kegiatannya di sekolah. Dan ini akan lebih baik lagi apa bila tenaga pengajar di sekolah mampu melihat setiap potensi dari anak didiknya. Dengan mengetahui setiap potensi tersebut guru dapat menggunakan metode pembelajaran terus berkembang misalnya ketika ingin mengasah kemampuan anak untuk bertoleransi maka guru tersebut membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan suatu tugas dimana anggota dalam kelompok itu sudah diacak yaitu si A tidak lagi dikelompokkan pada si B. Dari hasil pengelompokkan ini nantinya akan terlihat sejauh mana kemampuan seorang anak untuk menyesuaikan dir dengan lingkungannya. Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga dapat memberikan nuansa baru bagi proses belajar.

Selain semua itu, kita juga harus memotivasi setiap peserta didik untuk berani bermimpi dan mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Kurangnya keberanian anak untuk bermimpi besar karena terlalu banyak tayangan di media tulis maupun elektronik yang memuat hal-hal yang kurang berkualitas. Seharusnya media dapat berperan aktif untuk membangun pendidikan dengan cara memuat tulisan atau tayang yang menunjukkan seseorang harus berani bermimpi dan mewujudkan mimpi itu, atau ulasan-ulasan dan tayangan tentang para penemu, bagaimana cara mereka mewujudkan cita-cita misalnya kisah perjuangan presiden Soekarno merebut kemerdekaan atau penemuan bola lampu oleh Thomas A. Edison. Jika tayangan atau tulisan semacam ini terus dimunculkan, sadar atau tidak hal itu akan diserap oleh otak dan kemudian memunculkan semangat juang dan berinovasi. Dengan demikian kita semua dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi tumbuh kebang seorang anak untuk membentuk pendidikannya. Hal ini akan menciptakan insan-insan generasi penerus bangsa yang berkarakter luhur dan dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah mancanegara. Dan kita semua sebagai rakyat Indonesia memiliki kewajiban yang sama dan  harus bahu-membahu demi  mewujudkan cita-cita luhur tersebut.

No comments:

Post a Comment