Sunday, 1 June 2014

Membangun Pendidikan - Membangun (Karakter) Lokalitas

Merdeka. Kebangkitan kaum kemerdekaan tidaklah terlepas dari suksesi (halus) yang dijalani oleh individu nusantara karena secara kebetulan mengenyam kesempatan pendidikan Belanda yang menekankan pada sikap mental terjajah namun mampu diadaptasi dengan sangat baik sehingga pada akhirnya kemerdekaan itu dapat diraih. Persis sungai yang mengalir sampai kelautan, pengetahuan yang didapatkan mengikuti jiwa zamannya pendiri bangsa, bahwa ilmu pengetahuan adalah alat untuk melawan tirani penindasan. Menjawab panggilan revolusioner, Pengetahuan dianggap sebagai benda tajam untuk mempertajam garis antara penjajah dan terjajah.Didalam pendidikan mereka menemukan kata.Kata yang segera menjadi peluru seperti mantra, menciptakan perubahan secepat mungkin. Perubahan tersebutlah yang kita sebut sebagai kemerdekaan. Kemerdekaan menjadi tidak berarti ketika kemerdekaan itu menelurkan masalah besar.

Pendidikan Lokal Sesuai Lokalitasnya
Bangkitnya zaman globalisasi saatnya melecut keberanian kita meningkatkan aspek lokalitas. Kedekatan emosional dapat menjadi faktor pendorong untuk tampilnya seorang siswa agar mengalami transformasi intelektual. Hal ini menyebabkan ilmunya berguna dimana siswa tersebut bertempat tinggal. Aktivitas pendidikannya tidak jauh dari latar belakang mereka belajar. Siswa menjadi dekat dengan objek yang dikenalinya. Materi pelajaran disekitarnya menjadi teman yang akrab dengan tulus mengajari sekaligus memberi pengertian makna arti pembelajaran, menjadi bagian tidak terpisahkan dari pendidikannya. Pendidikan dirasakan menjadi rumah kedua mereka.

Pembentukan Sekolah Berdaya Lokal
Mengapa demikian dibutuhkan? seorang siswa diharapkan mengalami keterkaitan antara apa yang dipelajari dengan apa yang akan dihadapi. Pembangunan sekolah jangan hanya melihat dari kebutuhan pasif pendudukan didaerah,  melainkan kebutuhan aktif daerah. Misalnya membangun sekolah yang menitikberatkan kepada teknologi perairan didaerah pesisir, atau sekolah pertanian didaerah yang erat sekali lingkungannya dengan pertanian. Menjauhkan siswa dengan potensi daerahnya sendiri justru menghambat kedekatan emosional yang sangat dibutuhkan dalam pendidikan.

Sekolah yang berdaya lokal sangatlah murah didalam pelaksanaannya. Kelas mendekatkan diri dengan kebutuhan dan alat-alat pembelajaran sehingga kelas menjadi bermakna karena tidak jauh dari apa yang dilihat dan apa yang dirasakan. Siswa menjadi termotivasi karena tanpa perlu jauh mencari sumber-sumber pengetahuan. Alam bercerita sendiri kepada mereka. Dari sinilah pendidikan karakter dapat dipelajari melalui lokalitasnya masing-masing, mengingat budaya kita yang sungguh banyak Meskipun sama-sama baik akan tetapi landasan filosofisnya berbeda. Dimana langit dipijak, disitu bumi dijunjung, rasanya perlu dalam memahami budaya Indonesia.

Pengetahuan dengan alpa kepada lokalitas seringkali akan terjerumus kedalam kebiasaan buruk untuk memaksakan antara apa yang dipelajari dengan apa yang ditemukan; apakah baik jika didaerah pertanian kita mengajarkan bagaimana caranya menjala ikan; apakah tidak lucu jika mengajarkan cara memanen ikan sedangkan mereka tinggal di daerah pegunungan. Mengapa harus memaksakan pembelajaran terpadu yang konsep dan aplikasinya dapat membedakan dikotomi sekolah desa dan sekolah di kota, apalagi jika dilihat dari perspektif tradisinya, ditambah model pembelajaran tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang berbeda dalam menyesuaikan lokasi pembelajaran tersebut berlangsung.

Globalisasi membuat kita semakin tidak terbataskan baik didunia ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Tanpa adanya sekat untuk membatasi kita dengan dunia luar, dapat dibayangkan serangan kebudayaan asing masuk kenegeri ini. Globalisasi selain memiliki sisi positif juga memiliki sisi negatif, seperti dunia yang tengah berperang,  rakyat disuatu bangsa memerlukan pertahanan yang kuat. Kebangkitan Negara kita membutuhkan diri kita sendiri. Kebudayaan kita yang kuat dapat menjadi modal awal untuk mencegahnya. Kita memerlukan sebuah filter. Filter yang mampu mencegah hal yang tidak baik.
Lalu apakah kebudayaan itu terus menerus kita gunakan tanpa pembahuruan? Kebutuhan akan sebuah pembahuruan menjadi syarat penting, Kita adalah bangsa yang dilahirkan dengan ribuan historis yang menggeliat dahsyat. Disaat bangsa lain kesulitan mencari identitas, kita justru penuh dengan identitas yang mampu menyakini keaslian sebuah bangsa yang terbentuk, ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Lalu apakah yang dihasilkan atas peristiwa tersebut? Yaitu pancasila. Siapakah pancasila itu? Soekarno menyebutnya sebagai karya bangsa Indonesia! Logika ini mengikuti kepada suatu pemahaman bahwa pancasila itu diambil dari lokalitas bangsa.

Lokalitas bangsa yang berakar dari diri sendiri. Lokalitas yang tidak memerlukan bantuan asing namun mampu mengadaptasi asing tanpa harus merubah prinsip. Lokalitas itu lahir tanpa paksaan, berdiri sendiri dan punya sikap,  pantang menyerah namun siap mengalah, berani karena benar, takut karena salah, dan terpencing menjaga keharmonisan bersama. Kita memiliki ideologi pancasila, kita memiliki tanah dan air, kita mempunyai apa yang tidak dipunyai negara lain. Kita mempunyai makanan tradisional yang selalu ngangenin dan menggila jumlahnya, kita tidak memerlukan ikan impor sebab kita memang dikepung laut. Tanah pertanian kita subur sampa-sampai hewan terlangka pun ada disini. Kita memang tidak punya  musim salju, akan tetapi kita punya gunung bersalju. Kita diberi kebebasan untuk mempertahankan diri karena itu  kita memiliki pencak silat. Dan hebatnya kita bisa membuat iri bangsa lain hingga pada akhirnya kita diserang, dijajah, dijatuhkan, bahkan difitnah sebagai negara kacau.

Kebangkitan negeri tidak dapat lagi ditunda kehadirannya. Berbagai persoalan yang muncul belakangan ini seharusnya menyadarkan bahwa solusi satu-satunya agar negara ini hidup sebagai layaknya negara, kembali pada kekayaan negaranya sendiri. Lokalitas pancasila dengan segala kekurangan dan kelebihannya menjadi modal utama bangkit dan terbang ke angkasa sehingga mampu mengantar bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan sesuai UU 1945. Pendidikan lokal mengajarkan negara menjadi lebih dekat dengan rakyat. Pendidikan yang diterapkan dengan lokalitasnya mampu meningkatkan kemampuan yang berlebihan sehingga energi perubahan yang dibutuhkan bangsa akan tercapai.

Sebagai bagian negara yang beribu banyaknya kebudayaan, selayaknya setiap sekolah berdiri sesuai dengan keadaaan lokalitasnya, apakah itu geografisnya, latar kebudayaannya atau sosial ekonomi dimana lembaga pendidikan tersebut berdiri. Layaknya sebuah perjuangan, jalan ini diyakinkan akan panjang. Jika kita memerlukan 5 tahun perjuangan fisik dan diplomasi untuk merdeka maka sepantasnya kita bersama mengisinya sampai hari kiamat tiba. Merdeka!

No comments:

Post a Comment