Sunday, 1 June 2014

Membangun Pendidikan - Membangun Pendidikan Bagi Diffable Melalui Pendidikan Inklusi

Permasalahan Pendidikan Bagi Individu Berkelainan (Diffable)
Pendidikan merupakan hak setiap orang, tak terkecuali bagi diffable. Negara seharusnya telah mengakomodasi pendidikan bagi diffable untuk mendapatkan pendidikan dan tanpa diskriminasi. Semua itu diberikan agar seorang diffable dapat mengetahui batasan dan petunjuk yang dapat mengantarkan dirinya kepada kehidupan yang lebih berkualitas tanpa diskriminasi.
            Dalam dunia pendidikan seharusnya memberikan perhatian pada individu berkelainan (Diffable) dan pengembangan karakter. Kenyataan yang ada, diffable selalu diposisikan sebagai sebuah realitas sosial yang menuntut akomodasi atas kebutuhan khususnya. Ironisnya, banyak pendidik yang belum memahami isu ini sehingga masih ada sikap yang salah terhadap keberadaan diffable. Hal ini bukan semata-mata dikarenakan kurang akomodatifnya dalam memahami keberadaan diffable, namun lebih pada dangkalnya pemahaman masyarakat.
            Penerapan pendidikan bagi diffable juga dirasakurang dapat memfasilitasi mereka akan kebutuhan pendidikan yang inklusi. Mereka kurang dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan individu lain yang bukan diffable. Hal ini dikarenakan pendidikan untuk mereka seringkali terlalu eksklusif dan terpisah (segregation). Merujuk pada realitas di atas, maka pendidikan bagi diffable seharusnya dapat berperan aktif dalam mengembangkan aspek sosialnya.  Pendidikan inklusi kemudian diterapkan sebagai sistem  yang diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan diffable.
           
Kajian Individu Berkelainan (Diffable)
            Individu berkelainan (diffable) adalah sebutan yang diberikan pada anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus. Mereka juga seringkali disebut anak-anak yang memiliki kekurangan atau anak cacat, namun pada masa ini istilah anak cacat jarang digunakan karena terlalu sensitif untuk anak luar biasa.
 Diffable didefinisikan sebagai anak yang berbeda dari anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial ataupun ciri-ciri fisik. Menurut Kirk dalam Jamila Muhammad (2008: 37) anak-anak hanya dianggap diffable apabila memiliki kebutuhan khusus untuk menyesuaikan program pendidikan. 

            Individu berkelainan (diffable)dapat dibedakan menjadi tujuh kategori, yaitu tunanetra (anak dengan gangguan penglihatan), tunarungu (anak dengan gangguan pendengaran), tunagrahita (anak dengan gangguan kecerdasan dan adaptasi), tunadaksa (anak dengan gangguan mobilitas, cacat tubuh), tunalaras (anak dengan gangguan emosi dan perilaku), anak berbakat, dan tunamajemuk. 

            Banyak sebutan dan istilah yang digunakan untuk mengategorikan diffable. Istilah yang digunakan dapat membantu dalam pengumpulan informasi dan membuat persiapan akses kebutuhan. Informasi yang jelas tentang kebutuhan pembelajaran anak-anak dapat membantu dalam pemantauan lingkungan untuk memastikan keadaan lingkungan sesuai untuk aktivitas belajarnya.

Keberbedaan yang ada tidak serta merta memisahkan (segregation) antara diffable dan non-diffable karena pada dasarnya semua individu adalah setara. Oleh sebab itu, stigma negatif, sikap diskriminatif terhadap diffable, bahkan bersikap tak peduli terhadap akses pendidikan yang seharusnya diperoleh merupakan suatu bentuk inkonsistensian agama.

Membangun Pendidikan Bagi Individu Berkelainan (Diffable) Melalui Pendidikan Inklusi
Layanan pendidikan bagi diffable terbagi menjadi dua bentuk, yaitu segregasi dan integrasi.Namun,penerapan pendidikan ini dirasakurang dapat memfasilitasi akan kebutuhan mereka dalam hal akademik, psikogis dan sosial. Mereka kurang dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan individu lain yang bukan diffable. Hal ini dikarenakan layanan pendidikan yang ada terlalu eksklusif dan terpisah. Merujuk pada realitas di atas, maka pendidikan seharusnya  dapat berperan aktif dalam mengembangkan aspek akademik, psikologis, dan sosialnya.  Salah satu bentuk layanan yang merengkuh dan menyatukan individu berkelainan adalah pendidikan inklusi.
            Pendidikan inklusi merupakan sistem  yang menarik dan diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan diffable. Filosofi yang mendasari pendidikan inklusi adalah keyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pendidikan dalam lingkungan yang sama (education for all). Secara lebih luas dapat diartikan bahwa individu yang “normal” maupun yang dinilai memiliki kebutuhan khusus sudah selayaknya dididik bersama-sama dalam sebuah komunitas yang ramah dan menyenangkan. Dengan keberagaman yang ada di dalamnya, pendidikan inklusi memainkan peran sebagai tempat dimana komunitas belajar tentang bagaimana sikap toleransi terhadap keberagaman diposisikan dan dihargai.

            Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang didasari semangat terbuka untuk merangkul semua kalangan dalam pendidikan. Pendidikan inklusi merupakan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural yang dapat membantu peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis (DIRJEN PLB, 2009).

            Pendidikan inklusi ini sebagai sebuah sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan diffable belajar bersama dengan teman sebayanya di sekolah umum yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggara pendidikan inklusi menuntut pihak yang berwenang melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan diffable.

Penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi diffable terbentuk dari kewajiban manusia untuk memberikan hak kepada umat manusia lain. umat manusia berkewajiban memberikan hak kepada setiap orang. Segala bentuk inkonsistensian dalam pemberian hak, dipandang sebagai suatu bentuk pendustaan agama.  Segala hak yang terkait dalam hubungan dengan lingkungan secara keseluruhan dapat tercipta jika kebutuhannya dapat diakomodasi dalam pendidikan yang inklusif. Dapat dikatakan jika pendidikan inklusi merupakan salah satu hak yang dipandang melindungi hak-hak diffable akan kesetaraan.Pendidikan inklusi juga menentukan proses pembentukan akhlak individu dan sosial. Hal tersebut disebabkan pengaruh lingkungan sekitar terhadap diffable, dimana dirinya dapat merespon berbagai pengaruh lingkungan dengan cepat.

Pengimplementasian pendidikan inklusi harus dipromosikan dan diterapkan karena semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, tidak didiskriminasikan dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.

No comments:

Post a Comment