Tuesday, 3 June 2014

Membangun Pendidikan - Membangun Kualitas Pendidikan Indonesia

Kualitas pendidikan diartikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Lembaga pendidikan Indonesia yang dimaksud mulai dari usia dini sampai pendidikan tertingggi, meliputi PAUD, Taman Kanak-kanak, SD, SMP/MTS, SMA/MA, Perguruan Tinggi, dan lain-lain. Pertanyaan yang muncul adalah sudahkah sistem pendidikan negeri ini mencapai kualitas yang optimal?

            Sebenarnya Indonesia adalah salah satu negara yang mendapatkan predikat kemajuan dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari sudah banyaknya pendidikan untuk anak usia dini antara lain Play Group, PAUD, RA, dan lain sebagainya. Indonesia dikatakan sudah ada kemajuan dalam bidang pendidikan, tetapi masih banyak masalah dalam pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu menyoroti problem yang ada dan menawarkan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
  1. 1.      Memberantas Masalah Buta Aksara
            Masalah pertama adalah masih banyak masyarakat indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis atau lebih dikenal dengan istilah buta aksara. Menurut Kemendiknas 2011 sebanyak 4,8% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis buta aksara, yaitu 8,5 juta jiwa. Masyarakat buta aksara yang paling banyak adalah dari daerah terpinggir dan terbelakang. Hal ini disebabkan karena budaya lokal yang sudah mendarah daging yang sehingga membatasi masyarakatnya untuk menerima pengaruh budaya dari luar. Salah satunya adalah pengaruh kemajuan pendidikan. Hambatan lain yang terkait dengan daerah terpinggir dan terbelakang itu adalah susahnya akses untuk menempuh daerah tersebut, mulai dari akses transportasi dan akses teknologi di daerah tersebut.

            Solusi tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan pendekatan “Holistik Integratif” kepada masyarakat daerah tertinggal dan terbelakang. Pendekatan tersebut tidak menampilkan hakikat pendekatan secara utuh tapi sepihak berdasarkan sudut pandangan yang digunakan. Dengan demikian proses pendidikan tidak dilihat secara keseluruhan meskipun teori-teori pendidikan yang diajarkan tersebut satu per satu sifatnya mungkin mendalam secara vertikal, namun tidak melebar secara horisontal. Sehingga generasi Indonesia yang hidup di lingkungan tersebut menjadi generasi yang berbudaya, terdidik, terbimbing, terarah, mempunyai visi terhadap kehidupan di masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.

            Selain solusi di atas perlu melakukan sosialisasi, pemerataan akses transportasi dan akses teknologi merupakan jalur efektif untuk mempermudah masyarakat daerah tertinggal untuk memiliki eksistensi masyarakat yang dinamis mengikuti kemajuan perkembangan kebudayaan dan pendidikan. Pemasangan jaringan internet untuk daerah terbelakang juga merupakan langkah yang penting agar masyarakat dapat mengetahui informasi terkini seputar pendidikan, kebudayaan, sehingga mampu membangun mental percaya diri sebagai masyarakat yang “melek aksara” dan tidak merasa menjadi masyarakat tertinggal.
  1. 2.      Meningkatkan Sarana dan Prasarana Sekolah
            Masalah kurang memadainya sarana dan prasana sekolah. Sekolah yang mendukung proses pendidikan salah satunya karena didukung oleh sarana dan prasarana sekolah. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai, sekolah akan kesulitan dalam hal mewujudkan peserta didik yang terdidik, terlatih, terbimbing, berprestasi dengan mampu bersaing dengan siswa sekolah lain yang unggul karena didukung dengan sarana prasarana di dalamnya.

            Indonesia merupakan negara berkembang yang mana dapat dikatakan sudah ada kemajuan di bidang sarana dan prasarana sekolah. Banyak sekolah swasta di Indonesia yang mendapat dukungan kerjasama dari negara asing dalam hal tenaga pendidik, sarana prasarana, materi pembelajaran dan luaran yang diharapkan. Tetapi yang kita lihat dunia pendidikan kita masih banyak sekolah negeri yang kurang memadainya dalam hal sarana dan prasarana sekolah. Banyak sekolah sekolah di desa plosok yang mana bangunannya kurang mendukung untuk proses pembelajaran. Hal tersebut seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah untuk menjadikan sekolah “tak layak” menjadi “layak”.
  1. 3.      Guru Profesional Anti Kekerasan Sebagai Tenaga Pendidik
            Masalah ketiga adalah kekerasan dalam dunia pendidikan. Guru dihadapkan pada tantangan keberagaman latar belakang peserta didik baik sosial maupun budayanya. Oleh karena itu, guru memikul tugas yang besar terhadap baik buruknya moral bangsa. Moral bangsa yang diharapkan terbentuk adalah moral yang jauh dari kata kekerasan. Tetapi yang jadi tontonan kita setiap waktu adalah maraknya kekerasan di lingkungan masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan.

            Guru sebagai pengemban tugas terbesar tidak boleh menggunakan kekerasan baik fisik maupun psikis dalam mendidik. Guru harus benar-benar mampu memahami fungsi dan kedudukannya. Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 (satu) dituliskan dengan jelas bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dan pada pasal 10 dituliskan guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

            Undang-undang tersebut menyampaikan bahwa guru harus mampu menjalankan profesinya secara kompeten dan professional dalam mendidik yang salah satunya adalah kesadaran diri bahwa pendidikan yang kondusif dan bermoral adalah pendidikan yang jauh dari kekerasan. Selain guru, peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak juga tidak kalah pentingnya karena orang tua berfungsi sebagai guru di luar sekolah. Orang tua harus mampu membina anak memiliki kecakapan moral melalui penanaman nilai-nilai etika di lingkungan keluarga dan masyarakat.

            Membangun kualitas pendidikan kita adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Kita harus memiliki kesadaran yang tinggi bahwa keberhasilan pendidikan kita tidak akan diperjuangkan oleh orang lain tetapi kita sendirilah sebagai pemikul utama. Dampak kegagalan pendidikan adalah kehancuran generasi kita yang akan kita tanggung sendiri di masa yang akan datang. Oleh karena itu, harapan akan terbentuknya sistem pendidikan yang cakap harus kita perjuangkan dengan rasa optimis dan berbasis pada kesadaran serta rasa kebersamaan.

No comments:

Post a Comment