Setiap hari kita disuguhi berita-berita yang menyesakan dada.
Orang-orang yang sudah tidak peduli dengan sesamanya. Banyaknya pemimpin
yang korupsi. Investigasi media yang menunjukan penipuan dalam
persiapan dan pembuatan pangan. Contohnya, pemberian boraks yang
notabene sudah dilarang dalam pembuatan baso. Hal tersebut dilakukan
demi keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli keselamatan sesamanya.
Sudah begitu terkikiskah rasa empati pada diri manusia Indonesia. Dari
kalangan atas, para pemimpin hingga rakyat biasa pembuat baso hanya
memikirkan keuntungan semata. Tak peduli dengan orang lain.
Apakah orang Indonesia telah begitu buruk karakternya. Seperti peribahasa Inggris mengatakan, ”When wealth is lost, nothing is lost; when health is lost, something is lost; when character is lost, everything is lost.” Salah siapakah dalam hal ini. Apakah salah orang tua ? Salah para pendidik ? Salah para pemimpin ? Salah media massa ? Mengapa tidak kita coba untuk mengubah situasi ini dengan mendidik melalui keteladanan (role model).
Proses perkembangan karakter seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan1). Faktor bawaan merupakan faktor khas pada orang yang bersangkutan, faktor lingkungan merupakan faktor dari lingkungan orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor lingkungan memiliki peran yang penting dalam konteks pembentukan karakter seorang. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat menjadi tempat seseorang berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain akan membentuk dan mengubah sifat-sifat asli manusia menjadi sifat-sifat kemanusiaan2)
Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan keteladanan. Keteladanan berawal dari suatu peniruan antar manusia. Proses peniruan tersebut berlangsung secara terus-menerus mulai dari anak-anak, dewasa dan sampai tua. Kehidupan manusia tidak akan berkembang tanpa adanya peniruan karena peniruan merupakan dasar kehidupan bersama yang membuat kehidupan menjadi manusiawi3).
Abdullah Nashih Ulwan (1978) dalam bukunya tentang pendidikan anak dalam Tarbiyautul Aulad Fil Islam, mengatakan bahwa Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak4). Untuk itu para pemimpin, tayangan media terutama orang tua dan pendidik perlu menunjukan keteladanan segala hal yang membawa kebaikan dalam pembentukan karakter.
Penekanan pada orangtua dan pendidik karena orang tua atau pendidik adalah figure terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru anak. Seperti filsuf China, Kong Fu Tze (551-479 SM) mengatakan, 'Aku dengar, aku lupa, aku lihat, aku ingat, aku lakukan, aku paham'.
Mudah saja bagi orang tua dan pendidik untuk mengarahkan dan mendidik anak dengan berbagai hal yang akan membentuk karakternya, tetapi tentu saja tidak mudah bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Disinilah perlunya keteladanan dari berbagai pihak, apakah itu pemimpin, media massa terutama orangtua dan pendidik. Masih ingatkah dengan tayangan smackdown yang pada tahun 2006 dipaksa berhenti penayangannya dari televisi nasional karena memicu perilaku agresif pada anak. Bahkan menimbulkan korban jiwa pada anak oleh karena di"smackdown' temannya5).
Tidak perlu muluk-muluk dalam mendidik dengan keteladanan, karena dapat dilakukan hanya dengan 3M. M pertama adalah mulailah dari diri sendiri, M kedua mulai dari sekarang dan M ketiga mulai dari hal yang kecil. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya pada anak-anak akan membuat anak-anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Bukankah akibat membuang sampah sembarangan saja setiap tahun Indonesia telah rugi milyaran rupiah karena banjir.
Referensi :
1) Syamsu Yusuf. (2006) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dalam Agus Setyo Raharjo, Samsul Hadi, “Pengaruh Keteladanan Guru Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Karakter Siswa”, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
2) Abu ahmadi. (2001). Sosiologi Pendidikan. Surabaya: PT Bina ilmu dalam Agus Setyo Raharjo, Samsul Hadi, “Pengaruh Keteladanan Guru Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Karakter Siswa”, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
3) Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo dalam Agus Setyo Raharjo, Samsul Hadi, “Pengaruh Keteladanan Guru Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Karakter Siswa”, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Apakah orang Indonesia telah begitu buruk karakternya. Seperti peribahasa Inggris mengatakan, ”When wealth is lost, nothing is lost; when health is lost, something is lost; when character is lost, everything is lost.” Salah siapakah dalam hal ini. Apakah salah orang tua ? Salah para pendidik ? Salah para pemimpin ? Salah media massa ? Mengapa tidak kita coba untuk mengubah situasi ini dengan mendidik melalui keteladanan (role model).
Proses perkembangan karakter seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan1). Faktor bawaan merupakan faktor khas pada orang yang bersangkutan, faktor lingkungan merupakan faktor dari lingkungan orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor lingkungan memiliki peran yang penting dalam konteks pembentukan karakter seorang. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat menjadi tempat seseorang berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain akan membentuk dan mengubah sifat-sifat asli manusia menjadi sifat-sifat kemanusiaan2)
Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan keteladanan. Keteladanan berawal dari suatu peniruan antar manusia. Proses peniruan tersebut berlangsung secara terus-menerus mulai dari anak-anak, dewasa dan sampai tua. Kehidupan manusia tidak akan berkembang tanpa adanya peniruan karena peniruan merupakan dasar kehidupan bersama yang membuat kehidupan menjadi manusiawi3).
Abdullah Nashih Ulwan (1978) dalam bukunya tentang pendidikan anak dalam Tarbiyautul Aulad Fil Islam, mengatakan bahwa Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak4). Untuk itu para pemimpin, tayangan media terutama orang tua dan pendidik perlu menunjukan keteladanan segala hal yang membawa kebaikan dalam pembentukan karakter.
Penekanan pada orangtua dan pendidik karena orang tua atau pendidik adalah figure terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru anak. Seperti filsuf China, Kong Fu Tze (551-479 SM) mengatakan, 'Aku dengar, aku lupa, aku lihat, aku ingat, aku lakukan, aku paham'.
Mudah saja bagi orang tua dan pendidik untuk mengarahkan dan mendidik anak dengan berbagai hal yang akan membentuk karakternya, tetapi tentu saja tidak mudah bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Disinilah perlunya keteladanan dari berbagai pihak, apakah itu pemimpin, media massa terutama orangtua dan pendidik. Masih ingatkah dengan tayangan smackdown yang pada tahun 2006 dipaksa berhenti penayangannya dari televisi nasional karena memicu perilaku agresif pada anak. Bahkan menimbulkan korban jiwa pada anak oleh karena di"smackdown' temannya5).
Tidak perlu muluk-muluk dalam mendidik dengan keteladanan, karena dapat dilakukan hanya dengan 3M. M pertama adalah mulailah dari diri sendiri, M kedua mulai dari sekarang dan M ketiga mulai dari hal yang kecil. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya pada anak-anak akan membuat anak-anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Bukankah akibat membuang sampah sembarangan saja setiap tahun Indonesia telah rugi milyaran rupiah karena banjir.
Referensi :
1) Syamsu Yusuf. (2006) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dalam Agus Setyo Raharjo, Samsul Hadi, “Pengaruh Keteladanan Guru Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Karakter Siswa”, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
2) Abu ahmadi. (2001). Sosiologi Pendidikan. Surabaya: PT Bina ilmu dalam Agus Setyo Raharjo, Samsul Hadi, “Pengaruh Keteladanan Guru Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Karakter Siswa”, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
3) Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo dalam Agus Setyo Raharjo, Samsul Hadi, “Pengaruh Keteladanan Guru Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Karakter Siswa”, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
No comments:
Post a Comment