Bicara tentang pendidikan di Indonesia, apa yang pertama kali ada
dipikiran kita? Sudah majukah kita dengan berkembangnya teknologi modern
yang kita gunakan? Sudah berhasilkah kita mendidik anak – anak dan adik
– adik kita sesuai dengan yang mereka butuhkan? Apakah pendidikan di
Indonesia sudah mampu menyaingi pendidikan di luar negeri?
Indonesia memang menjadi salah satu negara yang selalu update dan selalu ingin tahu mengenai perkembangan teknologi apapun. Indonesia bukanlah negara tertinggal untuk sebuah ukuran negara dengan kualitas pengetahuan penduduk. Namun, jika ditelisik lebih dalam, itu hanya berlaku untuk beberapa point saja.
Masyarakat Indonesia memang menjadikan negeri barat sebagai kiblat dari setiap perkembangan yang ada. Baik untuk teknologi, ekonomi, gaya hidup hingga pendidikan. Tapi sebenarnya itu tidak merata.
Percayakah Anda jika di negeri tercinta kita, masih banyak sekali adik – adik yang membutuhkan pendidikan, baik formal maupun non formal. Bagaimanapun keadaan mereka, mereka adalah tulang, darah, jantung dan otak dari perkembangan bangsa Indonesia nantinya.
Indonesia bisa saja maju dengan segala teknologi canggih yang digunakan. Tapi apa kita bisa bangga, ketika apa yang kita kenakan, apa yang kita manfaatkan, bukanlah dari tangan bangsa Indonesia sendiri. Kita bisa dibilang hanya meminjam otak dan teknologi yang bangsa lain ciptakan. Kita memang membutuhkan apa yang mereka miliki untuk memajukan negara kita. Tapi sebenarnya kita jauh lebih memiliki dari pada mereka.
Bangsa Indonesia harus memiliki pendidikan yang bagus. Bukan tempat, teknologi, atau seragam yang bagus, tapi satu hal yang penting, kualitas pendidikan harusnya memang perlu ditingkatkan.
Jika kita tahu, adik – adik kita yang berada jauh di pedalaman dan di pedesaan, mereka saja rela untuk belajar dan menimba ilmu dibawah rimbunnya atap yang terbuat dari janur dan dedaunan lainnya. Mereka tidak pernah protes sedikitpun ketika harus belajar di dalam ruangan yang hanya dibatasi bilik bambu yang rentan dan rapuh. Mereka tidak bisa memilih apa dan bagaimana keadaan ruang kelas mereka untuk menimba ilmu. Ini semua takdir? Memang benar, Tuhan memang menguji masyarakat Indonesia dengan minimnya pendidikan yang ada. Kita semua diuji dengan kurangnya tenaga pengajar dan dengan minimnya buku – buku yang mereka butuhkan.
Adik – adik kita tidak membutuhkan tempat yang nyaman, ber-AC, harum. Mereka juga tidak membutuhkan seragam yang bagus, tas yang kuat, dan sepatu yang mengkilat. Apa sebenarnya yang mereka butuhkan? Sebuah buku pelajaran, sebuah jendela dunia yang dapat membawa mereka menuntun Indonesia ke gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya.
Mereka memang sulit menemukan tempat untuk belajar. Mendapatkan buku untuk dibaca, mereka juga bahkan sulit mendapatkan seseorang untuk mengajari mereka. Namun, siapa sangka di daerah seperti Papua saja ada banyak adik – adik kita yang rela menempuh berpuluh – puluh kilometer hanya untuk mendapatkan sedikit ilmu dari para relawan. Apa mereka mengeluh? Tidak sedikitpun.
Lalu apa kabar dengan kita yang mampu bersekolah di tempat yang bagus? Dengan fasilitas lengkap, buku yang tidak pernah terlambat diberikan, dan tenaga pengajar yang berlebih. Kita hanya memanfaatkan apa yang mereka beri untuk bisa mendapatkan ijazah. Bukan untuk mendapatkan ilmu. Percayalah, jika kita yang harus diminta untuk berjalan menyusuri jalan setapak, jembatan dari kayu yang rapuh, sungai yang deras dan bukit yang menanjak untuk sekedar belajar membaca ABC dan menghitung 1+1, kita tidak akan mau.
Pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan jelas berbeda. Meskipun saat ini beberapa wilayah desa sudah menunjukkan kemajuan dalam bidang pendidikan. Namun, sebenarnya adik – adik di pedalamanlah yang jauh lebih membutuhkan.
Namun, dewasa yang serba ada seperti saat ini. Sudah tidak sulit untuk kita menemukan tenaga pengajar yang tulus ikhlas membagi ilmu mereka untuk adik – adik yang membutuhkan. Ini menjadi suatu kemajuan untuk pendidikan Indonesia.
Tidak perlu sebuah ide yang langka untuk mewujudkan Indonesia yang memiliki tangan – tangan canggih. Indonesia hanya butuh sebuah buku dan langkah yang tulus ikhlas memberikan apa yang adik – adik kita butuhkan.
Jika memang diizinkan oleh penguasa negeri, bolehkan adik – adik kita yang jauh dari teknologi cangih itu mendapatkan buku – buku yang layak, yang mereka butuhkan? Bolehkah mereka mendapatkan tempat yang layak dan sebuah tiang bendera merah putih di halaman depannya? Bolehkan mereka berjalan diatas jembatan yang kuat dan jalan yang mulus untuk pergi ke sekolah? Bolehkah mereka atap – atap yang kuat dan melindungi mereka dari panas dan hujan? Apa boleh mereka menulis diatas meja kayu yang kuat dan bersaing diatas sebuah papan tulis hitam dengan kapur penuh dengan harapan untuk bisa memajukan Indonesia?
Jika boleh, bisakah segera mereka mendapatkan itu semua? Ini memang bukan hanya masalah waktu, cepat atau lambat mereka akan mendapatkannya bukan? Tapi zaman terus berkembang, teknologi akan terus berkembang. Dan kita tidak bisa selalu bergantung kepada mereka yang terus memanfaatkan apa yang kita miliki. Kita harus segera bersaing dengan teknologi canggih yang mereka miliki.
Indonesia bisa menciptakan karya indah dari tangan – tangah canggih itu. Indonesia bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi dimanapun itu dengan pemikiran ala Indonesia.
Indonesia bukan negara kecil. Kita terdiri lebih dari 20000 pulau dan 1000 suku bangsa. Itu menjadikan Indonesia memiliki peluang besar untuk bisa bersaing menciptakan teknologi canggih untuk dunia, untuk Indonesia dan untuk mereka sendiri.
Jika BJ Habibie saja pernah berkata, bahwa “sebenarnya otak manusia ini jika diibaratkan sebuah komputer, maka komputer tersebut akan lebih besar dari bola dunia. Dan potensi bangsa Indonesia sendiri jauh lebih besar dari itu, akan tetapi tidak dipakai”
Ini menjadi pukulan untuk diri kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar, namun belum mampu menggunakan dan memaksimalkannya untuk memajukan Indonesia. Jika, kita sadar, adik – adik kita di sana pasti memiliki niat yang luhur untuk memajukan negara mereka, namun masih saja ada batu dan jurang yang sangat curam yang harus mereka lalui untuk mencapai itu semua.
“Indonesia tidak membutuhkan teknologi yang hanya sekedar canggih dan berpengaruh untuk bangsa. Namun yang kita butuhkan adalah tangan – tangan canggih dari dalam diri bangsa Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan atas itu semua”
Semangatlah untuk Indonesia. Untuk adik – adik tercinta, dan untuk tangan – tangan mungil nan canggih demi Indonesia jaya dan merdeka. ;-)
Indonesia memang menjadi salah satu negara yang selalu update dan selalu ingin tahu mengenai perkembangan teknologi apapun. Indonesia bukanlah negara tertinggal untuk sebuah ukuran negara dengan kualitas pengetahuan penduduk. Namun, jika ditelisik lebih dalam, itu hanya berlaku untuk beberapa point saja.
Masyarakat Indonesia memang menjadikan negeri barat sebagai kiblat dari setiap perkembangan yang ada. Baik untuk teknologi, ekonomi, gaya hidup hingga pendidikan. Tapi sebenarnya itu tidak merata.
Percayakah Anda jika di negeri tercinta kita, masih banyak sekali adik – adik yang membutuhkan pendidikan, baik formal maupun non formal. Bagaimanapun keadaan mereka, mereka adalah tulang, darah, jantung dan otak dari perkembangan bangsa Indonesia nantinya.
Indonesia bisa saja maju dengan segala teknologi canggih yang digunakan. Tapi apa kita bisa bangga, ketika apa yang kita kenakan, apa yang kita manfaatkan, bukanlah dari tangan bangsa Indonesia sendiri. Kita bisa dibilang hanya meminjam otak dan teknologi yang bangsa lain ciptakan. Kita memang membutuhkan apa yang mereka miliki untuk memajukan negara kita. Tapi sebenarnya kita jauh lebih memiliki dari pada mereka.
Bangsa Indonesia harus memiliki pendidikan yang bagus. Bukan tempat, teknologi, atau seragam yang bagus, tapi satu hal yang penting, kualitas pendidikan harusnya memang perlu ditingkatkan.
Jika kita tahu, adik – adik kita yang berada jauh di pedalaman dan di pedesaan, mereka saja rela untuk belajar dan menimba ilmu dibawah rimbunnya atap yang terbuat dari janur dan dedaunan lainnya. Mereka tidak pernah protes sedikitpun ketika harus belajar di dalam ruangan yang hanya dibatasi bilik bambu yang rentan dan rapuh. Mereka tidak bisa memilih apa dan bagaimana keadaan ruang kelas mereka untuk menimba ilmu. Ini semua takdir? Memang benar, Tuhan memang menguji masyarakat Indonesia dengan minimnya pendidikan yang ada. Kita semua diuji dengan kurangnya tenaga pengajar dan dengan minimnya buku – buku yang mereka butuhkan.
Adik – adik kita tidak membutuhkan tempat yang nyaman, ber-AC, harum. Mereka juga tidak membutuhkan seragam yang bagus, tas yang kuat, dan sepatu yang mengkilat. Apa sebenarnya yang mereka butuhkan? Sebuah buku pelajaran, sebuah jendela dunia yang dapat membawa mereka menuntun Indonesia ke gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya.
Mereka memang sulit menemukan tempat untuk belajar. Mendapatkan buku untuk dibaca, mereka juga bahkan sulit mendapatkan seseorang untuk mengajari mereka. Namun, siapa sangka di daerah seperti Papua saja ada banyak adik – adik kita yang rela menempuh berpuluh – puluh kilometer hanya untuk mendapatkan sedikit ilmu dari para relawan. Apa mereka mengeluh? Tidak sedikitpun.
Lalu apa kabar dengan kita yang mampu bersekolah di tempat yang bagus? Dengan fasilitas lengkap, buku yang tidak pernah terlambat diberikan, dan tenaga pengajar yang berlebih. Kita hanya memanfaatkan apa yang mereka beri untuk bisa mendapatkan ijazah. Bukan untuk mendapatkan ilmu. Percayalah, jika kita yang harus diminta untuk berjalan menyusuri jalan setapak, jembatan dari kayu yang rapuh, sungai yang deras dan bukit yang menanjak untuk sekedar belajar membaca ABC dan menghitung 1+1, kita tidak akan mau.
Pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan jelas berbeda. Meskipun saat ini beberapa wilayah desa sudah menunjukkan kemajuan dalam bidang pendidikan. Namun, sebenarnya adik – adik di pedalamanlah yang jauh lebih membutuhkan.
Namun, dewasa yang serba ada seperti saat ini. Sudah tidak sulit untuk kita menemukan tenaga pengajar yang tulus ikhlas membagi ilmu mereka untuk adik – adik yang membutuhkan. Ini menjadi suatu kemajuan untuk pendidikan Indonesia.
Tidak perlu sebuah ide yang langka untuk mewujudkan Indonesia yang memiliki tangan – tangan canggih. Indonesia hanya butuh sebuah buku dan langkah yang tulus ikhlas memberikan apa yang adik – adik kita butuhkan.
Jika memang diizinkan oleh penguasa negeri, bolehkan adik – adik kita yang jauh dari teknologi cangih itu mendapatkan buku – buku yang layak, yang mereka butuhkan? Bolehkah mereka mendapatkan tempat yang layak dan sebuah tiang bendera merah putih di halaman depannya? Bolehkan mereka berjalan diatas jembatan yang kuat dan jalan yang mulus untuk pergi ke sekolah? Bolehkah mereka atap – atap yang kuat dan melindungi mereka dari panas dan hujan? Apa boleh mereka menulis diatas meja kayu yang kuat dan bersaing diatas sebuah papan tulis hitam dengan kapur penuh dengan harapan untuk bisa memajukan Indonesia?
Jika boleh, bisakah segera mereka mendapatkan itu semua? Ini memang bukan hanya masalah waktu, cepat atau lambat mereka akan mendapatkannya bukan? Tapi zaman terus berkembang, teknologi akan terus berkembang. Dan kita tidak bisa selalu bergantung kepada mereka yang terus memanfaatkan apa yang kita miliki. Kita harus segera bersaing dengan teknologi canggih yang mereka miliki.
Indonesia bisa menciptakan karya indah dari tangan – tangah canggih itu. Indonesia bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi dimanapun itu dengan pemikiran ala Indonesia.
Indonesia bukan negara kecil. Kita terdiri lebih dari 20000 pulau dan 1000 suku bangsa. Itu menjadikan Indonesia memiliki peluang besar untuk bisa bersaing menciptakan teknologi canggih untuk dunia, untuk Indonesia dan untuk mereka sendiri.
Jika BJ Habibie saja pernah berkata, bahwa “sebenarnya otak manusia ini jika diibaratkan sebuah komputer, maka komputer tersebut akan lebih besar dari bola dunia. Dan potensi bangsa Indonesia sendiri jauh lebih besar dari itu, akan tetapi tidak dipakai”
Ini menjadi pukulan untuk diri kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar, namun belum mampu menggunakan dan memaksimalkannya untuk memajukan Indonesia. Jika, kita sadar, adik – adik kita di sana pasti memiliki niat yang luhur untuk memajukan negara mereka, namun masih saja ada batu dan jurang yang sangat curam yang harus mereka lalui untuk mencapai itu semua.
“Indonesia tidak membutuhkan teknologi yang hanya sekedar canggih dan berpengaruh untuk bangsa. Namun yang kita butuhkan adalah tangan – tangan canggih dari dalam diri bangsa Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan atas itu semua”
Semangatlah untuk Indonesia. Untuk adik – adik tercinta, dan untuk tangan – tangan mungil nan canggih demi Indonesia jaya dan merdeka. ;-)
No comments:
Post a Comment