Sunday, 1 June 2014

Membangun Pendidikan - Bisakah Sistem Pendidikan di Indonesia Membuatku Menjadi Lebih Baik?

“Ada apa dengan pendidikan di Indonesia?”, “Mengapa sistem pendidikan di Indonesia mendapat peringkat yang buruk di dunia”,“Siapakah yang bertanggung jawab atas semua ini?
 
Inilah pertanyaan yang sering sekali dipertanyakanhampir semua orang dan bahkan telah mempersalahkan pemerintah atas kejadian ini.
 
Seperti halnya pepatah yang mengatakan “Gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di seberang lautan terlihat”, demikianlah kita yang selalu saja mempersalahkan orang lain tanpa mengevaluasi diri sendiri. Pendidikan di Indonesia tidak hanya tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab bersama yaitu pengajar (guru, dosen), orangtua, maupun para pelajar. Lalu apa sebenarnya yang terjadi dengan pendidikan di Indonesia? Bisakah pendidikan Indonesia semakin lebih baik?

Dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pemerintah telah menuliskan pengertian pendidikan yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”, serta di dalam UUD 1945 pasal 31 pasca amandemen ke 4 tahun 2002, pemerintah juga telah menetapkan kebijakan yang baik tentang pendidikan. Semua hal itu kalau kita perhatikan secara seksama, sangat baik adanya namun mengapa dalam proses tidak terjadi seperti yang tercantum demikian?

Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah karena adanya sikap egoisme pada diri sendiri, ketidakpercayaan satu sama lain, serta adanya tekanan yang diberikan. Maksudnya adalah
  1. 1.      Sikap Egoisme
Pemerintah egois pada diri sendiri yang kita sebut dengan korupsi, seandainya anggaran dana untuk pendidikan yang telah ditetapkan di UUD 1945 pasal 31 dapat terealisasikan dengan baik maka akan terciptanya pemerataan pendidikan di Indonesia.
Guru juga memiliki sikap egoisme pada diri sendiri dalam hal mengajar, yaitu guru hanya berpusat pada penyelesaian materi tepat waktu tanpa mementingkan keadaan kelas apakah dalam keadaan pasif atau aktif, serta tidak mempedulikan siswa yang tergolong lamban dalam belajar atau kurang mampu memahami pelajaran dengan baik.Sikap egois juga ditunjukan guru dalam memberikan nilai kepada kepala sekolah, nilai yang diberikan tidak sesuai dengan yang didapat siswa pada keadaan sebenarnya dengan maksud untuk menunjukkan bahwa dia berhasil mengajar siswa-siswa tersebut dengan nilai yang baik padahal secara faktanya tidak. Keegoisan guru juga ditunjukkan pada ujian nasional, banyak guru yang membantu para muridnya dalam menghadapi ujian nasional dengan maksud agar akreditasi sekolah tersebut tidak menurun tetapi sebaliknya akan meningkat, bayangkan kalau dalam satu sekolah banyak siswa yang tidak lulus ujian nasional, apakah sekolah tersebut akan mendapatkan akreditasi yang baik? Hal ini didapat dari berbagai sumber terpercaya dan dirahasiakan.
  1. 2.      Ketidakpercayaan Baik Pada Diri Sendiri Maupun Orang Lain
Dalam organisasi, kalau anggota tidak mempercayai ketua, atau ketua tidak mempercayai anggota apakah yang akan terjadi? Bukankah organisasi tersebut akan hancur dan tidak dapat berkembang?Demikian dengan negara kita sendiri yaitu negara Indonesia, Negara diibaratkan dengan organisasi yang memiliki ketua yaitu pemerintah dan anggota yaitu rakyat. Ketidakpercayaan ini ditunjukkan oleh Pemerintah dalam hal pembuatan kurikulum atau dalam hal membangun proses belajar yang menyenangkan. Pemerintah merancang sendiri proses pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum dengan tujuan agar guru mengikuti sistem kurikulum tersebut. Pemerintah tidak mempercayai guru atau para pengajar untuk menciptakan proses pembelajarannya sendiri seperti halnya di negara Finlandia, negara yang memiliki pendidikan terbaik di dunia.
Ketidakpercayaan guru ditunjukkan kepada siswanya, maksudnya adalah guru tidak mempercayai kemampuan yang dimiliki siswa disaat menghadapi ujian nasional sehingga secara terpaksa guru membantu siswanya agar mendapatkan kelulusan.

Sedangkan ketidakpercayaan siswa ditunjukkan pada dirinya sendiri, siswa tidak mempercayai kemampuannya sendiri untuk mampu menjadi yang terbaik sehingga harus melakukan kecurangan disaat menghadapi ujian yaitu dengan mencontek atau membuat contekan di kertas kecil agar ujian bisa lebih mudah teratasi yang sering disebut dengan istilah kopekologi.
  1. 3.      Tekanan
Apakah kita mampu melakukan sesuatu hal yang baik kalau berada di bawah tekanan atau under pressure?Pastinya tidak. Demikian dengan pendidikan Indonesia, pemerintah merasa tertekan untuk membentuk atau membangun pendidikan yang lebih baik dari negara lain namun dengan rasa tertekan tersebut keputusan yang diambil merupakan keputusan yang salah. Setiap tahun pemerintah memutuskan untuk meningkatkan nilai standar kelulusan UN dengan maksud untuk memotivasi peserta didik dan guru namun secara faktanya standar kelulusan tersebut merugikan banyak hal tertutama para siswa atau peserta didik.

Dengan adanya kenaikan standar kelulusan tersebut guru bahkan sekolah merasa tertekan, merasa takut kalau siswanya tidak dapat melewati itu semua.Ini didorong karena adanya rasa ketidakpercayaan tadi.
Yang merasa lebih tertekan dengan kenaikan standar kelulusan UN tersebut adalah siswa. Siswa takut dan merasa malu saat mendapatkan pengumuman yang menyatakan kalau dia tidak lulus sehingga tidak jarang kita mendengar tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh siswa saat mendengar dirinya tidak lulus ujian nasional. Padahal sebenarnya kesuksesan seseorang tidak diukur dari kelulusan UN semata melainkan keterampilan, kepribadian, ahlak mulia dengan kata lain tidak hanya berdasarkan IQ(Kecerdasan Intelektual) namun juga EQ (Kecerdasan Emosional)dan SQ (Kecerdasan Spiritual) seperti yang telah dipaparkan pada pengertian pendidikan dalam UU sisdiknas tersebut.

Inilah yang terjadi di sistem pendidikan di Indonesia, seandainya sikap egoisme, ketidakpercayaan dan rasa tertekan itu mampu untuk dihilangkan maka kita dapat membangun pendidikan yang lebih baik lagi. Pendidikan di Indonesia butuh proses yang baik tidak hanya membutuhkan hasil yang baik namun dengan proses yang salah.Namun dari semuanya itu yang berpengaruh besar dalam pendidikan di Indonesia adalah kualitas guru yang terbaik.Indonesia membutuhkan guru yang terbaik, tidak hanya sekedar mengajar tetapi dapat menjadi contoh teladan karena seorang guru atau pengajar tidak hanya menghadapi kepala namun juga hati, tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga membentuk karakter.

No comments:

Post a Comment