Sunday, 1 June 2014

Membangun Pendidikan - Mencerdaskan Anak Bangsa dengan Menerapkan Kurikulum Berbasis Talent pada SMA di Seluruh Indonesia

Pendidikan merupakan satu elemen yang sangat penting di dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan ibarat pondasi awal suatu bangunan dan akar utama dari pohon yang kokoh. Tanpa pondasi dan akar yang kuat, bangunan yang berdiri tersebut tidak akan bertahan lama.

Bila melihat negeri barat sana, mereka tidak memiliki banyak sumber daya alam seperti yang dimiliki Indonesia. Mereka juga tidak memiliki tanah subur yang seperti yang menjadi pijakan langkah kita. Namun mereka memiliki sumber daya manusia yang bisa diandalkan. Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan. Serta mengubah kekurangan mereka menjadi suatu kelebihan.

Kita lebih kaya, lebih elit, dan lebih sejahtera. Banyak harta karun yang bertebaran di sekeliling mata memandang. Peluang bertebaran dimana-mana. Tapi yang bisa menangkap seluruh kekayaan suatu bangsa hanyalah manusia. Alam tidak mungkin menampakan diri mereka sendiri. Apa kabarnya dengan permata yang tersembunyi di dasar samudera? Perlu manusia untuk menemukannya. Manusia-manusia di tanah air sayang sekali hanya sedikit yang peka dengan kekayaan yang kita punya. Mereka terlalu cepat menyerah dan meyakini kalau negeri barat jauh lebih baik.

Sebaiknya kita tidak mengikuti budaya barat. Apalagi berkiblat padanya. Kita hanya perlu melihat keberhasilan dan cara tempuh untuk memajukan bangsanya. Inti dari keberhasilan dunia barat adalah, mampu memoles batu bata menjadi batangan emas. Mereka manusia, kita juga manusia. Pasti kita bisa melakukan hal yang lebih dari itu.

Untuk mengubah batu bata menjadi batangan emas, tentu tidak mudah. Butuh keterampilan khusus dan orang-orang yang sudah bisa dibilang mumpuni dalam bidangnya. Inilah yang menjadi satu titik tumpu kelemahan bangsa Indonesia. Pendidikan yang tidak maksimal, pendidikan yang tidak berhasil mencetak anak bangsa seperti isi Undang Undang Dasar.

Pendidikan di Indonesia harus diakui sebagian besar hanyalah formalitas. SD, lulus SD masuk SMP, lulus SMP masuk SMA, dan kuliah. Kebanyakan hanya ingin mencari ijazah, dan pengakuan lulus. Bukan ilmu yang menjadi misi utama pendidikan. Kita harus memberantas virus seperti itu. Masyarakat Indonesia tidak ada yang bodoh. Tidak ada yang dongkol ataupun buntu. Permasalahan utama dari ketidakberhasilan pendidikan di tanah air adalah pendidikan yang cenderung kaku dan membuat siswa bosan.

Umur anak sekolah adalah umur dimana mereka sangat mencari kenyamanan. Sekolah yang menjadi makanan sehari-hari mereka mestinya menjadi rumah kedua yang mereka benar-benar anggap. Dengan sendirinya siswa akan suka ke sekolah jika mereka nyaman. Jika mereka butuh akan sekolah. Bukan karena himbauan atau peringatan orangtua. Bukan juga karena kekhawatiran.

Bila melihat dari kacamata kenyataan, memang miris untuk diakui. Hanya sebagian kecil dari anak sekolah yang suka dengan sekolah. Lihat di sekeliling kita, atau lihat diri kita sendiri sewaktu masih sekolah. Hampir semuanya sangat senang libur, dan langsung murung ketika waktu libur hampir usai. Secara tidak langsung mereka menganggap sekolah menjadi tempat yang tidak menyenangkan kan? Kenapa bisa seperti itu? Karena penyajian pendidikan saat ini sangat kaku.

Padahal pabrik dari sumber daya manusia Indonesia adalah pendidikan. Anak sekolah merupakan penerus bangsa yang menjadi penentu Indonesia kelak. Kita punya banyak sekali sumber daya manusia. Namun hanya sedikit yang punya keterampilan dan daya kreatif memadai.

Untuk memajukan Indonesia adalah dengan cara memperbaiki sumber daya manusianya. Dan cara untuk memperbaiki sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan yang paling banyak dijalani masyarakat Indonesia saat ini adalah umur anak sekolah. Nah, maka dari itu titik tumpu perbaikannya adalah generasi muda Indonesia.

Maka muncullah sebuah ide tentang pendidikan di tanah air. Kekakuan sebuah sekolah dan pelajaran yang membosankan akan segera hilang. Sekali lagi ditegaskan, tidak ada masyarakat Indonesia yang bodoh. Tidak ada!

Mereka hanya belum menemukan bakat yang akan mengembangkan dirinya. Bisa jadi bakat mereka sama sekali tidak tepat sasaran dengan pendidikannya saat ini. Contohnya: ada siswa SMA yang berpenampilan apa adanya, tidak rapih, dan acak-acakan. Dia sangat tidak suka belajar. Nilainya anjlok. Jangan langsung dicetuskan anak tersebut bodoh. Lihat sisi dalamnya. Anak itu belum memiliki bidang minatnya ataupun pendidikan sekolah formal sama sekali bukan jiwanya. Misalnya lagi dia suka dengar lagu rock. Dia mengoleksi seluruh CD musik di kamarnya. Bahkan tasnya dipenuhi CD musik. Bukan buku pejaran. Hal tersebut bisa menjadi jawaban, di sanalah bakat anak ini. Dia lebih merasa hidup dengan musik. Dia merasa nyaman dengan musik. Potensi tidak kasat mata ini yang mesti diperkuat pada pendidikan di Indonesia.
Fenomena tersebut melahirkan inovasi pendidikan dengan memakai kurikulum berbasis talent. Mungkin hal ini sama saja dengan ekstrakulikuler. Tapi sebenarnya berbeda. Ekstrakulikuler hanyalah sebagai pelajaran tambahan di luar jam sekolah dan pelajaran formal tetap menjadi makanan sehari-hari.

Seluruh anak Indonesia pasti memiliki minat pada bidang tertentu. Seperti musik, tari, bernyanyi, melukis, menulis, olahraga, memasak, dan masih banyak potensi lain. Alangkah menyenangkannya sekolah jika setiap hari ada mata pelajaran yang sesuai dengan hobi mereka. Sekolah pasti akan terasa sangat nyaman dan kesan kaku terkikis. Pelajaran utama tetap harus ada, sebab pelaran utama tersebut akan mengantarkan anak memiliki pengetahuan yang makin memajukan dirinya.

Kurikulum berbasis talent ini sebaiknya digunakan pada umur SMA. Sebab di umur seperti itu anak sudah bisa menemukan apa minat di dalam diri mereka. Sekolah juga harus menunjang kurikulum ini. Seperti mengadakan pengelompokan minat dengan cara melihat keseharian ataupun ditanyai secara langsung. Zaman sekarang banyak anak-anak Indonesia yang go international karena talent mereka.

Karena bakat yang berawal dari hobi. Setelah lulus dari SMA, hobi mereka bisa diperdalam dan mungkin akan menjadi profesi. Salah satu surga dunia bekerja sesuai hobi. Menjalani bakat dan menghasilkan sesuatu. Karunia yang sangat indah.

Alangkah menakjubkannya jika Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki banyak keterampilan. Sumber daya manusia akan tercipta maksimal dengan talent masing-masing. Pengembangan talent yang sudah dimulai saat umur SMA dan menjadi bekal senjata mereka menghadapi dunia.

No comments:

Post a Comment