Friday, 6 June 2014

Lifestyle - Desainer Jazirah Arab Getol Cari Nama di Tingkat Dunia

Desainer Timur Tengah mulai berani unjuk gigi. Mereka jagokan karya-karya desain tradisional dan perkawinan gaya barat dan Arab. 'Naik ekor' pun tak masalah...
Negara-negara wilayah Teluk sedang berubah. Kawasan kaya minyak itu mulai bergeliat menebarkan pesona yang berbeda. Menara dan gedung pencakar langit tumbuh menjamur. Gaya hidup orang kaya Arab pun mulai menjadi perhatian media internasional.

Banyak yang memandang Jazirah Arab masih sebagai pasar yang gurih bagi impor barang-barang mewah. Padahal ada satu bidang industri yang bisa dikembangkan secara maksimal, yakni fashion.

Konferensi Arab Luxury World yang digelar di Dubai akhir pekan kemarin mengundang para pakar membahas masa depan industri kreatif tersebut di wilayah Teluk. "Dalam 10 - 20 tahun terakhir, Dubai dan Timur Tengah telah menjadi pasar impor barang-barang mewah," komentar seorang panelis Bong Guerrero, pendiri dan CEO Fashion Forward.
Selama waktu itu, ia menambahkan, desainer Timur Tengah sudah mempersiapkan diri dan sekaranglah waktunya untuk bersinar. 

Lain lagi menurut Ritu Upadhyay, koresponden majalah wanita Wear Daily. Menurutnya, sudah saatnya bagi desainer regional ikut berperan dalam dunia fashion Timur Tengah. Dulu, wanita kaya di wilayah Teluk sudah puas jika telah memiliki tas atau baju merek Zara dan Guess. Kedua merek itu menjadi barang mewah dan langka di Timur Tengah saat itu.

Namun seiring berjalannya waktu, kini mereka sudah bosan dengan merek-merek tersebut. Jadi, sudah saatnya desainer lokal memanfaatkan peluang ini dengan menawarkan sesuatu yang unik.

Desainer Timur Tengah sebenarnya sudah mulai berani unjuk gigi dengan karya-karya desain tradisional dan gabungan gaya Barat dengan Arab. Kendati demikian, konsumen di level internasional lebih senang membeli busana karya desainer asal Lebanon seperti Elie Saab dan Zuhair Murad ketimbang karya desainer regional lainnya.

Beberapa desainer Arab sampai 'naik ekor jubah Elie Saab' untuk mempromosikan karya mereka. Itulah istilah yang digunakan para desainer lokal Arab mengekor kesuksesan Elie Saab.
"Saya percaya ada lebih dari satu Elie Saab dan lebih dari satu Zuhair Murad,' kata Asil Attar, CEO Lead Associates, yang menanggapi pernyataan bahwa Timur Tengah tidak memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam dunia fashion.

Desainer regional seperti Rabia Z dan Issa merupakan contoh desainer yang sedang naik daun di kancah lokal. Tapi label 'Made in Middle East' tetap memiliki kelemahan.
"Tag 'Made in UAE' belum tentu membawa keuntungan dan tidak diperlihatkan seperti merek-merek internasional lainnya," komentar Abdullah Ajmal, pemilik generasi ketiga perusahaan parfum Ajmal Parfum.
Alih-alih sebagai wilayah pengekspor minyak dan kurma, Timur Tengah sedang berubah menjadi oase industri kreatif di level regional. Langkah selanjutnya adalah melebarkan oase itu ke level internasional.

No comments:

Post a Comment