Friday, 30 May 2014

Opinion - Soeharto, Dulu Dicerca Sekarang Dipuja




Diawali hasil survey Indobarometer yang menunjukkan Soeharto presiden
terbaik di Indonesia. Kemudian muncul peluncuran buku Pak harto, The Untold
Stories. Soeharto adalah pemimpin besar yang banyak dipuja dan tetapi sebaliknya
banyak dicerca. Tetapi saat ini angin sedang bertiup kencang mendorong sisi baik
dan kehebatan Jenderal Besar Soeharto. Tidak bisa dipungkiri survey
Indobarometer menunjukkan kerinduan akan kepemimpinan Suharto. Fenomena unik
saat ini bukan hanya pendukung Soeharto yang memujanya. Tetapi beberapa tokoh
yang dulu sangat keras menentang bahkan disakiti dan dibui, saat ini
terang-terang kagum dan memuji berlebihan tokoh orde baru itu.


Sebut saja Fahmi Idris, Sukardi Rinakit, AM Fatwa dan tokoh lainnya saat
jaman orde baru adalah penentang paling keras. Tetapi terakhir ini mereka
berubah drastis. Dulunya termasuk aktifis penentang paling keras tetapi saat ini
tidak ada dendam sedikitpun, bahkan cenderung merke mengagumi pola kepemimpinan
Soeharto.
Fahmi Idris tak pernah jadi menteri beliau, tetapi sempat dipenjara 1 tahun
tiga bulan dalam peristiwa Malari. Sukardi Rinakit, pengamat politik yang tajam
dan keras ternyata dulu penentang keras Soeharto terang-terangan memujinya.
Soeharto adalah seorang yang berpikiran sederhana, tetapi praktis, fokus dan
berhasil. Tampaknya Sukardi berubah memuji Soeharto saat melakukan disertasi
penel;itian tentang pemerintahan Soeharto.

AM Fatwapun pernah menjadi lawan politik Soeharto. Berbagai teror fisik dan
mental pernah diterimanya, hingga berdarah-darah dan gegar otak. AM Fatwa juga
pernah coba dibunuh oleh seorang intel Kopkamtib. Oleh pemerintahan Orde Baru AM
Fatwa juga pernah diganjar hukuman penjara 18 tahun. “Saya tidak pernah menaruh
dendam pribadi baik kepada petugas intelijen di lapangan maupun pimpinannya,
termasuk Pak Harto,” ujar Fatwa.

Jenderal Besar Soeharto menggantikan pemerintahan Orde Lama Soekarno, dan
resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun
1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya
berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul
terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan
mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai
presiden.


Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa
kekuasaan Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan
ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan warganegara
Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dituduh sebagai rezim
paling korupsi sepanjang masa dengan jumlah $AS 15 miliar sampai $AS 35 miliar.
Tuduhan itu akhirnya sampi sekarang masih belum bisa dibuktikan karena sampai
meninggalnya belum sempat di meja hijaukan. Usaha untuk mengadili Soeharto gagal
karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia
meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari
2008.


Penilaian Situasional dan Pikiran Negatif
Berdasarkan hasil survei Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada 1999-2010,
masyarakat menilai bahwa individu yang paling bertanggung jawab atas kasus
krisis ekonomi 1998 adalah mantan Presiden Soeharto. Setelah setahun Orde Baru
tumbang, rakyat bersuara sangat negatif terhadap politik di bawah Soeharto,
rakyat tidak memimpikan kembali cara-cara politik zaman Soeharto,” ujar Direktur
Eksekutif LSI Dodi Ambardi saat memaparkan hasil survei dengan tajuk “Warisan
Politik Soeharto” saat itu.


Pada tahun 2011, pendapat masyarakat menjadi drastis berubah. Soeharto adalah
Presiden yang paling banyak disukai masyarakat Indonesia. Soeharto juga Presiden
yang dianggap paling berhasil. Demikian survei yang dilakukan Indo Barometer,
sebuah lembaga survei nasional. Direktur Indobarometer, M Qodari, merilis hasil
survei tersebut di Jakarta, Minggu (15/5/2011). Survei ini merupakan salah satu
bagian dari hasil survei tingkat nasional bertajuk “Evaluasi 13 Tahun Reformasi
dan 18 Bulan Pemerintahan SBY-Boediono”, yang dilaksanakan pada 25 April-4 Mei
2011.Dari survei yang melibatkan 1.200 orang, sebanyak 36,5 persen responden
memilih almarhum mantan Presiden Soeharto sebagai presiden yang paling disukai.
Selanjutnya, 20,9 persen memilih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 9,8 persen
memilih almarhum mantan Presiden Soekarno, 9,2 persen memilih mantan Presiden
Megawati Soekarnoputri, 4,4 persen memilih B.J. Habibie, 4,3 persen memilih
almarhum mantan Presiden Abdurrahman Wahid. Survey itu juga menunjukkan bahwa
mantan Presiden Soeharto dipersepsikan sebagai presiden paling berhasil.
Sebanyak 40,5 persen responden mempersepsikan Soeharto sebagai pemimpin yang
paling berhasil.


Saat jaman pemerintah orde baru yang dianggap aman, harga stabil, tidak
banyak anarkisme dan keributan politik menjadi dambaaan banyak orang. Ketika
jaman tersebut dirindukan maka sebagian besar orang langsung berubah penilaian
terhadap Soeharto.


Fenomena ini menunjukkan bahwa secara psikologis penilaian seseorang atau
masyarakat hanya melihat satu sisi dan satu kondisi. Penilaian orang sering juga
hanya didominasi sisi negatif,. Sehingga kadang citra negatif seseorang
mendominasi sisi positif dan kebaikannya. Penilaian tersebut akhirnya menjadi
tidak abadi ketika situasi dan kondisi berubah.


Hal itu sampai saat ini juga dilakukan oleh sebagian besar media masa. Sangat
jarang sekali media masa menyoroti sisi positif sebuah pemerintahan atau seorang
pejabat presiden. Terdapat terdapat kecenderungan stasiun televisi tertentu
secara berlebihan dan berulang selalu menampilkan secara vulgar dan berlebihan
tentang sisi buruk pemerintah. Bahkan bisa dikatakan sangat jarang sekali
stasiun televisi tersebut memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap upaya
yang dilakukan pemerintah yang ada. Setiap kali yang muncul adalah kecurigaan,
pandangan negatif dan sisi buruk seorang pejabat. Setiap pemerintah SBY
mengungkapkan prestasi untuk memotivasi semangat membangu rakyatnya langsung
dituduh sebagai tebar pesona dan suatu kebohongan. Yang lebih memiriskan lagi
hal ini dilakukan oleh sekelompok tokoh lintas agama yang nota bene seharusnya
lebih bejaksana dalam menyikapi sesuatu. Hal inilah yang selalu menimbulkan
konotasi bahwa setiap apa yang dilakukan SBY selalu salah dan tidak ada yang
benar.


Bila hal ini terus terjadi maka bangsa ini hanya terjerat oleh perilaku
saling menyalahkan dan saling menghujat demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Bila perilaku ini dipupuk terus akan menjadikan seseorang menjadi megalomania
dan merasa paling benar. Sehingga langkah untuk membangun dan spirit untuk
memajukan bangsa ini terkubur oleh selalu menyalahkan dan mengorbarkan berita
buruk seorang pejabat presiden.


Dengan adanya fenomena “Soeharto dulu dicerca dan sekarang dipuja” itu
sebaiknya dijadikan pengalaman bagi semua anak bangsa ini. Bila fenomena itu
maka mungkin saja sebagian orang yang sering mengutuk dan melawan SBY di barisan
paling depan mungkin lima tahun lagi menjadi paling depan akan memuji bahwa SBY
adalah yang terbaik dan paling demokratis. Janganlah kepentingan pribadi dan
kelompok digunakan dengan cara tidak fair dan bijaksana yang akan mematikan
semangat bangsa ini untuk maju dan sipirit membangun. Sebaiknya bangsa ini harus
berkaca kepada pepatah Cina yang mengatakan “Lebih baik menyalakan lilin
daripada terus menerus mengutuk kegelapan”.

No comments:

Post a Comment