Sejarah
 telah mencatat, bahwa pada tahun 1961 terutama tanggal 12 April terjadi
 peristiwa yang menandai semakin mesranya hubungan Uni Soviet dengan 
Indonesia. Peristiwa ini ditandai dengan kunjungan Presiden Soekarno 
untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-60 bersama dengan teman-teman 
Soviet-nya.

Kunjungan Bung Karno ke Rusia 1961, berada dalam sebuah paviliun pada pameran ruang angkasa di Moskow.
Kunjungan ini merupakan acara yang 
sifatnya simbolis, baik Indonesia dan Uni Soviet saling berharap tentang
 masa depan hubungan yang lebih baik. Beberapa ahli kemudian 
mengeluarkan pandangan mereka tentang hubungan Indonesia dengan Uni 
Soviet. Pemerintah Uni Soviet saat itu memiliki harapan bahwa Indonesia 
dapat menjadi sekutu, baik secara militer maupun Ideologis.
Pada saat itu suasana di berbagai 
belahan dunia sedang terjadi ketegangan karena perebutan ideologi antara
 blok barat dan timur dan revolusi sosialis tengah terjadi di beberapa 
negara yang pengaruh dan dampaknya sangat luas. Wajar jika kemudian 
kedekatan Soekarno ini menimbulkan banyak spekulasi terutama di negara 
Barat.
Namun pemerintah Uni Soviet sangat 
memahami bahwa mereka tidak dapat memaksakan kehendak dalam hal ideologi
 negara atau mengklaim posisi dominan terhadap Indonesia. Baik Indonesia
 ataupun Uni Soviet saling menyadari bahwa mereka dapat berfokus untuk 
menjalin kerja sama yang saling menguntungkan.
Meskipun hubungan Soekarno dan Uni 
Soviet masih dapat menjadi hal yang diperdebatkan, namun dalam artikel 
ini kita ingin menggambarkan bagaimana pemerintah Soviet sangat 
menghormati kharisma dan kepribadian Soekarno. Beberapa bulan setelah 
Kosmonaut Soviet Yuri Gagarin menyelesaikan misi luar angkasa dan 
menjadi manusia pertama yang berhasil berada di ruang angkasa, seorang 
pahlawan Uni Soviet yang sangat dikagumi saat itu pun turut menghadiri 
acara perayaan ulang tahun Soekarno. Maka kemudian mereka saling bertemu
 dan mendokumentasikan peristiwa bersejarah ini dalam sebuah sesi foto.
Dari peristiwa ini dapat dilihat 
bagaimana Presiden Soekarno sangat dihormati oleh pemerintah Uni Soviet.
 Dalam acara tersebut Yuri Gagarin menerima medali kehormatan dari 
tangan Presiden Soekarno sendiri, yaitu Order of the Star, 2nd Class 
(Bintang Adipradana), sebuah penghormatan yang kemudian juga pernah 
diberikan kepada seorang pemimpin negara Soviet, Leonid Brezhnev.

Soekarno dengan Yuri Gagarin, Nikita Khruchev dan Leonid Brezhnev di Kremlin (Moscow, Juni 1961)
Peristiwa ini hanyalah sebuah awal, 
kata-kata “Sputnik” dan “Gagarin” segera menjadi semboyan dari hubungan 
kedekatan Indonesia dan Uni Soviet yang dikenal tidak hanya di 
Indonesia, namun ke seluruh dunia.
Lebih jauh lagi, hubungan kedekatan 
antara Uni Soviet mulai tampak pada kunjungan Kosmonaut Uni Soviet ke-2 
Gherman Titov ke Indonesia pada bulan September 1962. Sejauh ini hanya 
ada 2 kosmonaut Uni Soviet yang sangat dihormati, yakni Yuri Gagarin dan
 Gherman Titov. Kunjungan kali ini atas undangan pribadi Presiden 
Soekarno.

Poster Misi Luar Angkasa Uni Soviet di Indonesia

Istri dari Mayor Jendral Ahmad Yani 
berfoto bersama dengan Kosmonaut Soviet (dari kiri ke kanan) Gherman 
Titov, Andrian Nikolaev, Pavel Popovich dan Yuri Gagarin.

Presiden Soekarno dalam sebuah acara
 di Kremlin Moscow pada tahun 1964. Dari kiri ke kanan: U.S.S.R. 
Kosmonaut Yuri Gagarin, Chairman of the U.S.S.R. Supreme Soviet Anastas 
Mikoyan dan U.S.S.R. Kosmonaut Valentina Tereshkova.
Tahun berikutnya, pada bulan Januari 
1963, kosmonaut ke-3 Uni Soviet Andrian Nikolaev juga berkunjung ke 
Indonesia. Bersama dengan istrinya Valentina Tereshkova (wanita pertama 
Uni Soviet yang pernah melakukan perjalanan ke luar angkasa pada bulan 
Juni 1963) dan rekannya Valery Bykovsky (yang juga mencatat prestasi 
perjalanan luar angkasa) berkunjung ke Indonesia.
Saat itu adalah masa dimana Uni Soviet 
memiliki hubungan aktif dengan Indonesia dengan berbagai bantuannya 
(termasuk militer). Uni Soviet dikenal aktif memberikan bantuan, 
terutama setelah peristiwa penyerahan Irian Barat ke Indonesia dan 
periode moderinisasi peralatan militer skala besar Tentara Nasional 
Indonesia. Saat itu juga Indonesia memiliki pesawat jet tempur 
supersonic MIG-21 untuk pertama kalinya.

Samudera Hindia, 1962. “Ordzhonikidze” kapal jenis light cruiser yang kemudian dinamakan “Irian”.
Hal ini merupakan sebuah langkah besar 
yang mewakili perubahan kultur di lingkungan TNI AU dan AL ketika 
diperlukan modernisasi dan kemampuan militer untuk menguasai peralatan 
yang lebih canggih. TNI pada saat itu mendapatkan pujian berkat 
kecakapan dan kemampuannya untuk menghadapi tuntutan perubahan yang 
cukup drastis dan cepat.
Pertemuan dengan orang-orang Uni Soviet 
ini Indonesia diselenggarakan pada tingkat yang berbeda, yaitu tamu 
pribadi Presiden Soekarno yang diterima di istana Bogor dan mereka yang 
diterima pada resepsi akbar di Stadion Senayan. Soekarno memperkenalkan 
tamunya dan menyampaikan pidato pada pertemuan di Senayan tentang 
persahabatan antara rakyat Indonesia dengan Uni Soviet dan tentang masa 
depan Indonesia.

Para Tamu dari Uni Soviet sedang 
berada di Stadion Utama Senayan yang kemudian dinamakan Gelora Bung 
Karno – Stadion ini dibangun oleh kontraktor dari Uni Soviet dan dibuka 
pertama kalinya pada tahun 1962.
Ini merupakan acara yang luar biasa 
dalam sejarah Indonesia, mengingat betapa banyak orang Indonesia yang 
datang dari berbagai daerah. Soekarno dikenal dengan kecakapannya dalam 
berpidato dan kedekatannya dengan rakyat Indonesia. Ketiga kosmonaut Uni
 Soviet juga berbicara dalam acara tersebut dan diterima dengan penuh 
kekaguman.
Dari sudut pandang Uni Soviet, rakyat 
Indonesia dikenal dengan penuh semangat, terdapat puluhan ribu orang 
Indonesia yang memberikan sambutannya kepada tamu dari Uni Soviet. 
Sebuah perasaan ingin tahu terhadap kosmonaut dan tanda persahabatan 
dengan bangsa Soviet. Selain di Jakarta perayaan ini juga dilakukan di 
kota-kota besar seperti Palembang, Surabaya, Solo dan Bandung. Di 
Bandung seorang penyanyi lokal menyanyikan lagu Rusia yang sangat 
terkenal “Black Eyes” dalam bahasa Sunda untuk memeriahkan suasana.

Foto Nikita Khrushchev, kepala 
negara Uni Soviet saat itu bersama dengan Presiden Soekarno berada di 
depan maket Stadion Senayan, 1960. 
Dalam rangkaian kunjungannya, kosmonaut 
Andrian Nikolaev suatu ketika meminta  supaya dapat berkunjung ke Kebun 
Binatang Surabaya. Ia merupakan penyayang binatang. Dalam sekejap 
permintaannya pun dengan segera dapat diatur dan diwujudkan. Di kota 
Surabaya pun terlihat berbagai spanduk untuk menyambut kosmonaut Uni 
Soviet ini.
Marsekal Omar Dani, komandan Angkatan 
Udara saat itu, juga telah mengatur pertemuan antara pilot pesawat 
tempur Uni Soviet dengan pilot Indonesia. Kemudian mereka mengadakan 
pertemuan yang diadakan di Bali. Seluruh delegasi yang hadir merasakan 
suasana yang hangat dan ramah. Sebuah pertemuan juga diadakan dengan 
melibatkan warga setempat.
Jurnalis dan pengamat politik saat itu 
meyakini bahwa, jika bukan karena perubahan politik pada tahun 1965 
orang Indonesia telah terbang ke ruang angkasa bersama salah satu misi 
ruang angkasa Uni Soviet. Cepat atau lambat akan direalisasikan di 
kemudian hari.
Foto-Foto Soekarno Bersama Nikita Khrushchev dalam Kunjungannya ke Indonesia






Artikel ini saya ambil dari sebuah blog 
Mikhail Tsyganov tentang pandangan Prof Alexey Drugov, seorang akedemisi
 yang tertarik untuk mengumpulkan kembali sejarah hubungan Indonesia dan
 Uni Soviet. Ia menggambarkan bagaimana prestasi Uni Soviet di bidang 
luar angkasa telah mempengaruhi Indonesia.
Sebuah perjalanan yang unik bangsa 
Indonesia, mengingat cerita seperti ini sudah jarang kita ketahui. 
Dengan segala kelemahan dan keterbatasannya, kita dapat melihat 
bagaimana Presiden Soekarno yang sangat cakap dalam bergaul dan menjalin
 hubungan dengan bangsa asing memiliki visi yang luar biasa, membawa 
nama Indonesia dalam kancah Internasional. Selain itu kita juga dapat 
melihat bagaimana kecapakapan Presiden Soekarno untuk menggerakan masa 
menyambut delegasi dari Uni Soviet, semua tampak antusias menyambut 
mereka.
Selain itu melalui artikel ini saya juga
 melihat bagaimana tempat-tempat seperti stadiun Gelora Bung Karno atau 
Kebun Binatang Surabaya pernah menjadi tempat kebanggaan bangsa 
Indonesia. Ini mungkin salah satu kecerdasan Presiden Soekarno dalam 
membangun citra bangsa Indonesia mengingat kondisi Indonesia saat itu 
masih terbilang masih sangat tertinggal dengan bangsa asing lainnya.

No comments:
Post a Comment