Friday, 13 June 2014

Inspiring - Jangan Remehkan Wanita Yang Gemar Memasak

Taruhlah seperti ini situasinya, Anda sedang beruntung mendapatkan pekerjaan kantoran dan sedang berpassion dalam bidang kuliner. Kemudian, Anda memutuskan untuk keluar dari pekerjaan Anda karena Anda ingin mengejar passion dan banyak hal lainnya di luar zona nyaman Anda sekarang ini. Tentu, karena manusia adalah makhluk sosial yang kadang 'bergantung' dengan orang lain, maka Anda akan menanyakan keputusan Anda ini kepada beberapa orang di dekat Anda.
 
Tapi, tidak semua orang sependapat, bahkan mereka secara halus menentang keputusan Anda, seorang wanita untuk terjun lebih dalam ke bidang masak memasak. Akan ada selentingan 'Apa nggak sayang meninggalkan kerjaan kantoran?', 'Kamu yakin dengan keputusanmu?', 'Apa sih untungnya bisnis di bidang kuliner?', atau bahkan yang paling menyakitkan adalah 'Berapa sih keuntungan bisnis masak memasak? Yakin sebesar gaji kerja kantoran?'

Seorang sahabat mencurahkan isi hatinya pada saya dan sedang mengalami kegalauan. Then, there is story I want to tell, agar Anda, para sahabat tidak lagi ragu untuk menemukan passion dan mengejarnya.
***
Adalah seorang wanita biasa, seorang ibu dan pekerja keras. Sebut saja namanya Wanda. Di awal pernikahannya, Wanda tidak perlu khawatir dengan kebutuhan hidupnya, bisa dibilang kehidupannya lebih dari cukup. Tapi, Wanda yang memang berasal dari keluarga sederhana, dalam pernikahannya dia berinisiatif untuk membantu sang suami mencari nafkah. Kemudian dibukalah toko kelontong kecil di depan rumahnya. Katanya, tidak ada yang pernah tahu kapan roda rejeki akan berputar.

Di tahun ke-18 pernikahannya, usaha sang suami mulai merosot. Roda rejeki sedang berusaha berputar. Beruntungnya, Wanda tidak mengeluh, dia malah dengan senang hati membantu sang suami dari toko kelontong sederhananya. Namun, 2 tahun berlalu, usaha sang suami menurun tajam. Wanda dan sang suami kelimpungan menghidupi 3 anaknya. Toko kelontongnya pun makin tidak bisa diandalkan. Barang-barang sudah mulai habis dan tidak bisa diisi ulang karena modal yang menipis.

Putar otak, Wanda ingat, semasa kecil dia pernah membantu ibu dan neneknya membuat banyak sekali jajanan dan kue. Dengan modal seadanya, Wanda pun membuat kue-kue jaman dulu yang sekarang sudah jarang sekali muncul. Dari toko ke toko, Wanda menawarkan jajanan dan kue buatannya. Awalnya dia tak yakin, namun Wanda percaya bahwa rejeki sudah ada yang mengatur.
***
Teman, keluarga dan orang-orang di sekitarnya sempat memberikan dukungan negatif. Tapi Wanda selalu yakin "Kita tidak bisa mencegah orang lain berkata apa. Yang penting, apa yang kita yakini dan lakukan dengan benar". Keteguhan hati Wanda berbuah manis. Orang-orang yang awalnya sangsi dengan keputusan Wanda bekerja dengan mengandalkan kemampuan memasaknya pun mulai bungkam.
Kerja keras tidak pernah berkhianat bukan?
***
Yang ingin saya sampaikan di sini adalah, passion kadang muncul di waktu yang mengejutkan. Anda mungkin tidak bisa menebaknya. Anda yang awalnya menganggap memasak hanyalah sebuah skill sepele, bisa saja menemukan passion Anda di sana. Mengapa Anda ragu untuk mengejarnya ketika Anda yakini ini adalah passion Anda? Yakinkan diri Anda bahwa ini memang yang Anda inginkan. Setiap keinginan selalu ada pengorbanan bukan? Pikirkan secara matang apa saja resikonya dan tantangan yang akan Anda hadapi. Memang, tidaklah mudah, tapi Anda harus yakin terlebih dahulu bahwa Anda bisa.

Kedua, choose your partner. Partner di sini adalah orang-orang yang senantiasa akan mendukung Anda dengan apa saja keputusan yang Anda buat. Mendekatlah kepada mereka yang tidak akan menjudge Anda tanpa tahu situasi sebenarnya. Kemudian, kembali pada diri Anda sendiri, yakinkan diri Anda bahwa orang lain boleh berpendapat, tapi tidak semua orang akan berpendapat sesuai dengan keinginan Anda. Keep your head clear!

Last, keluar dari zona nyaman itu penting. Karena orang bijak bilang, sukses didapatkan di luar zona nyaman. If this is your passion, then do the best and chase! Yang paling akhir dari saya, semangat!

No comments:

Post a Comment