Wednesday, 4 June 2014

Belajar dari Putin, Beruangpun Ditunggangi!

Dengan alasan membantu Kuwait maka diserbulah Irak oleh AS dan sekutunya, tak kurang dari 18 negara, yang akhirnya Irak bertekuk lutut dan menyerah, dan mengembalikan Kuwait seperti semula.

Masih ingat mengapa Irak di serbu 18 negara di bawah komando Amerika Serikat tahun 1991? Sekedar mengingatkan, saat itu Irak di bawah pimpinan Presiden Sadam Husein menganeksasi atau mecaplok Kuwait dan dijadikan Kuwait sebagai provinsi ke 19.

Masih ingat tentang Timor Timur, yang atas dukungan AS dan Asutralia, Indonesia “mengambil alih  Timor Timur setelah ditinggalkan penjajahnya, Portugal, yang “pulang kampung” ke negara asalnya. Maka jadilah Timor Timur  Provinsi ke 27 di jaman Orde Baru. Dan di Era Reformasi Timor Timur dengan adanya referendum, akhirnya menjadi negara sendiri, lepas dari Indonesia! Ada PBB yang “bermain” di sana, dan lepaslah provinsi ke 27 dari Indonesia.

Dan sekarang terjadi krisis di Ukraina, gara-gara pemimpinnya didongkel oleh pihak Oposisi yang menginginkan Ukraina bergabung ke Uni Eropa, sedangkan Presiden Ukraina, Victor Yanukovych, Pro Rusia. Tentu saja Rusia siap membelanya. Maka ketika Presiden Ukraina kabur dari negaranya ke Rusia, amanlah Dia. Awalnya demikian, pemerintah Ukraina Pro Rusia, oposisi Pro Eropa.

Lalu apa hubungannya dengan cerita Irak yang mencaplok Kuwait dan Indonesia yang mengambil alih Timor Timur di atas? Cerita agak mirip, walau tidak sama persis. Kalau Irak mencaplok Kuwait lalu dijadikan Provinsi ke 19,  dan Indonesia “mengambil alih” Timor Timur lalu dijadikan Provinsi ke 27, maka Rusia mengambil alih Crimea setelah adanya referendum yang hampir boleh dibilah 100 % warga Cremia menyatakan bergabung pada Rusia, ketimbang dengan Ukraina. Hal ini tak bisa dipungkiri karena adanya pertalian perasaudaraan yang erat antara rakyat Crimea dengan Rusia, karena lebih banyak keturunan Rusia ketimbang Ukraina di Crimea, juga bahasa yang digunkannya bahasa Rusia, maka wajarlah mereka rela bergabung ke Rusia ketika ada referndum.

Maka jadilah Crimea sebagai republik yang diakui sah oleh pemerintah Rusia di Kremlin, tak ada masalah bagi rakyat Crimia, tapi menjadi masalah bagi Ukraina, negara-negara Eropa serta Amerika Serikat. Apa hubungannya Amerika Serikat campur tangan? Karena Amerika Serikat tergabung dengan NATO, maka berurusan dengan Eropa Barat, khususnya, sama juga berhubungan dengan AS! Dengan peristiwa Cremia ini terjadilah babak baru dalam sejarah kiwari, sejarah saat ini, sekarang ini, saat tulisan ini dibuat!

Jadi kita semua sedang ikut terlibat di dalam sejarah baru, baik langsung maupun tidak langsung,  pada “Perang Dingin Jilid II”, Rusia dan AS. Dua negara Super Power atau negara Adi Daya ini, boleh disebut punya kekuatan seimbang, paling tidak,  sama-sama punya senjata nuklir, yang kalau digunakan sebenarnya sama-sama takut!

Mengapa punya senjata nuklir kok sama-sama takut menggunakannnya? Ya bisa dimaklumi, kalau AS dan Rusia perang menggunakan senjata nuklir tersebut, bukan hanya mereka yang hancur, tapi juga dunia, bisa jadi dunia kiamat! Makanya mereka sama-sama menahan diri, marah,  boleh-boleh saja, tapi senjata nuklirnya jangan ikut bicara!Wah kalau nuklir yang bicara, silahkan bayangkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, tahun 1945! Dan kekuatan nuklir itu ribuan kali bom atom tersebut! Sangat mengerikan membayangkannya, apa lagi kalau terjadi!


Disinilah kekuatan Putin bicara! AS dan sekutunya di NATO mau bilang apa, Rusia tak peduli! Rusia tak akan tunduk pada AS! Ini perlu dicatat! Dan AS dan sekutunya tak berani menyerang Rusia seperti menyerang Irak, Afganistan dan lain-lain! Kalau Putin dibuat marah, AS juga ikut pusing! Sekali lagi Rusia tak akan tunduk pada AS, dan itulah pentingnya ada Putin. 

Karena bila tak demikian AS dan sekutunya akan membuat semua negara, terutama negara-negara berkembang, akan menjadi “mainan” yang empuk bagi AS! Karena seringkali AS menggunakan standar ganda, bila menghadapi negara-negara berkembang, apa lagi negara berkembangnya, mayoritas Islam, dengan alasan demokrasi dan mengejar teroris, sebuah negara bisa dibuat hancur lebur oleh AS dan sekutunya!

Jadi memang perlu ada kesimbangan dalam perpolitikan global, terlepas dari sanksi yang digunakan Eropa dan AS terhadap Rusia, karena kasus Crimea, Rusia tak peduli. Walau Rusia dikeluarkan dari G20, Rusia tak peduli. Itulah Rusia, watak aslinya keluar! Rusia akan baik pada negara-negara yang baik padanya dan segera membantunya, tapi syarat-syarat yang mengikat dan Rusia akan melawan sampai titik darah penghabisan bila dipermalukan!Ingat, ketika Indonesia dibantu Rusia saat Indonesia berhadapan dengan Belanda dalam kasus pengembalian Papua! Banyak bantuan Rusia pada Indonesia, tak perlu banyak”cincong” atau persyaratan seperti yang dilakukan AS bila membantu Indonesia.

Watak dasar orang  Rusia kasar tapi lembut, kaku tapi romantis, galak tapi empatinya besar, begitu seterusnya, maka bila sudah mengenal watak asli orang Rusia, sebenarnya enak untuk diajak gaul, mereka punya kebiasaan memberi yang lebih untuk orang-orang yang dianggapnya baik dan tak segan-segan memberi pertolongan tanpa mengharap bayaran, walaupun terhadap orang yang tak dikenalnya! “Cap” kasar, buruk dan lain sebagainya itu karena media Barat! Dan itu terjadi bukan hanya saat “perang dingin” sesudah Perang Dunia ke II, dimana Rusia( saat itu Uni Soviet) dan AS sama-sama mencari pengaruh idiologi mereka, antara idiologi komunis dan liberal!

Nah di era “perang dingin” ke dua, kalau boleh disebut demikian, ini tak lepas dari pengaruh yang begitu kuat dari Putin, “Sang Presiden Penaik Beruang!” Bisa anda bayangkan, kalau Beruang saja dinaiki, ini bukan lagi perkara biasa, tapi luar biasa! Mana ada Presiden yang berfoto dengan naik beruang? Atao foto naik Beruang. Silahlan tunjukan pada Saya, bila ada Presiden di seluruh dunia yang tunggangannya Beruang! Jangan lupa Beruang itu binatang buas, dan bisa makan manusia!

Apa yang mau digambarkan tentang Putin naik Beruang? Jelas, Beruang saja dapat ditaklukan, binatang buas saja ditunggangi, apa lagi masalah sepele, masalah kecil. Jangan lupa lagi Rusia adalah negara terluas di dunia, ini saja sudah membuat kebanggan tersendiri bagi Rusia. Dan negara pertama juga yang terbang ke angkasa, kosmonost Yuri Gagaryn!

Jadi banyak kebanggan Rusia yang mereka miliki, makanya nasionalisme mereka tinggi sekali dan itu mereka tunjukan di bahasa, mereka tak mau menggunakan bahasa negara lain saat bepidato resmi! Putin tak akan pernah menggunakan bahas Inggris atau Perancis saat berpidato resmi, apa lagi kalau pidatonya di luar negeri, Putin akan menunjukan,  ini bahasa saya, Rusia! Bukan yang lain.
Jadi terlepas dengan sanksi-sanksi yang diberikan AS dan sekutunya pada Rusia, Rusia tetap tegar dan tak akan tunduk pada mereka! Ini jiwa sejati pecinta negeri, yang tak mudah tunduk pada tekanan negara lain. Jiwa nasionalis yang tinggi berani berkata: Ini Aku, Kau mau apa?” 

Bukan untuk kesombongan, tapi menunjukan pada negara lain, agar tak mudah mengancam atau menakut-nakuti negara lain. Kekuasaan bukan untuk mengkerdilkan negara lain yang memang masih belum maju, kekuasaan bukan untuk membuat negara berkembang menjadi terhambat kemajuannnya, tapi kekuasaan semestinya dilakuakn untuk membantu dan memberi, bukan mengintimidasi! 


Bukan untuk mengaduk domba AS dan Rusia, tapi keseimbangan politik global, seperti yang sudah Saya tuliskan di atas, memang perlu, agar AS tak merasa sombong dan arogan, karena merasa menjadi polisi dunia! Lalu siapa yang berani melawan AS dan sekutunya? jawaban lima hurup saja, Rusia atau Putin!

Bagaimana dengan Indonesia, beranikah Presiden mendatang berkata “tidak” pada AS dan sekutunya? Nah kebetulan menjelang Pemilu 2014, kita bisa belajar mencari pemimpin yang berani dan tak pernah tunduk atas tekanan negara lain! Inilah kesempatan kita semua mencari pemimpin yang berani “naik Beruang!” Yang berani menaklukan rasa takut pada negara manapun, yang berani berkata “tidak” bagi tekanan apapun, dari negara manapun!

No comments:

Post a Comment