Fenomena
pergundikan di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Hal itu muncul karena kebanyakan laki-laki
eropa yang datang ke Indonesia pada waktu itu tidak membawa serta istrinya. Pergundikan
mulai surut pada saat Jepang masuk ke Indonesia. Namun fenomena pergundikan
tidak lantas hilang begitu saja, pada masa sekarang masih banyak ditemui
praktek pergundikan di Indonesia seperti adanya kumpul kebo, kawin kontrak,
istri simpanan, Ayam Kampus dan praktek prostitusi lainnya.
Paktek prostitusi pada masa kini
memiliki bentuk yang beragam, bukan hanya prostitusi terbuka seperti Gang Dolly
atau Pasar Kembang, namun banyak juga yang beroperasi di salon-salon atau bahkan mangkal di pinggir jalan. Namun fenomena yang sekarang muncul adalah
menjadi panggilan Om-om, praktek seperti ini biasanya dilakukan oleh para ABG
termasuk juga mahasiswi yang lebih dikenal sebagai “Ayam Kampus”. Ironisnya
penghasilan yang didapatkan ABG yang menjadi peliharaan OM-om sangat besar, hal
ini menjadi salah satu alasan mengapa praktek ini terus ada bahkan makin
berkembang.
Fenomena semacam
ini mengingatkan kita pada fenomena prostitusi pada masa kolonial Belanda dulu,
pergudikan menjadi salah satu prostitusi yang berkembang pada masa kolonial.
Seorang Belanda biasa memelihara wanita sebagai alat untuk menyalurkan hasrat
biologisnya, meskipun sangwanita ditempatkan serumah dengan si tuan namun tetap
saja sang wanita tidak di nikahi. Pada masa kolonial kedudukan gundik dalam bidang ekonomi memiliki derajat
yag lebih tinggi dibandingkan dengan wanita pribumi lainnya, namun dari segi psikologis
dan moralitas mereka hanya dianggap sebagai wanita rendahan oleh masyarakat
lainnya. Hal itu juga tidak jauh beda dengan masa sekarang, mereka yang
berprofesi sebagi pekerja seksual juga akan dipandang sebelah mata oleh
masyarakat di lingkungannya.
No comments:
Post a Comment