Tuesday, 9 December 2014

Opinion - “Perang Minyak” Saudi Terhadap Rusia dan Iran

Jurnalis senior Timur Tengah Abdul Bari Atwan menilai Arab Saudi telah mengobarkan perang minyak terhadap Iran dan Rusia, sementara senjata yang sama tidak digunakan Riyadh untuk membela Palestina.
 
Dalam editorialnya pada situs berita Rai al-Youm, Atwan memastikan bahwa Riyadh sedang melakukan petualangan politik menjatuhkan harga minyak dengan cara melambungkan volume produksinya.

Menteri Perminyakan Saudi Ali bin Ibrahim Al-Naimi dalam sidang OPEC belum lama ini beralasan bahwa tujuannya menurunkan harga minyak adalah menekan produksi minyak non-konvensional Amerika Serikat (AS), padahal negara-negara yang paling tertekan akibat jatuhnya harga minyak justru Rusia, Iran, Irak, al-Jazair dan Venezuela.

Menurut Atwan, Saudi memang sudah bersekongkol dengan AS untuk memurukkan Rusia karena campurtangan di Ukraina dan menekan Iran karena melindungi pemerintah Suriah dan tak bersedia mengubah pendiriannya dalam isu nuklir.

“Ketika harga minyak terpuruk menjadi kurang dari $70 perbarel setelah beberapa bulan sebelumnya mencapai $120, yakni turun sekitar 40%, maka negara-negara seperti Iran dan Rusia yang lebih dari 50% pendapatannya berasal dari ekspor minyak praktis akan menghadapi situasi ekonomi yang sangat sulit dalam beberapa bulan mendatang,” tulis Atwan sembari menyebutkan bahwa senjata minyak juga pernah digunakan Riyadh untuk menghantam Uni Soviet pada tahun 1988 dan rezim Saddam Hossein di Irak yang kemudian menjurus pada peristiwa invasi Irak terhadap Kuwait.

Atwan mengingatkan bahwa tindakan Riyadh terhadap Teheran dan Moskow akan mengundang resiko bagi Saudi, karena Rusia sekarang sedang bangkit dan jauh berbeda dengan Uni Soviet pada dekade 1980-an yang sudah berada di ambang kehancuran dan tak dapat dikendalikan oleh sosok lemah seperti Mikhail Gorbachev sebelum kemudian Boris Yeltsin.

Tidak ditemuinya Menteri Luar Negeri Arab Saudi Saud al-Faisal oleh Presiden Rusia Valimir Putin, menurut Atwan, adalah pertanda ketegangan hubungan Riyadh-Moskow yang bisa jadi telah memasuki babak yang berbahaya.

“Tak seorangpun tahu bagaimana balasan Iran dan Rusia atas agenda Saudi ini, dan hanya bisa menunggu waktu untuk melihat apakah perkembangan situasi akan menguntungkan,” paparnya.

Kubu Saudi memang tidak menemukan cara lain dalam menghadapi Iran dan mempertahankan kepentingannya. Tapi, menurut Atwan, walaupun hal ini hingga batas tertentu benar, tetapi Arab Saudi bukanlah negara yang dapat bertahan di depan reaksi di dalam dan luar negeri serta balasan Iran dan Rusia yang mungkin akan terjadi.

Di bagian akhir Atwan yang berdarah Palestina ini berangan-angan alangkah baiknya seandainya senjata yang sama digunakan Saudi s untuk membela hak bangsa Palestina dan mempertahankan kota Baitul Maqdis.

“Kami dan banyak orang lain berharap Saudi dapat menggunakan minyak sebagai senjata anti AS, bukan malah untuk berpihak kepada AS, demi mengembalikan hak-hak kami di Palestina dan Baitul Maqdis. Yakni senjata yang selalu kami teriakkan sampai suara kami serak demi ini dan tampaknya tak seorang sudi mendengarkan teriakan kami ini. Namun kami tetap akan berteriak walaupun tenggorakan kami akan meledak, sebab kami tidak memiliki cara selain ini,” pungkas Atwan

No comments:

Post a Comment