Tuesday, 9 December 2014

Mengapa Mereka Tidak Bisa Dipercaya Soal ISIS

Oleh : WILLIAM BLUM >>> William Blum adalah penulis buku ‘Demokrasi; Ekspor AS yang Paling Mematikan’. 


Anda tidak bisa mempercayai satu katapun apa yang diucapkan AS atau media mainstream-nya tentang konflik saat ini, yang melibatkan Islamic State (ISIS).
Anda tidak bisa mempercayai satu katapun apa yang diucapkan Perancis atau Inggris.
Anda tidak bisa mempercayai satu katapun apa yang diucapkan Turki, Saudi Arabia, Qatar, Kuwait, Jordan, atau Uni Emirat Arab tentang ISIS. Bisakah Anda memastikan, mereka berdiri di sisi mana konflik ini, ketika faktanya hanya ada satu ‘sisi’? Bukankah mereka yang sebenarnya mendanai, mempersenjatai dan melatih para militan ISIS? Mengapa mereka mengizinkan anak-anak muda mereka untuk bergabung dengan kelompok ekstrim Islam itu? Mengapa Turki, negara anggota NATO, mengizinkan sedemikian banyak militan ISIS melintasi wilayahnya untuk masuk ke Suriah? Apakah Turki lebih serius ingin membasmi ISIS, atau sebenarnya ingin membantai kaum Kurdi yang saat ini dikepung oleh ISIS? Apakah negara-negara ini, atau kekuatan Barat, sebenarnya ingin menumpas ISIS atau menggulingkan pemerintah Suriah, Bashar al-Assad?

Anda tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan oleh ‘pemberontak moderat’ Suriah. Bahkan Anda tidak bisa percaya bahwa mereka itu moderat. Merekalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu, dan semua orang (Barat dan Arab) pun terlibat dengan mereka.
Iran, Hizbullah dan Suriah telah berjuang melawan ISIS selama bertahun-tahun, tetapi AS menolak untuk bergabung dalam perjuangan ini. AS juga tidak memberikan sanksi kepada negara-negara yang mendukung ISIS, sebagaimana AS sedemikian cepat menghukum Rusia atas tuduhan terlibat konflik Ukraina.

Pondasi dari horor politik dan agama yang melanda Timur Tengah hari ini dibangun dengan mendalam oleh AS selama 35 tahun terakhir ini, dimulai sejak 1979 ketika menggulingkan pemerintahan sekuler di Afghanistan, berlanjut di Irak, Libya, dan Suriah. (Jangan lupakan kekacauan parah yang dilakukan AS melalui pengeboman tanpa henti di Pakistan, Somalia, dan Yaman.) Anda tidak bisa menghancurkan sebuah masyarakat yang relatif maju dan terdidik, membiarkan terjadinya perpecahan sosial, politik, ekonomi, penyiksaan dan pembunuhan jutaan orang, lalu berharap peradaban di masyarakat itu tetap hidup.

Hal krusial dari pondasi yang dibangun AS adalah keputusan AS untuk memecat 400.000 warga Irak yang pernah menjalani pelatihan militer, termasuk tentara resmi Irak, sehingga mereka menjadi penganggur. Ini adalah formula untuk menciptakan kekacauan. Dalam kondisi terhina dan terdesak, sebagian dari mereka akan bergabung dengan berbagai kelompok milisi untuk melawan penjajahan AS. Bisa dikatakan, mayoritas kendaraan militer, senjata, amunisi, dan bahan peledak yang mencabut nyawa setiap menit di Timur Tengah berstempel “Made in USA”.

Dan semua kuda Washington, semua orang-orang Washington tidak bisa mengembalikan situasi dunia seperti semula lagi. Dunia saat ini menyaksikan bahwa negara-negara itu telah hancur menjadi ‘negara gagal’.

Sementara ini, AS mengebom Suriah setiap hari, berpura-pura sedang berperang dengan ISIS. Namun di saat yang sama, serangan AS merusak kapasitas minyak Suriah (yang menyediakan 1/3 bujet pemerintah), kapabilitas militer pemerintah, infrastruktur, bahkan lumbung pangan, merenggut nyawa warga sipil dalam jumlah tak terhitung, menghancurkan situs-situs kuno; semua membuat upaya pemulihan Suriah menjadi hampir mustahil. Washington tidak diragukan lagi, sedang menghancurkan Suriah, dengan kedok memerangi ISIS.

Setelah melihat beberapa video aksi ISIS di internet, yang penuh dengan berbagai adegan menjijikkan, terutama terhadap kaum wanita, pemikiran saya adalah: berikan kepada mereka (ISIS) negara untuk mereka sendiri. Siapapun yang ingin meninggalkan negara itu, akan ditolong untuk keluar. Siapa saja yang ingin datang, dibiarkan datang, namun mereka tidak boleh keluar lagi tanpa melalui seleksi ketat, untuk mengetahui apakah mereka sudah kembali ‘menjadi manusia’. Bagaimanapun juga, karena dipastikan hanya sedikit perempuan yang mau tinggal di negara ISIS, negara itu tidak akan bertahan lama.

No comments:

Post a Comment