Tokoh reformasi yang juga ketua Partai Amanat
Nasional (PAN) , Amien Rais kini justru mendukung pemilihan kepala
daerah tidak langsung atau lewat DPRD dan hal ini banyak menuai kecaman
dari para aktivis 1998 yang mengatakan Amien Rais sebagai “pengkhianat”
reformasi. Mungkin masih lekat di ingatan julukan Bapak reformasi yang
diberikan kepada Amien Rais pada tahun 1998 yang terbelakangi karena
sikapnya yang berani menentang pemerintahan pada zaman itu. Amien Rais
mendapat julukan sebagai Bapak reformasi karena dianggap memperjuangkan
hak rakyat dalam pemilihan kepala daerah dan juga presiden secara
langsung. Namun sikap reformis ketua majelis pertimbangan Partai Amanat
Nasional ini, kini seolah lenyap, dan justru berbalik arah mendukung
pilkada melalui DPRD.
Amien Rais bahkan mengaku menyesal pasca reformasi
sempat mendukung pilkada langsung. Keputusan Amien Rais yang mendukung
pengesahan Undang-undang Pilkada ini mengundang kecaman dari aktivis
1998 dan juga tokoh pendiri PAN yang menyebut Amien Rais sebagai
pengkhianat reformasi.
“Beliau sudah lupa dengan semangat reformasi karena
reformasi itu pada dasarnya bagaimana mengembalikan hak-hak rakyat yang
dirampas oleh kekuasaan selama 32 tahun. Justru sekarang disaat rakyat
baru belajar berpolitik, disaat rakyat baru menyadari politik, disaat
rakyat mulai mengerti siapa politisi yang baik dan politisi yang buruk,
malah haknya justru dicabut. Jadi ini ironis.” - salah satu aktivis 1998
“Seorang yang dulunya disebut sebagai Bapak
reformasi yang dihormati, sekarang bersikap demikian. Karena ini
merupakan suatu kemunduran dan kami juga sebagai salah satu pendiri
Partai Amanat Nasional (PAN) begitu juga beberapa anggota mempertanyakan
kepada saya bagaimana PAN bisa melibatkan diri dengan kelompok-kelompok
yang akan membawa kita kembali kepada sistem orde baru” – Abdilla Toha
(salah satu pendiri PAN).
Dengan perubahan sikap Amien Rais ini, julukan
Bapak reformasi yang melekat padanya menjadi terdelegeminasi. Perubahan
sikap mantan ketua MPR ini seolah berbarengan setelah berada di barisan
pendukung Koalisi Merah Putih.
Dari kejadian ini saya berpendapat, setiap warga
negara memiliki hak nya masing-masing untuk memilih. Dan kita tidak
pernah tahu apa alasan dibalik pilihan orang tersebut, apalagi di ranah
politik yang kotor ini. Dan juga didalam politik tidak pernah ada
pernyataan, melainkan sebuah tindakan.
No comments:
Post a Comment