Thursday, 2 October 2014

News - Rusia, Iran & China kampanyekan aksi “de-dolarisasi”

MOSKOW – Pemerintah Rusia benar-benar bernafsu ingin membalas sanksi Amerika Serikat (AS) dengan aksi serupa yang menyakitkan.
 
Dengan menggandeng Iran dan China, Moskow sudah sepakat untuk melakukan gerakan “de dolarisasi” (penolakan mata uang dolar AS) dalam setiap transaksi perdagangan di tiga negara itu.

pemerintah di Kremlin melalui Kementerian Keuangan Rusia sudah memberikan lampu hijau atas aksi radikal yang meningkatkan peran mata uang Rubel dalam segala transaksi perdagangan internasional.

Kremlin menyebut, sektor perbankan Rusia sangat siap untuk menangani peningkatan jumlah transaksi Rubel untuk menggantikan peran dolar AS.

Mosko sudah pula mengadakan pertemuan khusus untuk mencari solusi menyingkirkan dolar AS dalam pelaksanaan ekspor Rusia. Sejumlah pakar papan atas dari sektor energi, perbankan, dan lembaga pemerintah dipanggil dan sejumlah langkah diusulkan sebagai respons atas sanksi AS kepada Rusia.

Pertemuan “de-dolarisasi” itu dipimpin Deputi Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia Igor Shuvalov, yang membuktikan bahwa Moskow sangat serius melawan sanksi AS.
Wakil Menteri Keuangan Alexey Moiseev mengatakan, dalam waktu dekat jumlah kontrak dalam nilai Rubel akan meningkat pesat.

“Kami tegaskan bahwa tak satupun pakar ekonomi dan perwakilan bank yang memiliki masalah dengan rencana untuk meningkatkan porsi pembayaran Rubel, kami percaya ini akan berhasil dengan gemilang,” tegas Moiseev.

Kampanye Moskow ini juga berhasil mengajak dua negara yang selama ini kontra dengan AS, yakni Iran dan China. Kedua negara itu sangat setuju dengan ide Rusia dan siap membantu Rusia menjalankan aksi radikal itu.

Bahkan, Iran sejak beberapa bulan lalu sudah mulai mengurangi ketergantungan transaksi dagang dan devisanya atas dolar AS dan berhasil.

No comments:

Post a Comment