Friday, 19 September 2014

Islam - Memaknai Kembali Khotbah Historis Sayyidah Zainab

Oleh: Emi Nur Hayati Ma'sum Sa'id

Sejak awal penciptaannya, wanita merupakan  bagian dari kehidupan seorang pria. Nabi Adam as tidak diciptakan sendirian, tapi di sampingnya ada seorang wanita bernama Hawa. Wanita memiliki peran penting dalam setiap kehidupan pria. Mulai dari Hawa yang menjadi pendamping Nabi Adam as sampai Sarah istri Nabi Ibrahim, Maryam ibunya Nabi Isa dan Barkhanah Ibu Nabi Musa, Sayyidah Khadijah istri Nabi Muhammad saw, Sayyidah Fathimah istri Imam Ali as sampai Sayyidah Zainab yang mendampingi saudaranya Imam Husein as dalam kebangkitan Asyura.


Peran Sayyidah Zainab as
Peran wanita dalam gerakan Tauhid dan Islam sama sekali tidak bisa dipungkiri. Puncaknya adalah gerakan dan kebangkitan Asyura yang dipimpin oleh Imam Husein as. Dalam kebangkitan Asyura Imam Husein as membawa semua keluarganya baik laki-laki maupun perempuan, besar dan kecil. Dalam kebangkitan Asyura peran perempuan di sini tidak kalah pentingnya dengan peran laki-laki. Ada beberapa perempuan yang karena keberanian, keimanan dan pengorbanannya mereka berhasil mencatat namanya dalam sejarah mulia kebangkitan Asyura dan yang terpenting adalah keberadaan saudara perempuan Imam Husein as yang bernama Zainab as.


Sayyidah Zainab as dalam kebangkitan Asyura selain sebagai jembatan penyambung dan pengemban risalah pasca syahadah Imam Husein as, beliau juga bertanggung jawab sebagai pemimpin para tawanan, perawat Imam Zainul Abidin as yang sedang sakit dan penjaga anak-anak dan para wanita.


Bila Sayyidah Khadijah as wanita pertama kali yang beriman kepada Rasulullah Saw. Ia juga berkorban selama sepuluh tahun dari awal kenabian sampai tahun kesepuluh hijriyah. Dengan setia mendampingi suaminya dalam menyebarkan ajaran Islam dengan segala beban dan kesulitan. Dalam peristiwa Karbala, Sayyidah Zainab as cucu beliau juga mendampingi saudaranya Imam Husein as menegakkan dan meluruskan ajaran kakeknya Rasulullah Saw. Ajaran yang sedang diselewengkan oleh manusia-manusia durjana seperti Muawiyah bin Abi Sufyan dan anaknya Yazid bin Muawiyah.


Bila wanita harus ditawan dan dikelilingkan di tengah-tengah kota karena untuk menegakkan agama Allah, wanita mana yang lebih layak untuk memainkan peran ini, kalau bukan pewaris Khadijah as. Perempuan yang selama ini setia mendampingi Rasulullah Saw dalam segala kesulitan dan tantangan demi menegakkan agama Allah. Pasca syahadah Imam Husein as, Sayyidah Zainab mengambil alih tanggung jawab risalah kakaknya yang telah syahid.


Beliau benar-benar menggunakan kesempatan yang ada mulai dari berkhotbah di pasar Kufah sampai di istana Ibnu Ziyad dan di Syam di hadapan Yazid bin Muawiyah. Dengan khotbahnya yang lantang bak ayahnya Imam Ali as yang sedang berkhotbah, Sayyidah Zainab as membuka setiap hati yang buta dan membongkar kejahatan dan kezaliman pemerintahan Bani Umayyah. Bila ajaran murni Rasulullah Saw sampai kini menyebar luas di tengah-tengah umat manusia itu karena jasa, keberanian dan kesabaran Sayyidah Zainab as dalam melanjutkan risalah kakeknya.


Di Majlis Ibnu Ziyad
Ibnu Ziyad berusaha menghina Ahlul Bait as dengan melemparkan sebuah pertanyaan, "Siapa wanita yang terkucil ini?" tidak ada yang menjawab dan ia mengulangi lagi pertanyaannya, kemudian salah satu pembantu Sayyidah Zainab menjawab, "Ini adalah Zainab putri Fathimah putri Rasulullah Saw." Ibnu Ziyad melanjutkan, "Aku bersyukur kepada Allah karena telah mempermalukan kalian, membunuh dan mengungkap kebohongan kalian."


Penghinaan ini dijawab dengan tegas oleh Sayyidah Zainab as, "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kami dengan wujud nabinya Muhammad Saw dan mensucikan kami dengan sesuci-sucinya. Kalau kamu bilang kami dipermalukan, sesungguhnya yang dipermalukan adalah orang yang fasik. Kalau kamu bilang kami berbohong, sesungguhnya pelaku kezalimanlah yang berbohong, bukan kami dan segala puji bagi Allah."


Di Majlis Yazid bin Muawiyah
Kedengkian dan kekufuran Yazid bin Muawiyah terungkap ketika para tawanan Ahlul Bait berdiri di depannya dan dengan kecongkakannya Yazid mengutak-atik gigi Imam Husein as dengan kayu yang ada di tangannya seraya berkata, "Oh seandainya nenek moyangku yang terbunuh di perang Badar dalam kondisi musyrik sekarang ada di sini menyaksikan kondisi keluarga Muhammad. Mereka akan terlihat gembira dan mengatakan kepadaku, terima kasih Yazid! Bani Hasyim telah bermain kekuasaan, tidak ada kabar gaib dan juga tidak ada wahyu yang turun. Aku bukan tergolong Khunduf (nenek moyang bani Umayyah ) bila aku tidak membalas dendam perilaku Muhammad dari anak-anaknya."


Di sini Yazid tidak saja membunuh Imam Husein as tapi juga berperang melawan Allah dan Rasulullah. Ia menganggap dirinya sebagai amirul mukminindan berposisi sebagai pengganti Rasulullah Saw tapi pada saat yang sama membalas dendam pekerjaan-pekerjaan Rasulullah yang membunuh para musyrikin di Badar. Ia mengagung-agungkan nenek moyangnya yang musyrik dan memusuhi Rasulullah Saw. Yazid mengutak-atik bibir Imam Husein as yang senantiasa diciumi oleh Rasulullah Saw. Mendengar kekufuran ini Sayyidah Zainab as tidak tinggal diam. Beliau segera mempermalukan dan membongkar kedok Bani Umayyah yang telah menyelewengkan Islamdengan pidato historisnya.

Sayyidah Zainab berkata:


"Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat Allah atas Rasul-Nya dan semua keluarganya. Benar Allah berfirman demikian, "Lantas  kesudahan orang–orang yang melakukan bermacam-macam kejahatan adalah sikap kufur dan memperolok-olok ayat-ayat Allah." (Surat ar-Rum: 10).


Hai Yazid! Kau pikir dengan menutup jalan darat dan udara untuk kami dan dengan mengelilingkan kami ke sana kemari bak tawanan, di hadapan Allah kami terhina dan kau terhormat? Kau pikir kemenanganmu atas kami karena kedudukanmu di hadapan Allah? Lantas kau bangga dan sombong memandang sekitarmu? Karena kau lihat dunia berpihak kepadamu, urusan berjalan sesuai dengan kehendakmu dan dengan mudah kau menguasai kami? Tunggu dulu pelan-pelan! Lupakah kau akan firman Allah yang berbunyi, "Dan jangan sekali-kali orang kafir menyangka bahwa tangguh yang Kami berikan kepada mereka lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami beri tangguh kepada mereka supaya bertambah-tambah dosa mereka. Dan bagi mereka azab yang menghinakan." (Surat Ali Imran: 178)

Kemudian Sayyidah Zainab mengingatkan Yazid dan orang sekelilingnya akan status mereka sebagai orang-orang yang dibebaskan oleh Rasulullah Saw dalam peristiwa Fathu Mekah (penaklukan kota Mekah).


"Hai anak orang-orang yang dibebaskan! Adilkah peraturan ini, di mana kau letakkan perempuan-perempuan dan pembantu-pembantumu di balik tabir sementara putri-putri Rasulullah kau bawa kesana kemari bak tawanan?Kau buka kerudung dan wajah mereka dan musuh-musuh membawanya dari kota satu ke kota lain sehingga orang-orang asing dan hina memandang wajah-wajah mereka? Sementara tidak ada bagi mereka laki-laki yang menjadi pimpinannya dan tidak punya pelindung yang melindungi mereka.


Bagaimana bisa diharapkan kasih sayang dari seorang (Hindun) yang telah mengunyah hati orang-orang suci kemudian memuntahkannya dan dagingnya tumbuh dari darah-darah syuhada? Bagaimana bisa berhenti permusuhan orang yang pandangannya kepada kami Ahlul Bait senantiasa penuh dengan permusuhan dan kedengkian? Kemudian tanpa ada rasa dosa dan dengan congkak mengatakan, "Seandainya nenek moyangku hadir di sini dan saking gembiranya pasti berteriak, "Yazid, terima kasih!"


Kini kau berkatasambil mengutak-atik gigi Aba Abdillah, penghulu para pemuda ahli surga. Bagaimana mungkin kau tidak akan mengatakan hal itu? Dengan menumpahkan darah putra-putra Rasulullah Saw dan bintang-bintang keluarga Abdul Muthalib, kau telah melukai hati-hati dan membakar akarkeutamaan dan takwa. Sekarang kau panggil nenek moyangmu dan kau pikir kau sedang memanggil mereka dan minta pujian dari mereka sementara kau lupa bahwa kau secepatnya akan menyusul mereka. Pada saat itu kau akan berharap, "Seandainya kau lumpuh dan bisu, tidak mengatakan apa yang telah kau katakan dan tidak berbuat apa yang telah kau perbuat."


Ya Allah tuntutlah hak kami dari mereka dan balaslah kejahatan orang-orang yang menzalimi kami! Turunkan kemarahan-Mu kepada orang-orang yang menumpahkan darah kami dan membunuh para sahabat kami!


Kemudian Sayyidah Zainab berkata kepada Yazid, "Hai Yazid, Demi Allah! dengan kejahatanmu ini kau telah menguliti kulitmu sendiri dan mencabik-cabik dagingmu sendiri. Dengan segera kau akan menghadap Rasulullah Saw dengan menanggung dosa. Dosa menumpahkan darah dan menodai kehormatan keluarganya. Pada hari itu Allah akan mengumpulkan Rasulullah Saw dengan keluarganya dan menuntut hak-hak mereka dari musuh-musuhnya."


"Jangan kau mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki." (Surat Ali Imran: 169).


Dan cukup bagimu, Allah Swt sebagai hakim, Rasulullah Saw sebagai penuntut dan Malaikat Jibril sebagai pendukung. Ketahuilah bahwa mereka yang menyiapkan sarana kejahatan ini dan menaikkan kamu di atas pundak kaum muslimin, akan segera menerima balasannya. Seburuk-buruk balasan bagi orang-orang zalim. Mereka akan segera tahu siapa yang lebih buruk dan pasukan mana yang lebih lemah."


Yazid dalam pandangan Sayyidah Zainab adalah manusia yang sangat rendah dan hina sehingga tidak layak menjadi orang yang diajak bicara oleh beliau. Tapi beliau terpaksa berbicara dengan Yazid seraya mengatakan:


"Bila musibah menyeretku ke sini dan terpaksa harus bicara denganmu, ketahuilah posisimu di mataku sangat rendah dan terhina. Sehingga sulit bagiku untuk menegur dan mengritikmu. Tapi aku harus bagaimana? Mata-mata kami menangis dan dada-dada kami terbakar.


Oh...sungguh aneh kejadian ini dan benar-benar aneh! Tentara Allah terbunuh di tangan tentara setan yang dibebaskan. Tangan-tangan kalian berlumuran darah kami. Daging-daging kami keluar dari mulut-mulut kalian. Badan-badan yang suci diserahkan kepada serigala-serigala dan binatang buas sahara.


Bila hari ini dengan membunuh dan menawan kami kau merasa beruntung, di Hari Perhitungan dengan mahal kau akan segera membayarnya.  Kau tidak akan menemukan sesuatu kecuali apa yang kau perbuat. "Sekali-kali Tuhanmu tidak akan menganiaya hamba-hamba-Nya." (Surat Fussilat: 46). Hanya kepada Allah kami mengeluh dan hanya kepada-Nya kami bersandar.


Hai Yazid, lakukan konspirasimu terhadap kami dan lakukan usahamu semaksimal mungkin! Demi Allah! Kau tidak akan bisa menghapus nama kami dan tidak bisa membunuh wahyu kami. Kau tidak akan bisa mencapai ketinggian kami. Kau tidak akan bisa mencuci perbuatan yang memalukan ini. Ketahuilah sesungguhnya pendapat dan pemikiranmu itu goyah dan masa-masamu pendek dan kelompokmu berceceran.


Pada hari itu seorang penyeru Allah berteriak, "Ingatlah sesungguhnya kutukan dan laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim." (Surat Hud:18)"


Diakhir khotbahnya Sayyidah Zainab berdoa:

"Maka segala puji bagi Allah yang menetapkan awal kehidupan kami dengan kebahagiaan dan ampunan. Menetapkan akhir kehidupan kami dengan syahadah dan rahmat. Kami memohon kepada Allah untuk menyempurnakan pahala kebaikannya atas syuhada kami. Sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Cukup bagi kami Allah, dan Dia adalah sebaik-baik wakil." (Balaghat an-Nisa, Ibnu Thifur, Maktab Bashirati)


Begitu besar tantangan dan musibah yang harus dihadapi Sayyidah Zainab. Dengan keimanan dan keyakinannya kepada Allah beliau tidak gentar menghadapi manusia-manusia hina dan durjana seperti Yazid bin Muawiyah dan lain-lainnya.


Bahkan ketika Sayyidah Zainab as ditanya Yazid, "Apa yang kau lihat di Karbala?"

Beliau menjawab dengan tegas, "Tidak ada yang kulihat kecuali keindahan".


Jawaban ini menunjukkan bahwa dengan segala kesulitan dan kesusahan, di depan musuh Sayyidah Zainab mengajarkan masalah keteguhan dan kesabaranbagi umat Islam. 

Keterangan: Dicopas dari IRIB Indonesia

Opinion - MEMBACA DENGAN AKAL DAN NURANI

Dalam peristiwa Perang Inggris (Battle of England) yang merupakan salah satu episode penting pada Perang Dunia II, ketika Inggris dan Jerman saling menghancurkan kota-kota lawannya dengan serangan udara, kedua negara secara diam-diam mengadakan kesepakatan. Kesepakatan tersebut adalah: Inggris tidak akan mengebom kawasan Lembah Ruhr yang merupakan jantung industri Jerman, sedang Jerman tidak mengebom Oxford dan Cambridge yang merupakan jantung kebudayaan Inggris.

Demikian juga dalam peristiwa Perang Dingin ketika Amerika dan Uni Sovyet terlibat persaingan sengit hingga terlibat dalam beberapa perang proxi (perang tidak langsung) seperti di medan Perang Perang Korea, Perang Yom Kippur, Perang Vietnam dan Perang Anggola, Perang San Salvador dll, kedua pihak sepakat membentuk satu saluran telephon khusus dimana pemimpin tertinggi kedua negara bisa saling berkomunikasi langsung.


Maka menjadi sangat na'if, misalnya, jika kita mengambil kesimpulan bahwa Syria dan Israel sebagai sekutu yang melakukan sandiwara belaka dengan berpura-pura saling bermusuhan, hanya karena ada berita bahwa Syria dan Israel melakukan komunikasi tidak langsung dengan melalui pasukan penjaga perdamaian PBB di Golan. Kesimpulan seperti itu hanya diambil oleh orang-orang yang na'if, yang sangat jauh dari memahami politik apalagi sejarah. Dan sayangnya masih sangat banyak orang-orang seperti itu sehingga menjadi sasaran empuk media-media propaganda.


Kalau hanya melakukan komunikasi tidak langsung saja langsung dianggap sebagai "sekutu Israel", lalu bagaimana dengan Turki, Mesir dan Yordania yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, atau Saudi dan Qatar yang para pejabatnya sering bertemu langsung dengan pejabat-pejabat Israel? Bagaimana juga dengan Indonesia, yang para pejabatnya pun sering bertemu langsung meski secara diam-diam dengan pejabat Israel? Bukankah mereka lebih dari sekedar sekutu Israel?


Selama bertahun-tahun upaya zionis Israel dan sekutu dekatnya Amerika dan Inggris memasukkan Hizbollah ke dalam daftar organisasi teroris kandas oleh penolakan Perancis, karena Perancis menganggap hal itu akan mengganggu kepentingannya di Lebanon yang merupakan sekutu dekat dan bekas jajahan Perancis. Kekhawatiran Perancis sangat beralasan karena Hizbollah merupakan kelompok yang sangat berpengaruh di Lebanon, bahkan merupakan bagian dari pemerintahan Lebanon. Apakah karena hal ini kita akan mengambil kesimpulan bahwa Perancis merupakan sekutu Hizbollah, dan karenanya secara otomatis menjadi musuh Amerika?


Saya baru saja membaca berita di situs Detik Islam yang sepertinya adalah corong komunikasi kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), berjudul "Diam-diam, Amerika Berkerjasama Dengan Hizbullah untuk Melindungi Rezim Suriah". Dalam berita tersebut disebutkan bahwa inteligen Amerika memberikan informasi kepada pemerintah Lebanon tentang rencana serangan teroris kelompok Al Qaida di Lebanon yang salah satu sasarannya berada di wilayah yang dikontrol oleh Hizbollah. Karena Hizbollah merupakan bagian dari pemerintah, informasi tersebut tentu saja sampai ke Hizbollah, dan karenanya, demikian kesimpulan yang ditulis dalam berita itu, Amerika adalah sekutu Hizbollah.


"Masyarakat telah menyadari sesungguhnya Amerika bekerja untuk melindungi rezim Suriah, para kroninya dan para pendukung bahwa rezim Suriah, Iran dan Hizbullah semuanya bergerak di garis Amerika. Dengan demikian jelaslah bahwa serangan Iran dan Hizbullah pada Amerika hanya di mulut saja untuk menutupi fakta sebenarnya. Sebab, suatu persoalan menjadi jelas dengan perbuatan bukan sekedar perkataan yang bertentangan dengan perbuatan," demikian tertulis dalam berita tersebut.


Tentu saja kesimpulan tersebut sama na'ifnya dengan kesimpulan tentang persekutuan Syria dengan Israel. Amerika memberikan informasi inteligen kepada pemerintah Lebanon tentang hal yang terkait dengan Lebanon adalah sudah semestinya, karena telah menjadi kesepakatan kerjasama bilateral kedua negara yang telah disepakati puluhan tahun sebelum pemerintahan Lebanon yang pro-Hizbollah berkuasa. Lebanon merupakan "markas" operasi inteligen Amerika di kawasan Lebanon dan sekitarnya yang membuatnya terlibat perang inteligen intensif dengan Hizbollah. Setelah Hizbollah berhasil menghancurkan jaringan inteligen Israel, inteligen Amerika mengambil alih peran mereka. Selain itu Amerika juga memiliki Universitas yang sangat berpengaruh di Beirut.


Keberadaan Hizbollah dalam pemerintahan bukan berarti pemerintah Lebanon harus bermusuhan dengan Amerika, atau sebaliknya karena pengaruh Amerika yang sangat kuat di Lebanon, pemerintah harus mengabaikan Hizbollah dan tunduk pada Amerika. Pemerintah membutuhkan Hizbollah karena Hizbollah, sebagai partai politik yang menjadi salah satu unsur politik yang membentuk pemerintahan koalisi. Tanpa Hizbollah pemerintahan akan direbut oleh kelompok lain yang pro-Amerika/Israel/Saudi. Sebaliknya memusuhi Amerika juga tidak mungkin karena pengaruh Amerika pun sangat kuat di Lebanon sehingga pemerintahan tidak akan bisa menjalankan pemerintahan karena rongrongan Amerika dan sekutu-sekutunya di Lebanon. Sebaliknya Amerika pun tidak ingin memutuskan hubungan dengan pemerintah karena tentu saja akan membuat mereka diusir dari Lebanon. Maka kompromi pun terjadi.


Masalah kompromi inilah yang menjadi persoalan paling rumit dalam tiap pemerintahan Lebanon. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun bagi seorang perdana menteri terpilih untuk membentuk kabinet. Sampai sekarang pun Lebanon belum memiliki pemerintahan definitif, meski perdana menteri pengganti PM Najib Miqati yang mengundurkan diri telah terpilih beberapa bulan yang lalu.


Pemerintahan Lebanon tidak seperti pemerintahan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang dipimpin Mohammad Moersi. Meski hanya menang tipis dalam pemilu atas lawan politiknya, Moersi menganggap seolah-olah seperti penguasa mutlak Mesir dan tidak mempedulikan aspirasi kelompok-kelompok lain. Karena sikapnya yang tidak realistis itu akhirnya ia terjungkal dari kekuasaan. Tidak hanya itu, Ikhwanul Muslimin Mesir pun terancam untuk dibekukan.


Jadi kalau Amerika memberikan informasi inteligen kepada pemerintah Lebanon, tentu saja hal itu tidak dimaksudkan untuk membantu Hizbollah. Hizbollah adalah kelompok yang paling dibenci Amerika. Mereka dianggap sebagai pelaku pemboman yang menewaskan 300 tentara marinir Amerika dan Perancis pada tahun 1983 yang membuat Amerika dan Perancis terpaksa menarik pasukannya dari Lebanon sekaligus menghancurkan rencana Israel menguasai Lebanon setelah berhasil mendudukinya melalui invasi tahun 1982. Israel, yang tidak lagi memiliki pasukan pendukung dari Amerika dan Perancis, akhirnya menarik diri dari Lebanon pada tahun 2000 setelah tidak tahan menghadapi serangan terus-menerus gerilyawan Hizbollah yang didukung Iran.


Permusuhan antara Amerika dan Israel dengan Hizbollah dan Iran bukan sekedar perkataan belaka sebagaimana perkataan HTI, Al Qaida, salafi-wahabi atau kelompok-kelompok yang mengaku Islam lainnya. Marilah kita melihat dengan nurani dan kemudian bertanya, 


mengapa Al Qaida dan para ekstremis Islam itu tidak pernah menyerang Israel atau Amerika, namun terus menerus menumpahkan darah sesama muslim di Irak, Iran, Libya, Pakistan, Yaman, Syria dan negara-negara Islam lainnya?

Opinion - Geopolitik adalah Dasar Penyusunan Kepentingan Nasional RI yang Strategis

Saya sangat setuju dengan pandangan anda dengan merujuk pada buku Richmond Lloyd. Memang benar, bahwa kepentingan nasional adalah hulu untuk merumuskan strategi. Justru gagasan yang mendasari proses pengambilan keputusan terkait kepentingan nasional inilah yang jadi dasar keprihatinan dan kegusaran saya.


Maka itu fokus tulisan saya kemudian membahas secara rinci geopolitik sebagai kerangka dasar penyusunan kepentingan nasional. Kepentingan nasional disusun dan dirumuskan tidak berasal dari ruang hampa. Melainkan melalui dinamika politik dan pergolakan pemikiran serta kesadaran yang berkembang di kalangan “Pemangku Kepentingan” kebijakan luar negeri dan pertahanan nasional kita.

betapa para elite nasional pengambil kebijakan strategis kepentingan nasional kita saat ini, mengabaikan nilai strategis dari Geopolitik sebagai dasar pertimbangan utama penyusunan kepentingan nasional kita.

Setelah tahapan ini disadari, yaitu betapa pentingnya geopolitik harus jadi dasar pertimbangan strategis penyusunan kepentingan nasional, maka pandangan Mbak Rahmawati dalam tulisan ini, kemudian menjadi relevan.

Abai Geopolitik, itulah gagasan yang mendasari tulisan saya. Apalagi ketika konstalasi global saat ini semakin mengindikasikan akan bergesernya persaingan global Amerika Serikat versus Cina-Rusia dari kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah (Heartland), ke kawasan Asia Pasifik.

Jika Indonesia, khususnya para pemangku kepentingan (stakeholders) kebijakan luar negeri dan pertahanan kita abai geopolitik, maka tak akan mungkin menyusun dan merumuskan kepentingan nasional di bidang politik luar negeri dan pertahanan yang akan mampu memanfaatkan momentum pergeseran sentral geopolitik dari kawasan Heartland (daerah jantung) ke Asia Pasifik, demi kepentingan nasional RI.

Indonesia bisa merdeka pada 17 Agustus 1945, karena para founding fathers kita seperti Bung Karno, Dr Samratulangi, Mohammad Yamin, dan Tan Malaka, berkat kesadaran geopolitik dan pergeseran yang terjadi dalam konstalasi internasional ketika itu. Karena para founding fathers tersebut sudah bisa membaca tren bahwa pada awal 1940 akan pecah Perang Asia Timur Raya, dan Jepang akan menjajah Indonesia, menggantikan kedudukan Belanda.

Dan ketika Jepang akhirnya kalah terhadap Amerika Serikat dan Sekutu, kemudian terjadi kevakuman kekuasaan di tanah air, dan Indonesia akhirnya memanfaatkan momentum tersebut untuk merdeka.

Hal itu bisa terjadi berkat kesadaran geopolitik para founding fathers, yang kemudian kesadaran dan wawasan geopolitik tersebut menjadi dasar penyusunan kepentingan nasional Indonesia.

Bahkan di era Perang Dingin, ketika Indonesia sudah merdeka, Bung Karno dan para elit nasional RI, berhasil membaca konstalasi geopolitik global, sehingga mampu merumuskan kepentingan nasional yang strategis bagi Indonesia.

Munculnya konsepsi politik luar negeri RI yang bebas dan aktif, Konferensi Asia-Afrika April 1955 maupun KTT Gerakan Non Blok 1961, bukan sekadar kemampuan Indonesia menghindarkan diri dari pertarungan dua kutub antara AS versus Uni Soviet dan Cina. 

Melainkan pada saat yang sama mampu menjadikan Indonesia beserta negara-negara Asia-Afrika, maupun negara-negara berkembang lintas kawasan, sebagai Kekuatan Ketiga. Kekuatan alternatif di luar dua kutub yang sedang bertarung dalam Perang Dingin antara 1950-an hingga 1980-an.

News - Lawan ISIS, AS Harus Patuhi Hukum Internasional

MOSKOW - Rencana Amerika Serikat (AS) untuk habis-habisan menyerang ISIS mendapat sorotan dari Rusia. Negeri Beruang Merah itu menyatakan, walaupun berniat baik, AS juga harus tetap mematuhi hukum internasional ketika melakukan serangan terhadap ISIS.

 Rusia melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri mereka, Alexander Lukashevich menegaskan perang melawan ISIS baik di Irak ataupun Suriah harus menghormati integritas negara bersangkutan.

“Perang melawan ISIS di Suriah dan Irak hanya boleh dilakukan jika sesuai dengan hukum internasional dan dengan menghormati integritas teritorial negara-negara tersebut, jika tidak ini lebih seperti ke arah agresi,” ucap Lukashevich.

Dirinya mengatakan, memang sangat penting untuk memerangi ISIS yang sudah menyebarkan teror dan juga kematian orang-orang yang tidak bersalah. Namun, Lukashevich kembali menegaskan semuanya harus dilakukan sesuai peratutan yang ada, agar tidak menjadi sebuah kontroversi dan menimbulkan ketegangan baru.

"Sangat penting untuk memerangi kejahatan ini. Namun, semuanya harus dilakukan sesuai dengan praktek-praktek hukum internasional, resolusi Dewan Keamanan PBB dan resolusi PBB secara umum, dan AS dengan hormat harus menghormarti integritas wilayah Suriah dan Irak,” jelas Lukashevich.

Pernyataan tersebut disampaikan pihak Rusia hanya berselang beberapa saat setelah presiden AS Barack Obama menyatakan akan memperluas serangan terhadap ISIS, tidak hanya di Irak melainkan akan menyerang ke wilayah Suriah juga.

Tuesday, 16 September 2014

News - Krisis Ukraina dan Perubahan Sikap Rusia

Vladimir Putin boleh saja membantah telah menggertak Presiden Komisi Eropa Jose Manual Barroso dalam pembicaraan mereka via telepon atau membantah berbagai tuduhan tentang keterlibatan pasukan Rusia dalam konflik di Ukraina.
 
Namun faktanya telah terjadi perubahan keseimbangan yang sangat signifikan di medan perang Ukraina timur. Dari kondisi terdesak dan terkepung di 2 kota utama di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk, para pemberontak kini justru menjadi pengendali jalannya pertempuran.

Selain mengusir pasukan Ukraina dari sekitar kota Luhansk dan Donetsk, pemberontak kini justru mengepung ribuan pasukan Ukraina di tiga lokasi di Provinsi Donetsk. Dan setelah merebut 2 kota di pinggir Laut Azov, kini para pemberontak berusaha merebut kota pelabuhan Mariupol yang strategis.

Semua itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya campur tangan langsung Rusia yang juga dibenarkan oleh media massa Rusia sendiri.

“Apakah Kita Sedang Berperang (di Ukraina)?” Tulis editorial koran Vedomosti, merujuk pada beberapa upacara pemakaman secara militer yang dilakukan diam-diam dan tertangkapnya 10 prajurit Rusia di Ukraina.

“Agresi langsung dan terbuka telah dilancarkan terhadap Ukraina dari negara tetangga. Ini telah mengubah situasi di zona konflik secara radikal,” kata Presiden Ukraina Petro Poroshenko di Akademi Militer Kiev.

Mikhail Popov, penasihat militer pemerintah Rusia di Dewan Keamanan Nasional, kepada media massa Rusia RIA Novosti, mengatakan bahwa Rusia telah mengubah strateginya melawan NATO sebagai dampak dari krisis di Ukraina.

“Tindakan-tindakan NATO yang terencana merupakan bukti dari keinginan pare pemimpin AS dan NATO untuk melanjutkan kebijakan agresif kepada Rusia,” kata Popov, merujuk pada pengerahan kekuatan NATO di negera-negara yang berbatasan dengan Rusia terkait dengan krisis Ukraina.

Atas kesadaran itu maka dipercaya, Rusia telah mengubah strateginya menghadapi NATO, dan hal itu terlihat di Ukraina.
Menjelang pertemuan tingkat tinggi NATO di Wales, Inggris bulan ini, Rusia telah memberi sinyal untuk melakukan respon atas rencana NATO yang akan menggelar pasukan gerak cepat di negara-negara yang berdekatan dengan Rusia.

Menurut Popov, langkah NATO itu, bersama dengan rencana penggelaran sistem pertahanan rudal serta konflik Ukraina yang dianggap sebagai bentuk prokokasi NATO, telah mengubah strategi Rusia.

NATO mengumumkan rencana penggelaran pasukan gerak cepat berkekuatan beberapa ribu personil untuk melindungi negara-negara anggota NATO, terutama di Eropa timur, dari kemungkinan serangan Rusia. Pasukan yang personilnya disediakan oleh anggota NATO secara bergilir itu direncanakan untuk siap digelar dalam waktu kurang dari 48 jam.

Sekjen NATO Rasmussen, dalam pengumuman pembentukan pasukan itu menyebutkan alasannya: “Kita harus menghadapi kenyataan bahwa Rusia tidak menganggap NATO sebagai mitra.”

Rasmussen membantah tuduhan pasukan itu melanggar perjanjian Nato-Russia Founding Act tahun 1997, yang melarang adanya pangkalan permanen NATO di Eropa Tengah dan Timur.
Laporan pertama intervensi langsung Rusia di Ukraina muncul bersamaan dengan misi bantuan kemanusiaan Rusia ke Ukraina bulan lalu. Bersamaan dengan truk-truk bantuan Rusia yang menerobos perbatasan Ukraina, konvoi kendaraan militer Rusia juga dikabarkan ikut menerobos sebelum dihentikan oleh pasukan Ukraina setelah sempat terjadi tembak-menembak.

Sejak itu laporan demi laporan keberadaan pasukan Rusia dengan peralatan beratnya semakin terjadi, seiring dengan meningkatnya offensif pemberontak.Minggu lalu NATO merilis gambar satelit yang menunjukkan konvoi militer Rusia yang berada di wilayah Ukraina, hal mana dibantah pejabat Rusia yang menuduh gambar tersebut adalah rekayasa yang dilakukan perusahaan operator satelit Eropa.

Pada hari Senin (1/9) Jubir Militer Ukraina Andriy Lysenko mengklaim pasukan Ukraina mendapat serangan oleh pasukan tank Rusia, sehingga menarik diri dari wilayah bandara kota Luhansk. Kemudian adalah pengakuan Presiden Poroshenko di Akedmi Militer Kiev, tentang keterlibatan militer Rusia yang telah mengubah keseimbangan di medan perang.
Dan puncaknya adalah ancaman Vladimir Putin untuk menduduki Kiev dalam waktu 2 minggu.

Rusia selalu menolak tuduhan keterlibatan langsung pasukannya di medan perang Ukraina. Namun dalam diplomasipun, kekuatan militer tetap menjadi andalan terbaik, dan Rusia tidak membutuhkan pengakuan kehadiran pasukannya di Ukraina. Sama seperti Cina yang tidak mengakui keterlibatannya dalam Perang Korea atau Vietnam, meski ratusan ribu pasukan reguler mereka berhadapan muka dengan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Mungkin akhirnya Putin menyadari bahwa AS dan NATO tidak pernah benar-benar ingin berdamai dan hanya memiliki satu agenda, yaitu menghancurkan Rusia yang masih menjadi sedikit kekuatan di dunia yang menjadi pengganjal dominasi AS dan NATO di dunia.

Sebagaimana saran yang berulangkali disampaikan Paul Craig Roberts, seorang pengamat internasional berpengaruh, satu-satunya pilihan terbaik Rusia adalah melakukan respon keras terhadap AS dan NATO, bila perlu dengan melakukan ekspansi ke Ukraina. Karena dengan keberadaan pasukan Rusia di Ukraina, AS dan NATO hanya memiliki “daya tawar” yang sedikit.

Cara ini sebenarnya telah dilakukan dengan sukses oleh Rusia ketika menginvasi Ossetia dan Georgia dalam Perang Ossetia Selatan tahun 2008, atau ketika menginvasi Chechnya tahun 1999. Kedua langkah tegas Rusia itu menghentikan secara efektif dan permanen provokasi AS dan NATO serta sekutu proksinya terhadap kedaulatan Rusia.

Dan tanda-tanda bahwa perubahan strategi Rusia memberikan hasil positif bagi Rusia telah tampak. Pemerintah Ukraina, hari Rabu (3/9), mengumumkan telah menerima saran Rusia untuk menggelar gencatan senjata permanen dengan pemberontak. Sementara sebelumnya mereka bersumpah untuk tidak berunding dengan pemberontak, bahkan menyebut mereka sebagai teroris

Opinion - Konspirasi 11 September dan Fenomena Terorisme

Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya tanggal 11 September 2001, sebuah peristiwa yang disebut sebagai salah satu aksi terorisme terbesar sepanjang sejarah berlangsung dan menyedot perhatian publik dunia. Dua gedung tinggi di AS hancur lebur setelah ditabrak pesawat terbang. Hampir tiga ribu nyawa melayang seketika akibat aksi ini. Mereka adalah para pekerja alias masyarakat sipil yang sedang bekerja di menara kembar World Trade Center.
 
Dunia kemudian menyaksikan pergelaran perang melawan terorisme gaya Amerika yang saat itu sedang dipimpin oleh George W. Bush. Sasarannya jelas: jaringan Al-Qaeda di seluruh dunia. Seluruh dunia diseru agar bergerak bersama AS dalam tindakan ini. Lalu, AS secara sepihak menetapkan target-target penyerangan. Dua tahun secara beruntun, AS menginvasi Afghanistan (2002) dan Irak (2003).

Akibat dari aksi itu sangat mengerikan. Kedua negara luluh lantak. Korban jiwa dari kalangan rakyat Afghanistan dan Irak mendekati angka satu juta orang. Bahkan dari pihak AS sendiri, tentara yang tewas sejak invasi hingga selama masa pendudukan di kedua negara melebihi jumlah korban aksi teror 11 September. Di Irak, tentara AS yang tewas saat bertugas mencapai angka lebih dari 2.900 jiwa. Sedangkan di Afghanistan, tentara AS lebih banyak lagi: sekitar 6.200 jiwa. Angka-angka ini merupakan rilisan resmi dari pemerintah AS. Adapun lembaga-lembaga independen punya data yang jauh lebih besar dibandingkan data-data resmi tersebut.

Akibat lainnya dari gelaran sepihak AS ini adalah tercederainya wajah Islam. Tiba-tiba saja, Islam tergambarkan sebagai agama yang memilik DNA kekerasan. Stigma itu disematkan kepada aspek jihad yang sebenarnya memang ada dalam ajaran Islam. Dengan situasi ini, segala macam gerakan perlawanan melawan kezaliman dianggap sebagai bentuk terorisme.
Adapun akibat ketiga dari aksi AS adalah dikuasainya ladang-ladang minyak dan sumber-sumber ekonomi lainnya dari kedua negara oleh sejumlah perusahaan multinasional AS dan sekutunya.

Lalu, bagaimana dengan target pemberantasan terorismenya sendiri? Apakah kelompok Al-Qaeda terkikis habis? Jawabannya sangat jelas dan aksiomatis: tidak. Kelompok Al-Qaeda tak pernah mati. Bahkan, mereka makin berkembang biak, baik dari sisi jumlah anggota, sistem pengorganisasian, kepemilikan atas senjata, dan juga penguasaan lapangan. Bahkan dari rahim kelompok ini, muncul organisasi-organisasi baru dengan kemampuan operasi yang lebih mematikan dan mengerikan.

Tak pelak lagi, bau busuk konspirasi menguar dengan keras dari program AS ini. Apalagi, tak kurang dari para pengamat militer dalam negeri AS sendiri yang meragukan kemampuan kelompok Al-Qaeda dalam melakukan aksi peledakan atas dua gedung tinggi dengan cara yang secanggih itu. Ditambah lagi dengan fakta bahwa dari semua korban jiwa ataupun terluka pada peristiwa 11 September itu, tak seorang pun di antara mereka yang berasal dari komunitas Yahudi. Padahal, jumlah orang Yahudi yang bekerja di kedua gedung itu cukup banyak. Hanya saja, semuanya kompak untuk tidak masuk kerja di hari yang sama.

Kecurigaan bahwa AS (dan Zionis Israel) berada di balik aksi teror itu semakin lama semakin menguat. Merekalah yang sebenarnya sengaja meledakkan gedung supaya punya alasan untuk melakukan aksi keji, demi meraih tujuan yang lain. Merekalah yang membentuk kelompok-kelompok ekstrem yang akhirnya mereka perangi sendiri. Bukankah Al-Qaeda sendiri memang dibentuk oleh AS? Dengan demikian, peristiwa 11 September hanyalah satu di antara sekian banyak konspirasi lain yang dirancang AS dan Israel selama ini.

Tentu dalam hal ini, ummat Islam harus mampu bersikap secara cerdas. Jangan pernah dengan lugunya mau terpancing dan masuk ke dalam perangkap yang ditebar pihak musuh. Sayangnya, fenomena keluguan itu masih terus berlangsung hingga kini. Al-Qaeda, ISIS, dan kelompok sejenisnya masih saja terus menuai simpati sebagian ummat Islam. Mereka mengira sedang berjihad. Padahal, sejatinya, mereka sedang memerankan diri sebagai bidak-bidak catur yang ditaruh, digerakkan, dan dikorbankan oleh tangan-tangan AS-Zionis.

News - Isu Relokasi Makam Nabi dan Kebangkitan Ulama

Setelah berlalu sembilan dasawarsa, luka lama itu kembali menyeruak. Sebagaimana yang diberitakan secara massal oleh berbagai media nasional dan internasional, terungkap adanya rencana untuk merelokasi makam Rasulullah SAW, dari Masjid Nabawi ke Areal Pemakaman Baqi. Ketika sudah terelokasi, maka makam beliau akan diperlakukan sebagaimana makam-makam lainnya di Baqi: tanpa ada bangunan khusus, tanpa tembok, dan tanpa nisan. Hanya tanah biasa dengan tanda batu. Adapun ruangan bekas makam beliau (kalau rencana ini terlaksana), akan diratakan dan menjadi salah satu ruangan di Masjid Nabawi.
 
Isu ini kontan memantik reaksi dari berbagai kalangan dunia dan juga Indonesia. Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyyah Buya Syafii Ma’arif menyerukan ummat Islam di seluruh dunia agar menentang rencana sepihak pemerintah Arab Saudi tersebut. Sementara itu mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi bersuara sangat keras. Ia mengingatkan bahwa Arab Saudi atau siapapun yang ingin memindahkan makam Nabi Muhammad SAW dari Masjid Nabawi ke tempat lain, harus bersiap-siap menghadapi kehancuran.

Isu bahkan makin berkembang ke segala arah. Penguasaan pemerintah Arab Saudi atas situs-situs penting umat Islam, seperti makam Nabi dan bahkan Masjidul Haram, mulai dipersoalkan. Dikatakan bahwa pemerintah Arab Saudi sejatinya tak lebih dari sekadar pelayan (khadim), bukan pemilik atas berbagai tempat suci ummat Islam yang secara kebetulan berada di wilayah administratif Kerajaan.

Ini sebenarnya luka lama. Sejak kawasan Jazirah Arab yang meliputi Hujaz dan Nejd dikuasai oleh Dinasti Saudi yang bercorak Wahabi, Dunia Islam harus menyaksikan berbagai macam aksi sepihak mereka dalam memperlakukan berbagai situs suci ummat Islam.

Tengoklah apa yang terjadi pada tahun 1925. Saat itu, Raja Ibnu Saud berniat untuk menerapkan asas tunggal, yaitu mazhab Wahabi di Mekkah. Konsekwensi dari keputusan ini adalah terjadinya penyeragaman mazhab bagi para hujjaj serta penghancuran warisan budaya, karena salah satu prinsip dasar Wahabisme adalah penghancuran segala hal yang secara sepihak dipandang sebagai kesyirikan, termasuk warisan budaya. Dan salah satu isu paling panas adalah rencana pembongkaran/perataan makam Baginda Nabi SAW, menyusul keberhasilan mereka dalam meratakan 10.000 makam para sahabat Nabi di Areal Pemakaman Baqi.

Pada saat itu, kalangan pesantren di Indonesia sangat dikenal sebagai kelompok yang berdiri di depan dalam membela keberagaman dan menolak pembatasan bermazhab. Apalagi ketika salah satu konsekwensi dari implementasi mazhab tersebut adalah pembongkaran makam Nabi. Karena itu, kalangan pesantren menyampaikan penolakan atas rencana tersebut. Akibatnya, mereka dikeluarkan dari anggota Kongres Al-Islam di Yogyakarta pada tahun 1925, dan dengan sendirinya, mereka juga tidak diikutkan dalam delegasi yang hadir pada Kongres Islam Internasional di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Tapi, kalangan pesantren tidak kehabisan akal. Demi untuk sesuatu yang diyakini sangat krusial, mereka tetap berupaya keras agar bisa hadir dalam Kongres. Lalu dibentuklah sebuah delegasi independen yang diberi nama Komite Hejaz, dengan ketuanya KH Wahab Hasbullah. Dengan bendera baru itu, kalangan pesantren pun bisa hadir dalam Kongres.
Saat Kongres digelar, ternyata Komite Hejaz tidak sendirian. Penolakan atas rencana Kerajaan Saudi itu juga datang dari mayoritas delegasi lainnya. Akhirnya, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya, dan hingga saat ini, Mekkah tetap menjadi kawasan suci tempat kaum Muslimin bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Makam Nabi pun urung dibongkar.

Di Indonesia, keberhasilan Komite Hejaz itu menginspirasi kalangan pesantren untuk membentuk organisasi yang lebih komprehensif dan sistematis. Maka, pada tanggal 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) lahirlah Nahdlatul Ulama. Organisasi ini dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.

Kini, sejarah sepertinya akan berulang. Setelah berhasil membongkar dan menghapus sejumlah jejak sejarah penting (seperti rumah tempat kelahiran Rasulullah, rumah Siti Khadijah, dll), muncul laporan adanya rencana untuk membongkar makam Nabi.
Tapi, percayalah, niat itu tak akan kesampaian. Seperti yang disampaikan oleh KH Hasyim Muzadi, Arab Saudi harus siap hancur jika memaksakan pendapat mereka. Ummat Islam berserta para ulamanya di seluruh dunia tidak akan mungkin tinggal diam menyaksikan kesewenang-wenangan Arab Saudi dalam mempraktekkan keyakinan mazhab mereka. Dulu, rencana pembongkaran makam Nabi berujung kepada lahirnya organisasi kebangkitan ulama. Kini, rencana yang sama bisa saja berujung kepada gerakan kebangkitan ulama babak kedua yang lebih asasi dan substantif.

News - Petral Ditarik ke Indonesia, SKK Migas Dibubarkan

Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) dikabarkan akan ditarik ke Indonesia pada pemerintahan Jokowi-JK mendatang. Hal itu disampaikan oleh Effendi Simbolon, politisi PDI Perjuangan.
 
“Petral kita tarik dan kita lebur. Dilikuidasi, tidak ada lagi fungsi Petral. Jadi bisa di bawah Pertamina. Kan fungsinya ekspor dan impor. Untuk apa ada entitas di luar negeri yang tidak terkontrol,” kata Effendi.

Seperti diketahui, Petral merupakan unit usaha Pertamina yang berdomisili di Singapura. Entitas ini mengurusi masalah ekspor dan impor minyak serta BBM untuk Indonesia.
Tugas utama Petral adalah menjamin suplai kebutuhan minyak yang dibutuhkan Pertamina, dengan cara membeli minyak dari luar negeri. Saat ini Petral memiliki 55 perusahaan yang terdaftar sebagai mitra usaha terseleksi. Pengadaan minyak untuk Petral dilakukan secara tender terbuka.

Sebelumnya, Mantan Dirut Pertamina Ari Sumarno, pernah mengungkapkan keinginannya untuk memindahkan Petral dari Singapura ke Batam, namun disebutkan adanya sosok mafia migas yang turut bermain, dan Ari pun dicopot dari jabatannya.
Selain itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga dikabarkan akan dibubarkan tahun depan. Ada apa?
“Nanti ke depan SKK akan dibubarkan. Dia kan menjadi unit usaha. Karena MK memutuskan seperti itu. Tapi semua aset SDM-nya kita alihkan. Menjadi unit usaha berdiri sendiri di bawah BUMN. Seperti Pertamina. Unit investasi dan eksplorasi,” tutur Effendi Simbolon.
Menurutnya, Jokowi-JK sudah mengetahui soal rencana pembubaran SKK Migas, dan untuk kontrak migas ke depan, perusahaan migas akan berkontrak secara business to business dengan Indonesia.

Pembubaran BP Migas atau sekarang menjadi SKK Migas akan mengundang ketidakpastian yang berujung pada berkurangnya investasi dan kegiatan maupun pengembangan. Untuk itu, dalam jangka pendek, pemerintahan Jokowi-JK akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu). Sedangkan dalam jangka menengah akan merevisi UU Migas yang lebih berkarakter nasional dan akan memberikan kepastian hukum secara permanen.

Menurut keterangan Effendi, rencana penarikan Petral dan pembubaran SKK Migas akan dieksekusi pada bulan Januari 2015.

Opinion - Bila Amerika Bermaksud Jerumuskan Iran di Irak

Sudah sangat jelas motif di balik invasi kelompok militan wahabi ISIS di Irak. Pertama adalah memecah belah Irak menjadi 3 negara berdasarkan etnis-agama Shiah, Sunni dan Kurdi, dan kedua adalah menjerumuskan Iran dalam perang tak berkesudahan yang menggerogoti kekuatan Iran.
Motif pertama terlihat jelas dengan tindakan ISIS yang meninggalkan kota Kirkuk begitu saja dan memberikannya kepada kelompok milisi bersenjata Kurdi. Dengan dikuasainya kota minyak Kirkuk oleh milisi bersenjata Kurdi maka membuat peluang terbentuknya negara merdeka Kurdi di Irak utara semakin besar, setelah sebelumnya telah terbentuk wilayah otonomi Kurdi.

Adapun motif kedua terlihat dari “sikap manisnya” AS terhadap Iran setelah invasi ISIS, sementara selama ini AS seolah tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk memusuhi Iran.

Setelah jatuhnya Mosul dan Tikrit dan ISIL pun mendekati Baghdad, secara tiba-tiba Menlu AS John Kerry menyatakan bahwa “AS membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan Iran dalam upaya mencegah kejatuhan pemerintah Irak”.

Tidak hanya itu, Inggris, sekutu terpercaya AS pun tiba-tiba mengumumkan akan membuka kembali kantor kedubesnya di Iran setelah bertahun-tahun tutup. Menlu Inggris William Hague menyebutkan bahwa rencana itu mencerminkan “hubungan hangat” antara Iran dengan negara-negara barat atas kriris di Irak.

Sementara itu New York Times (NYT) melaporkan bahwa negara-negara barat dan Iran tengah mencari “kepentingan-kepentingan keamanan bersama” di Irak. Lebih jauh NYT mengklaim bahwa barat dan Iran memiliki musuh yang sama di Irak, yaitu Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).


Namun NYT tidak menyebutkan, atau dengan kata lain menyembunyikan fakta bahwa ISIS bukanlah musuh AS dan barat, melainkan sekutunya sebagaimana negara-negara Arab Teluk. Idiologi ISIS sama dengan sponsornya Saudi dan Qatar yang telah menggelontorkan $10 miliar kepada ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lainnya seperti Al Nusra Front. Mereka adalah orang-orang wahabi-salafi.

Hanya seminggu sebelumnya ISIS merilis video yang memperlihatkan senjata-senjata baru yang disuplai dari AS, termasuk rudal anti-tank TOW.

Jadi klaim bahwa ISIS adalah musuh bersama Iran dan AS adalah kebohongan besar. ISIS adalah “kaki tangan” AS, Eropa dan negara-negara Arab Teluk, untuk mengacaukan keamanan Timur Tengah demi agenda tertentu.

Kaki tangan ini telah mengobok-obok Suriah dan tujuan menggulingkan Presiden Bashar al Assad. Namun tujuan sebenarnya aksi ini adalah menghancurkan sekutu utama Iran, dengan kata lain menghancurkan Iran juga.

Inilah perspektif sebenarnya dari hubungan AS dengan Iran. Maka ketika AS membujuk Iran untuk bekerjasama memerangai ISIS di Irak, itu sebenarnya adalah jebakan untuk menjerumuskan Iran dalam perang yang menguras sumber daya Iran di Irak.

Setelah 3 tahun lebih gagal menumbangkan Bashar al Assad di Suriah dan Bashar al Assad justru tampil sebagai pemenang pemilihan presiden dengan suara mutlak, AS dan sekutunya pun sadar bahwa mereka harus menempuh strategi lain untuk menghancurkan Iran.

Mengalihkan konflik dari Suriah ke Irak adalah “rencana alternatif” AS untuk menghancurkan Iran dengan menyeret Iran ke dalam perang secara langsung. Dan saat Iran mengirimkan pasukannya untuk membantu rezim Nouri al Maliki, AS dan sekutu-sekutunya pun secara diam-diam mengirimkan bantuannya kepada ISIS.

Namun syukurnya Iran tidak terpancing oleh perangkap itu.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Mayjen Hassan Firouzabadi menegaskan bahwa negaranya tidak akan mengirim tentara ke Irak dan tidak akan pula bekerjasama dengan Amerika Serikat (AS). Ia berdalih bahwa dengan adanya fatwa jihad melawan teroris yang dikeluarkan oleh ulama besar Irak Ayatullah Ali al-Sistani, bangsa Irak sendiri pasti mampu mengatasi ISIS.

Pernyataan tersebut disampaikan Firouzabadi dalam wawancara dengan kantor berita resmi Iran, IRNA.

“Kerjasama antara Iran dan AS tidak akan pernah terjadi selamanya, dan hal itu sama sekali tidak bermakna,” ungkap Firouzabadi.

News - Sama-sama Kena Sanksi AS, Iran dan Rusia Kerjasama Jual-Beli Minyak

Rusia dan Iran telah sepakat untuk membahas kerjasama di berbagai bidang mulai bulan depan. Salah satunya adalah pembelian minyak dengan cara barter.

Iran akan mengirimkan dua persen dari total produksi minyaknya ke Rusia mulai bulan depan. Dua negara yang sama-sama punya riwayat buruk dengan Amerika Serikat (AS) itu akan bekerjasama di sektor lain seperti infrastruktur dan energi.

"Format kerjasama ini tidak melanggar kewajiban internasional yang ada," kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak.
Ia mengaakan, pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman dengan delegasi Iran dan akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya pada 9 September di Teheran.

Dalam lima tahun ke depan Rusia juga akan menggelar berbagai proyek kerjasama yang meliputi pembangunan dan rekonstruksi di sektor energi, pengembangan jaringan listrik, serta migas.

Ia menambahkan, Rusia juga berharap bisa memasok Iran dengan mobil, berbagai peralatan sehari-hari serta berbagai barang konsumen dan pangan.

Dengan kerjasama barter ini Rusia bisa mendapatkan pasokan minyak hingga 500.000 barel per hari. Sebagai tahap awal, minyak yang dikirim hanya sebanyak 70.000 barel per hari.

News - Kena Sanksi Barat, Rusia Berpaling ke Mesir

Rusia bak tak kehabisan akal meski terkena sanksi pihak Barat. Dalam waktu dekat, Negeri Beruang Merah bakal menjual gandum ke Mesir. Menurut warta Reuters pada Rabu (13/8/2014), gagasan itu muncul di Sochi tatkala Presiden Vladimir Putin berjumpa dan berbicara dengan tamunya, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. "Mesir sudah meningkatkan pasokan ke pasar kami hingga 30 persen. Ke depan, Mesir akan meningkatkan 30 persen lagi," kata Putin.

Menurut Menteri Pertanian Rusia Nikolai Fyodorov dalam kesempatan itu, Rusia membeli kentang, bawang merah, bawang putih, dan jeruk dari Mesir. Belanjaan Rusia ini bakal memasok separuh kekurangan kebutuhan Mesir lantaran sanksi ekonomi AS, Uni Eropa, Australia, Kanada, dan Norwegia. Aneksasi Crimea yang merupakan bagian dari Ukraina oleh Rusia menjadi latar belakang sanksi itu.

Data terkini menunjukkan, Mesir adalah pengimpor gandum terbesar Rusia. Dalam tahun pasar sampai dengan Juni, Mesir sudah menyerap 3,6 juta ton gandum dari Rusia. "Kami akan meningkatkan ekspor gandum ke Mesir hingga 5,5 juta ton," imbuh Putin.

Setahun silam, Rusia mengimpor makanan dari berbagai negara tersebut hingga 17,2 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, 9,2 miliar dollar AS digunakan untuk membayar harga makanan ke negara-negara yang kini memberikan sanksi.